( Dewa : Cinta @ Misteri )
***
"Apa lo bilang Ri? Lo udah jadian sama Arjuna? Lo gila ya?!" Teriak Dita frustrasi ke arah Ruri.
"Eh..kok malah gue yang lo katain gila? Noh wayang tu yang lebih gila,mau aja gitu gue ajakin pacaran!" Balas Ruri berteriak ke arah Dita.
"Loh..kok kamu malah ngatain aku gila sih Ri? Tega banget. Belum juga dua puluh empat jam pacarannya,udah gitu aja ke pacarnya." Protes Arjuna tidak terima kepada Ruri.
"Derita lo lah. Lagian..Mau-maunya aja gitu lo diajakin pacaran sama Ruri? Memangnya lo nggak ngerti sikon Ruri saat ini dan konsekuensinya kalau lo jalan bareng ma dia?" Dita akhirnya memilih menjawab pertanyaan yang diajukan Arjuna pada Ruri itu karena sang aktris multitalenta memilih diam,mengabaikan pertanyaan Arjuna padanya itu.
"Sikon apa? Konsekuensi apaan?" Tanya Arjuna tidak mengerti.
"Ya ampun Juna..tuh cewek sableng kan masih dalam mode patah hati berat. Mau-maunya aja gitu lo jadi pelarian dia. Bego banget sih lo jadi cowok!" Dita menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Arjuna. Ada gitu ya cowok kayak Arjuna,sangkin cinta matinya sama ceweknya gitu ceweknya ngajakin pacaran mau aja meskipun tahu tu cewek belum sepenuhnya move-on dari cinta pertamanya.
"Eh..boncel! Sekate-kate banget lo ngatain gue sableng dan bilangin cowok gue bego! Mau lo apa hah?! Ngajak ribut?!" Ruri berkacak pinggang menatap Dita penuh emosi,tidak terima dengan ucapan Dita yang mengatainya dan Arjuna.
"Emang cowok lo bego! Lo juga jadi cewek jahat banget! Tega banget sih lo sama Arjuna!" Dita balas melotot ke arah Ruri dengan posisi bertolak pinggang juga.
"Ladies.." peringat Arjuna pada Dita dan Ruri yang sudah siap bertempur habis-habisan sampai titik darah terakhir,tidak peduli pada fakta kalau mereka itu sahabat karib sejak masih dalam buaian.
"Apa?!" Sentak Dita dan Ruri bersamaan ke arah Arjuna marah.
Arjuna meringis mendapatkan serangan dari kedua wanita yang menatapnya marah seakan-akan siap mencabik-cabiknya hingga tinggal tulang-belulang.
"Tenang dong..masaan karena gini aja malah jadi pada emosi sih?"
"Siapa yang emosi?!" Teriak Dita dan Ruri bersamaan ke arah Arjuna.
Arjuna kembali meringis sambil mengangkat kedua tangannya ke atas tanda menyerah.
"Ok..terserah kalian deh kalau gitu." Jawab Arjuna sebelum akhirnya memilih mundur dan keluar dari medan pertempuran antara Dita dan Ruri dengan berjalan keluar dari kamar hotel Ruri. Tapi belum lagi dia sampai ke pintu kamar,terdengar suara teriakan yang langsung menghentikan langkahnya membuatnya berputar dan menoleh ke pemilik suara.
"Wayang! Kamu mau kemana? Tega ya kamu ninggalin aku bersimbah darah disini?!"
Arjuna memutar bola matanya kesal mendengar teriakan Ruri yang berlebihan itu. Siapa coba tadi yang marah-marah karena ia melerai pertikaian yang akan terjadi diantara Ruri dan Dita? Lagian..mana ada ceritanya Ruri bakalan bersimbah darah kalau 'bertempur' dengan Dita. Yang ada juga Dita yang bakalan babak belur meskipun tubuh gadis itu jauh lebih besar dari Ruri. Secara Ruri dari kecil juga udah habis 'dihajar' ayahnya semua ilmu beladiri.
"Nggak usah lebay deh Ri. Nggak mungkin juga kamu bakalan bersimbah darah. Yang ada juga malah sebaliknya."
"Eh maksud lo apa? Lo nyumpahin gue yang bakalan bersimbah darah gitu?" Protes Dita tidak terima ke arah Arjuna.
"Ya iya lah..nggak mungkin kan lo menang dari gue! Sadar diri dong lo!" Teriak Ruri pongah ke arah Dita yang melotot kesal ke arahnya.
"Udah deh ributnya. Gue laper nih. Pada mau ikut makan nggak?" Arjuna mencoba melerai keributan diantara dua sahabat itu dengan menyebutkan kata 'makan' yang biasanya sangat manjur digunakan disaat-saat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya.. (SELESAI)
General Fiction(SEBAGIAN BAB SUDAH DIHAPUS) -BUKU 4- "Cinta punya waktunya sendiri. Tapi..jika Tuhan saja tunduk pada cinta, bagaimana mungkin waktu punya kesempatan?" *** Ini tentang Ruri yang jatuh cinta pada Aslan sejak pertama kali melihatnya di tahun terakhi...