( Dewa : Arjuna )
***
Met baca ya..Fresh from the oven..
***
Jakarta,2016..
"Kenapa sih lo nggak bisa berhenti membuat masalah Ri?"
Ruri menoleh santai begitu mendengar nada suara kesal seseorang yang sangat dikenalnya bersamaan dengan hempasan beberapa surat kabar dan majalah di meja depannya yang lagi-lagi memuat berita tentangnya.
"Lo itu bukan anak SMA lagi,harusnya udah bisa dong belajar ngontrol emosi lo yang suka berlebihan itu!"
Ruri mendongak melihat sosok yang masih tampak sangat kesal itu kini sudah berdiri berkacak pinggang di depannya,melotot marah padanya.
Ruri meletakkan novel yang tadi tengah di bacanya,tersenyum manis pada sosok itu yang tengah berusaha membuka dasinya,seolah dasi itu akan mencekiknya segera. Ia berdiri,berjalan perlahan menghampiri sosok itu dan setelah mereka berhadapan,di ulurkannya tangannya membantu sosok itu melepaskan dasinya.
"Wayang golek..lo bisa cepat tua kalau selalu marah-marah gini. Santai dikit dong." Kata Ruri sambil mengelus dada sosok itu berusaha menenangkannya. Tapi sosok itu malah menepis tangan Ruri dan menatapnya kesal.
"Siapa coba yang selalu bikin gue kayak gini?"
Ruri tertawa pelan dan mengecup pipi laki-laki itu singkat.
"Bukannya itu memang udah tugas lo ya? Apa gunanya gue bayar lo mahal-mahal kalau nge-handle masalah gini aja nggak bisa?"
Sosok itu menghela napas keras. Yah..seperti kata Ruri apa gunanya ia dibayar mahal kalau mengatasi masalah kecil seperti ini aja nggak bisa? Bukankah ia adalah pengacara pribadi cewek itu? Tapi..masalahnya..cewek yang sudah beberapa tahun ini menjadi kliennya selalu saja membuat kepalanya pusing dengan tingkahnya yang sering tidak masuk akal. Seperti kejadian yang barusan dimuat di hampir semua surat kabar dan majalah serta muncul di hampir seluruh stasiun tv,Ruri di kabarkan menampar aktor lawan mainnya di lokasi pembuatan film terbarunya dan meminta untuk mengganti pemeran pria itu yang kata Ruri nggak pantas jadi lawan mainnya. Padahal aktor lawan main Ruri itu pemenang piala FFI tiga tahun berturut-turut. Ya ampun..ada apa sih dengan Ruri sampai segitunya?
"Kenapa sih lo nggak minta bang Nadhir aja yang jadi pengacara lo? Abang lo kan lumayan ok dan terkenal juga?"
"Ish..kayak lo nggak tahu abang gue gimana aja. Kalau dia yang jadi pengacara gue alamat gue nggak bakalan bisa kemana-mana. Pasti semua kontrak yang datang ke gue dianggap nggak bagus dan gue nggak boleh ambil. Padahal yah..karena dia males aja lihat gue jarang di rumah dan sering melanglang-buana ke antah-berantah."
"Yah..tapi kalau gini,gue yang pusing Je-Ka!" Sosok itu berteriak frustasi sambil menyerukan nama panggilan spesialnya untuk cewek itu yang ia tahu jelas cewek itu paling kesal kalau dipanggil Je-Ka alias Jepang Kawe olehnya.
Benar saja. Ruri langsung melotot marah begitu mendengar cowok itu memanggilnya dengan panggilan yang paling tidak disukainya itu. Meskipun ia mewarisi sedikit darah Jepang dari ayahnya bukan berarti dia Jepang Kawe kan? Dia bisa kok bahasa Jepang. Dan ia juga menguasai semua adat-istiadatnya. Jadi mana bisa ia dibilang Jepang Kawe?
"Sekali lagi lo panggil gue gitu,hidup lo nggak selamat ya wayang golek!"
"Hidup gue emang nggak ada selamat-selamatnya sejak kenal dengan lo! Kayaknya gue kudu pergi ke ustadz nih segera minta tolong ngusirin semua makhluk gaib yang udah bikin hidup gue nelangsa begini."
Ruri mendelik tajam. "Maksud lo apa wayang golek? Gue makhluk gaib yang udah bikin hidup lo melarat? Gitu?!"
Sosok itu cengengesan menatap wajah Ruri yang merah padam karena emosi. "Bukan gue yang bilang ya. Lo sendiri yang barusan bilang."
Seketika Ruri murka dan mengejar sosok itu yang sudah terlebih dulu berlari menghindari serangan dari Ruri yang sudah diperkirakannya.
"Berhenti nggak lo wayang golek?!" Ancam Ruri sambil meraih vas bunganya bersiap melemparkannya ke arah cowok yang selalu saja bisa membuatnya hilang kendali.
"Nggak mau! Ntar lo pasti nyekik gue. Ogah gue..gue bisa mati penasaran kalau mati di tangan lo. Gue belum nikah ini."
Ruri mendengus jijik mendengar kalimat terakhir cowok itu. Belum nikah katanya? Benar memang. Cowok itu belum menikah dan memiliki seorang istri. Tapi..kawin? Cowok itu pasti udah sering banget. Dasar cowok mesum!
"Berhenti nggak lo?!" Ancam Ruri lagi yang sudah lelah berlari mengejar cowok itu sambil mengacung-acungkan vas bunganya ke arah cowok itu.
"Ogah!" Jawab cowok itu masih terus berlari berputar-putar mengelilingi apartemen Ruri menghindar dari kejaran gadis itu.
"Ok..lo yang minta ya!"
Dan kemudian vas bunga yang di pegang Ruri melayang seketika ke arah sosok itu dalam kedipan mata.
"Busyet..benaran tega ya lo sama gue?" Cowok itu mengusap dadanya yang berdetak liar sangkin kagetnya dan matanya melayang ke dekat kakinya,menatap ngeri ke arah pacahan vas bunga yang berserakan di dekat kakinya. Kalau tadi dia tidak cepat menghindar mungkin kepalanya benaran udah bocor dan berdarah-darah sekarang.
"Gue kan udah ngasih lo peringatan. Siapa suruh lo nggak denger dan tetap aja lari ngindarin gue?" Jawab Ruri acuh tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Lo kata gue bego apa? Kalau gue diem yang ada gue juga bakalan mati di tangan lo!" Teriak sosok itu ke arah Ruri yang mengangkat bahunya cuek tidak mau ambil pusing dengan semua yang terjadi barusan. Akhirnya..Sosok itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. Nggak habis pikir kok bisa ada makhluk mengerikan seperti Ruri ini yang suka bertindak semaunya dan di luar akal sehat. Ada gitu klien yang melempar pengacara pribadinya dengan vas bunga? Seumur-umur mungkin baru dia seorang yang mengalaminya. Ah..sepertinya setelah ini ia harus meminta kenaikan tarif pada kliennya yang kurang-ajar itu. Sekalian asuransi jiwa dan yang lainnya. Gimanapun keselamatannya sering terancam kalau berdekatan dengan cewek gila itu!
"Ya udah..sini lo!" Ruri mengangkat tangannya memanggil cowok itu agar mendekat padanya.
"Mau apa?" Tanya cowok itu. Matanya menyipit menatap Ruri penuh curiga.
"Yaelah..sini aja dulu. Gue nggak bakalan nyekik atau bunuh lo."
"Benaran?!" Seru cowok itu masih tidak percaya.
Ruri mengangguk dan melambaikan tangannya lagi meminta sosok itu untuk mendekat padanya. Tapi sosok hanya diam tak beranjak sedikitpun dari tempatnya berpijak.
"Ya udah..lo diem disitu ya." Kata Ruri sebelum ia menghilang entah kemana dan membawa kotak P3K di tangannya. Ia berjalan menghampiri sosok itu yang masih betah diam mematung di tempatnya. Di usapnya pipi cowok itu pelan dengan kapas yang sudah dibasahi rivanol menghapus jejak darah disana. Rupanya cowok itu tidak sadar kalau pipinya berdarah. Mungkin tergores vas bunga yang dilempar Ruri tadi meskipun ia ingat ia sudah menghindar dengan cepat. Cowok itu seketika berjengit ketika usapan dingin kapas menyentuh pipinya dan tubuhnya mendadak kaku kala Ruri berjinjit dan mencium pipinya yang tergores vas bunga tadi dengan sangat lembut sambil berujar pelan,
"Maafkan aku ya Juna..buat semua luka yang sudah aku torehkan padamu."
***
Wassalam
31 Juli 2017
![](https://img.wattpad.com/cover/115940975-288-k353496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya.. (SELESAI)
General Fiction(SEBAGIAN BAB SUDAH DIHAPUS) -BUKU 4- "Cinta punya waktunya sendiri. Tapi..jika Tuhan saja tunduk pada cinta, bagaimana mungkin waktu punya kesempatan?" *** Ini tentang Ruri yang jatuh cinta pada Aslan sejak pertama kali melihatnya di tahun terakhi...