Bab 21

1.5K 112 2
                                        


"Kenapa lo tadi nggak mau ngomong sama Aslan Ri?" Tanya Dita penuh tanya ke arah Ruri.

"Biasanya lo kan paling senang di ajak Aslan ngomong. Malah lo yang suka ngajakin dia ngomong."

Ruri hanya mengangkat bahunya sedikit tak acuh, menjawab pertanyaan Dita padanya. Nggak mungkin kan dia bilang kalau dia nggak mau ngomong karena mau jaga perasaan Arjuna dan nggak mau kejadian di Jepang kemarin terulang lagi?

"Yah..bukannya gue nyuruh lo harus mau ngomong sama dia sih. Gue malah senang lo nyuekin dia. Secara lo sekarang kan udah punya Arjuna. Kalau lo sampai terpengaruh sama pesonanya Aslan, wah..alamat Arjuna bakalan gue gebet deh."

Ruri langsung menatap Dita tajam begitu mendengar kalimat terakhir sahabatnya itu.

"Lo mau nyari mati ya boncel?! Berani betul lo ngomong gitu ke gue?"

Dita hanya mengangkat bahunya cuek seolah berkata,'memangnya kenapa?'

Amarah Ruri seketika naik melihat reaksi Dita itu. Ia langsung berdiri dengan sebelah tangan di pinggang dan sebelah tangannya terangkat menunjuk ke arah Dita.

"Denger baik-baik ya boncel! Selama gue masih hidup dan cantik gini nggak bakalan ada yang bisa ngambil Juna dari gue! Paham lo?!"

Arjuna yang sedari tadi hanya diam dan sibuk dengan laptop dan berkas-berkasnya seketika mendongak dan terkekeh pelan mendengar ucapan bernada posesif yang ditujukan Ruri padanya itu.

Ruri menoleh dan baru tersadar kalau ada Arjuna diantara mereka berdua. Mukanya langsung bersemu merah menahan malu.

"Nggak usah kesenangan gitu deh yang! Gue cuma mau mengamankan hak milik gue aja kok!" Ruri mencoba mencari alasan untuk menutupi rasa malunya.

"Ulu..ulu.. posesifnya.." cibir Dita ke arah Ruri membuat Arjuna makin terbahak-bahak terlebih ketika melihat muka Ruri yang sudah semerah tomat.

"Berisik lo pada! Pulang sana!" Ruri menghentakkan kakinya kesal dan bersiap meninggalkan Dita dan Arjuna yang tertawa lebar di ruang tamu apartemennya masuk ke kamarnya ketika Arjuna tiba-tiba menyentak tangannya sewaktu ia melewati laki-laki itu hingga membuat Ruri limbung dan jatuh terduduk menimpa Arjuna.

"Aku senang kamu posesif gitu. Kamu jadi kelihatan manis." Arjuna mengecup pipi Ruri yang bersemu merah membuat wajahnya semakin merona.

"Yah..anggap aja gue nggak ada. Umbar aja terus kemesraan kalian yang menjijikkan itu." Dita mengerutkan mukanya seolah mau muntah melihat kelakuan Arjuna pada Ruri.

Arjuna terkekeh kemudian berpaling ke arah Dita. "Kalau gitu..harusnya lo sadar dong Ta,pintunya sebelah mana. Gih sana.. angkat kaki!"

Dita mendengus kesal tapi ia beranjak juga dari duduknya dan berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya keluar pintu apartemen Ruri.

"Nah..si pengganggu udah pergi. Sampai mana kita tadi?" Tanya Arjuna sambil mempererat pelukannya di pinggang Ruri dan mengecupi seluruh wajah Ruri yang kini tengah duduk di pangkuannya.

"Nggak sampai mana-mana. Pulang gih sana! Udah malam." Usir Ruri seraya mendorong dada Arjuna dan bangkit dari pangkuan laki-laki itu.

"Yah..kok gitu sih?" Tanya Arjuna sok memelas. "Tadi gi Dita disini kamu galak banget ke dia sampai ngomong hak milik segala. Gitu Dita nya udah aku suruh pergi eh malah aku nya juga disuruh pulang juga. Nggak asyik ah.."

Ruri mengulum tawanya melihat ekspresi cemberut Arjuna yang menggemaskan.

"Besok kan masih bisa kemari lagi sih yang. Udah malam. Lo besok kan masih harus masuk kerja."

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang