Bab 26

1.7K 109 11
                                    

( Tum hi ho )

***

Sebenarnya aku masih ragu mau post bab ini. Kayaknya masih perlu di revisi ulang deh. Terus aku juga nggak tahu apa lagu yang aku pilih cocok atau nggak mewakili cerita bab ini. Tapi karena aku suka lagu itu dan udah lama nggak update jd aku post deh bab ini. Moga kalian semua suka ya teman-teman 😍

***

Arjuna menatap pintu di depannya dengan sedikit bingung. Apakah perlu ia menekan bel pintu apartemen di depannya itu atau langsung masuk saja? Tapi..Bukankah ia memang memiliki akses langsung untuk bisa masuk dan mengacak-acak apartemen di depannya itu? Lagipula kalau semisalnya sang pemilik apartemen baru pulang pagi ini pasti ia tidak akan mau membuka pintunya dan memilih tetap melanjutkan tidurnya atau ia akan membuka pintunya dengan muka penuh amarah. Jadi mungkin sebaiknya Arjuna langsung masuk saja. Ia bisa mengecek keberadaan gadisnya itu di dalam sana. Kalau semisalnya gadisnya tidak berada disana ia bisa langsung keluar apartemen tersebut diam-diam tanpa mengganggu sang pemilik apartemen. Yah.. mungkin itu pilihan bijak!

Dengan pertimbangan yang sudah matang,Arjuna kemudian langsung masuk begitu saja ke dalam apartemen di depannya. Ia berjingkat pelan-pelan seperti berjalan di atas ladang ranjau,takut langkah kakinya akan membangunkan atau mengganggu sang pemilik apartemen. Tapi kemudian langkahnya terhenti di depan pintu kamar sang pemilik apartemen ketika mendengar suara-suara yang sangat familiar dari dalam kamar.

"Apa sebenarnya yang sudah terjadi Lan? Jelaskan semuanya padaku!"

Hah Ruri?! Kenapa Ruri bisa ada disini?

"Aku akan bertanggungjawab Ri. Aku pasti akan bertanggungjawab. Aku akan menikahimu."

Hah?! Apa lagi maksudnya ini? Kenapa Aslan akan menikahi Ruri? Ada apa ini?

"Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku Lan?"

Ruri menangis? Kenapa? Apa Aslan menyakitinya?

Cukup sudah! Arjuna sudah tidak tahan lagi hanya berdiri diam di luar pintu kamar Aslan,mendengar percakapan yang terasa sangat membingungkan ini terlebih dengan Ruri yang menangis. Arjuna paling tidak bisa melihat orang menangis apalagi kalau itu adalah Ruri. Gadisnya itu jarang sekali menangis. Jadi jika Ruri sampai menangis pasti ada sesuatu yang sudah sangat menyakitinya.

Arjuna langsung mendorong pintu kamar di depannya tanpa memikirkan bahwa mungkin saja orang-orang yang berada di dalam sana membutuhkan privasi. Arjuna sudah gelap mata memikirkan kalau Ruri terluka apalagi gadisnya itu tidak pulang semalaman. Namun langkahnya terhenti di depan pintu yang sudah ia buka bersamaan dengan suara sang pemilik apartemen yang mengatakan,

"Maafkan aku..aku mencintaimu Ri. Aku melakukan ini semua karena aku mencintaimu dan tidak mau kehilangan kamu."

Jantung Arjuna rasanya seperti di remuk mendengar ucapan sahabatnya itu pada kekasihnya apalagi ketika melihat kekasih hatinya menangis pilu dengan tubuh yang hanya terbungkus selimut. Kepala Arjuna langsung bekerja cepat membaca situasi di depannya dan kemudian ia langsung menerjang laki-laki di depannya yang selama ini diakuinya sebagai sahabat sejatinya. Ia menyerang dan memukuli Aslan dengan kalap.

"Sialan lo Lan! Lo apain Ruri hah?! Tega lo ya! Brengsek!"

Aslan hanya diam,pasrah menerima pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan Arjuna padanya tanpa ada niat untuk membalas sedikitpun. Ia pasrah. Ia sudah menyakiti sahabat satu-satunya dan mengkhianatinya. Ia pantas mendapatkan semua pukulan yang diberikan Arjuna.

Ruri kemudian tersadar dan berteriak memanggil Arjuna. Ia harus menghentikan Arjuna sebelum laki-laki itu malah menjadi pembunuh. "Arjuna! Udah! Hentikan!" Ruri memeluk Arjuna dari belakang dengan air mata yang terus berderai.

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang