Bab 18

1.4K 112 2
                                    


"Mau apa lo kemari?" Ruri langsung membentak orang yang berdiri di depan pintu apartemennya itu begitu ia membuka pintu dan menemukan sosok yang sudah membuatnya uring-uringan belakangan ini.

Orang itu mengangkat alisnya ke arah Ruri. Bukan karena cewek itu sudah membentaknya tapi karena sebutan 'lo' yang disematkan gadis itu padanya. Padahal kemarin-kemarin mereka sudah saling menyebut aku-kamu satu sama lainnya. Bahkan mereka berdua sudah resmi menjalin tali kasih.

Ruri melangkah mundur ketika laki-laki di depannya maju ke arahnya dan mendorong pintu apartemen Ruri lebar-lebar.

"Lo mau apa sih? Ngapain datang kemari lagi? Pergi sana!" Teriak Ruri penuh amarah.

Tapi..Pria itu hanya diam saja mendengar seruan kekesalan dan amarah Ruri yang ditujukan padanya. Ditatapnya Ruri dalam-dalam mencoba mencari tahu bagaimana suasana hati gadis itu saat ini.

Hm.. sepertinya Ruri masih marah padanya! Salahnya sih. Tapi..

"Gimana kabar kamu Ri?" Tanya laki-laki itu penuh kelembutan.

Ruri mendencih kesal mendengar pertanyaan laki-laki di depannya itu yang kini tengah menatapnya dalam.

"Kenapa? Kamu nggak suka ya aku tanyain kabar kamu?"

"Serius lo mau tahu kabar gue setelah lo ninggalin gue gitu aja tanpa kabar atau pesan sehabis lo bilang,take your time?!" Teriak Ruri penuh rasa kesal ke arah sosok yang masih berdiri santai di depannya seolah tidak terganggu sama sekali dengan kemarahan Ruri. Dan seolah semua kemarahan yang Ruri tujukan padanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan orang itu.

Ruri ingat bagaimana ia setengah berlari dengan kekalutan menuju kamar Arjuna setelah mengatakan pada Aslan bahwa ia dan Arjuna sudah berpacaran dan menemukan laki-laki itu malah sibuk mengemasi barang-barangnya ke dalam kopernya demi mengejar penerbangan ke Jakarta malam itu juga. Padahal laki-laki itu baru saja tiba semalam dan mereka juga sudah berencana akan menghabiskan liburan bersama disini setelah syutingnya selesai. Tapi ini..?

Ketika Ruri bertanya apa yang sedang Arjuna lakukan, laki-laki itu hanya berkata bahwa ia memiliki pekerjaan mendesak yang harus ia selesaikan. Jadi ia harus segera pergi.

Ruri tahu,Arjuna berbohong padanya. Ia sudah bisa menebak apa alasan di balik kepergian laki-laki itu. Tapi Ruri hanya diam. Ia terlalu kecewa melihat sikap Arjuna itu. Bukankah baru malam sebelumnya, laki-laki itu berkata tidak akan melepaskannya meskipun nantinya Ruri memohon atau bahkan mengemis meminta Arjuna untuk melepaskannya kepada Aslan. Tapi..ini belum apa-apa laki-laki itu malah sudah mengemasi kopernya dan buru-buru pergi meninggalkannya. Kenapa Arjuna tidak mempercayainya sedikit saja? Tidakkah ia tahu bahwa Ruri bukan orang yang tidak berpegang teguh pada ucapannya? Apa ia berpikir Ruri akan berubah pikiran dan kembali pada Aslan?

Dan Ruri hanya bisa diam membeku di tempatnya kala Arjuna berdiri di depannya,setelah selesai mengemasi barang-barangnya. Memeluknya sekilas. Mengecup keningnya dalam. Dan berujar,'take your time' sebelum laki-laki itu kemudian melangkahkan kaki keluar dari kamar hotelnya tanpa menoleh pada Ruri sekali lagi.

Ruri juga ingat bagaimana merananya hatinya setelah kepergian Arjuna. Ia bahkan mengurung dirinya berhari-hari di kamar hotelnya. Berpikir apa yang salah pada dirinya,kenapa semua orang meninggalkan dan mengacuhkannya. Dimulai dari Aslan yang tidak pernah menganggap keberadaan dirinya ada. Kemudian Arjuna yang mengatakan mencintainya dan tidak pernah lalai memberinya kabar tapi sampai beberapa hari setelah kepergiannya malah tidak pernah memberinya kabar sedikit pun dan Ruri terlalu gengsi untuk menanyakan kabar laki-laki itu terlebih dulu. Biarkan saja Arjuna membusuk di neraka sana!

Ruri bahkan mengabaikan keberadaan Aslan saat itu yang terus berusaha memperbaiki hubungan mereka yang menurut Ruri sudah tidak ada gunanya lagi. Sampai kemudian Aslan pamit kembali ke Jakarta meninggalkan Ruri yang masih murung. Mungkin Aslan juga lelah memghadapinya. Atau mungkin membujuk Ruri dan memperbaiki hubungan mereka tidak lebih penting daripada pekerjaannya yang menunggu di Jakarta. Entahlah..Ruri tidak peduli.

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang