( Cakra Khan : Setelah Kau Tiada )
***
"Kamu kenapa? Kok nangis?" Tanya seorang gadis kecil yang sangat cantik pada Aslan.
"Apa yang barusan masuk ke dalam sana ayah dan ibumu?" Tanya gadis kecil itu kembali pada Aslan yang masih tetap diam meskipun matanya terus menatap lurus ke arah ruang IGD di depannya.
"Tenang saja. Mereka pasti selamat." Gadis itu menepuk pelan lengan Aslan seolah meyakinkan Aslan sekaligus memberi semangat padanya.
Dan Aslan seketika langsung menoleh pada gadis kecil yang tampak seumuran dengannya,menatapnya tajam seolah ingin mempercayai benar ucapan gadis kecil itu.
Gadis kecil itu mengangguk meyakinkan Aslan. "Ayahku.." tunjuk gadis itu dengan dagunya ke arah ruang IGD,"..adalah dokter yang akan menangani kedua orangtuamu. Ayahku itu dokter yang sangat hebat. Ayahku bahkan membatalkan janjinya denganku untuk pergi menemaniku ke toko buku karena mendapat panggilan telepon untuk segera datang kemari."
Aslan menatap gadis itu tidak enak.
"Tidak apa-apa." Gadis itu menggeleng meyakinkan Aslan bahwa dia baik-baik saja meskipun ia sudah menanti lama untuk bisa pergi bersama ayahnya yang super sibuk itu.
"Orangtuamu lebih penting daripada sekedar pergi ke toko buku. Untunglah tadi kami belum jadi pergi dan masih berada di parkiran rumah sakit. Jadi ayahku bisa segera datang kemari untuk membantu kedua orangtuamu." Gadis itu tersenyum ke arah Aslan membuat Aslan seketika terpukau melihat senyumannya. Anak ini cantik sekali..pikirnya dalam hatinya. Dengan mata yang tidak biasa. Aslan baru kali ini melihat mata abu-abu seperti warna mata yang dimiliki oleh gadis itu. Seolah ia akan tenggelam dalam telaga abu-abu ketika menatap ke dalam mata gadis kecil itu.
"A..apa..kau pikir kedua orangtua ku akan baik-baik saja?" Tanya Aslan akhirnya menyuarakan ketakutan yang ditahannya dari tadi.
Gadis kecil itu mengangguk berkali-kali. "Iya..kedua orangtuamu pasti akan baik-baik saja. Ayahku pasti berusaha melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuamu. Ayahku itu kan dokter yang hebat!" Seru gadis itu bangga meyakinkan Aslan sambil kembali menghadiahkan Aslan sebuah senyuman yang teramat cantik di mata Aslan.
"Kau sangat mengagumi ayahmu ya?"
"Tentu saja!" Sahut gadis itu cepat. "Kelak aku juga ingin punya seorang suami seperti ayahku itu."
Asian terbelalak mendengar ucapan gadis kecil itu. Terlebih ketika melihat mata gadis itu yang menerawang jauh dengan senyum yang menggantung di sudut bibirnya. Yang benar saja,gadis sekecil ini sudah memikirkan tentang suami masa depannya? Aslan saja belum tahu akan seperti apa atau bagaimana ia di masa depan. Terlebih dengan kondisi kedua orangtuanya yang belum jelas hingga saat ini.
"Oh iya..nama kamu siapa?" Tanya gadis itu pada Aslan.
"Aslan.." sahut Aslan pendek tanpa menyebutkan nama lengkapnya.
Gadis itu tersenyum geli mendengar nama Aslan. "Benaran itu namamu?" Aslan hanya mengangguk menjawab pertanyaan gadis itu. Dan gadis itu semakin terkekeh pelan melihat anggukan kepala Aslan. "Bukankah..itu..artinya singa ya?"
Aslan kembali mengangguk tanpa mau repot-repot menjelaskan kepada gadis itu kenapa kedua orangtuanya menamainya seperti itu.
Gadis itu mengulurkan tangannya pada Aslan masih dengan senyum di wajahnya yang tampak sangat cantik di mata Aslan. "Aku..Ruri.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya.. (SELESAI)
General Fiction(SEBAGIAN BAB SUDAH DIHAPUS) -BUKU 4- "Cinta punya waktunya sendiri. Tapi..jika Tuhan saja tunduk pada cinta, bagaimana mungkin waktu punya kesempatan?" *** Ini tentang Ruri yang jatuh cinta pada Aslan sejak pertama kali melihatnya di tahun terakhi...