Bab 12

1.6K 123 0
                                    


( Dewa : Pupus )

***


"Ri..kalau sampai ayah lo yang super ganteng itu tahu lo injakin kaki dimari,tamat riwayat lo!"

Ruri mengibaskan tangannya ke udara menyuruh Dita untuk diam.

"Kalau lo nggak ribut dan ngoceh-ngoceh nggak jelas di depan ayah gue,nggak bakalan ayah gue atau siapapun tahu kalau gue kemari."

Dita mendelik kesal mendengar ucapan Ruri itu. Memangnya mulut siapa yang suka bocor diantara mereka? Yang ada juga Ruri yang suka ngomong asal dan nggak bisa nyimpan rahasia.

"Udah deh Ri..jangan minum lagi. Lo kan nggak bisa minum." Ingat Dita waktu Ruri kembali memesan minuman pada bartender bar yang mereka datangi.

Ruri menggoyang-goyang telunjuknya menyuruh Dita untuk tutup mulut.

"Gue butuh ini Ta. Kalau nggak gue pasti bakalan nangis bombay lagi kayak tadi malam. Ternyata move-on itu nggak mudah ya Ta? Apalagi kalau lo udah ngabisin sembilan tahun hidup lo buat seseorang yang ternyata nggak pernah nganggap penting keberadaan lo. Oh..shit! Ternyata..gue bego juga ya Ta buang-buang waktu gue buat Aslan yang ternyata sekali lagi ternyata,garis bawahi kata ternyata gue tadi Ta," Ruri menoleh ke arah Dita sebelum melanjutkan kalimatnya,"hanya menganggap gue sebagai gangguan dalam hidupnya."

Dita mendengus pelan mendengar ucapan Ruri itu.

Baru sadar lo?! Selama ini kemana aja? Percuma mulut gue berbusa-busa ngasih tahu ke lo dari kita zaman SMA tapi lo nggak dengar juga. Sekarang kejadian kan?! Ingin rasanya Dita meneriakkan kalimat itu pada Ruri sekencang-kencangnya tapi ia berusaha menahan lidahnya terlebih ketika melihat Ruri yang tampak sangat kacau seperti ini pasca 'putus' dengan Aslan yang sama sekali tidak pernah menganggap Ruri sebagai pacarnya.

Oh.. malangnya sahabatnya ini. Cantik-cantik kok nasib percintaannya sedih bener? Ternyata oh ternyata..wajah cantik tidak menjamin bakalan mendapatkan kisah cinta yang manis dan menghanyutkan. Contoh sahabatnya ini. Siapa yang tidak mengenal Ruri Al- Rasyid? Cantik,tajir, multitalenta lagi. Tapi lihatlah sekarang? Nangis bombay,merana karena patah hati. Hm..mungkin lebih baik punya wajah biasa aja seperti dirinya tapi dapat cowok yang cinta mati,rela melakukan segalanya demi kebahagiaan si cewek trus cowoknya keren dan tajir pula. Ah..mungkin nggak ya?

Dan waktu Ruri kembali memesan minuman lagi pada bartender bar,Dita membiarkan saja Ruri menenggak minumannya itu. Tidak melarangnya sama sekali seperti yang sudah-sudah. Biarkan ini menjadi gelas terakhirnya,putus Dita. Setelah ini ia harus menghentikan Ruri kalau ia minta tambah minum lagi. Mungkin Ruri memang membutuhkan ini setelah semua yang dialaminya. Seperti kata Ruri tadi,mencoba move-on dari orang yang terus dikejarnya selama sembilan tahun ini pasti sangat sulit. Dita paham itu terlebih ia sendiri merupakan saksi hidup kegigihan Ruri dalam mendapatkan Aslan. Dan sekarang temannya itu sepertinya sudah sampai pada titik 'aku menyerah,terima kasih!' Thanks God..akhirnya..sahabatnya itu sadar juga. Dita pikir Ruri nggak bakalan sadar-sadar dan terus memaksakan cintanya pada Aslan yang tak tahu diri itu. Memang ya..Aslan itu sok kecakepan banget deh jadi cowok ya meskipun memang cakep sih. Tapi kok bisa-bisanya sih dia nggak punya rasa sedikit aja sama Ruri setelah perjuangan Ruri selama sembilan tahun ini? Masa dia nggak ada respek sediiiikiiiit aja buat Ruri yang udah nemanin dan berusaha ngertiin dia selama ini padahal semua orang juga tahu Ruri itu maunya dingertiin bukan sebaliknya tapi ini Ruri udah rela nurunin ego dan harga dirinya yang selangit itu demi Aslan,tapi cowok batu itu malah tega nyakitin Ruri dengan bilang kalau selama ini dia memang nggak pernah maksa atau minta Ruri untuk tetap berada disampingnya dan ia tidak pernah bilang setuju menjadi pacar Ruri. Sialan banget tuh cowok! Kalau Dita ketemu dia ntar bakalan Dita lumet-lumet tuh cowok sampai hancur!

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang