Bab 25

1.7K 98 10
                                    

( Dewa : Sayap-sayap Patah )

***

Hi guys..maaf ya baru bisa update.. adakah yang masih nunggu cerita ini? 😂

***

"Sebenarnya apa sih yang terjadi?"

Arjuna hanya mengedikkan bahunya acuh sambil memainkan botol minumannya begitu mendengar suara seseorang yang tampak sangat geram dari sampingnya. Tidak perlu menjadi orang pintar untuk tahu apa yang dimaksud oleh si penanya tersebut karena Arjuna sudah paham betul apa maksudnya tapi sayangnya sampai saat ini ia belum tahu apa jawaban dari pertanyaan orang tersebut.

"Bukannya kemarin lo bilang mau ke rumah orangtua gue,lamar adek gue? Gue ingat lo ngomongnya kemarin songong banget di depan gue. Tapi..Kok ini malah Aslan yang datang ngelamar adek gue? Ada apa sih ini Jun?"

Arjuna tertawa pelan. "Kalau gue tahu apa yang terjadi dan apa yang sebenarnya ada dalam benak adek lo bang,gue nggak bakalan ada disini sekarang bang meratapi nasib."

Nadhir mendengus. Direbutnya botol minuman yang ada di tangan Arjuna.

"Ni lagi! Katanya lo udah taubat nashuha nggak mau minum lagi. Ni malah gini!" Cibir Nadhir kesal ke arah Arjuna meski dalam hati dia tahu betul betapa hancurnya Arjuna di khianati oleh sahabatnya sendiri dan ditinggalkan kekasihnya sehingga junior di kampusnya dulu itu kembali mengkonsumsi minuman keras yang sudah ia tinggalkan.

"Gue bingung bang. Nggak tahu mesti gimana. Kemarin kami masih baik-baik aja. Tiba-tiba malah gini! Gila gue ini udah! Belum lagi Aslan. Apa sih maunya dia?!"

Nadhir menggeleng. "Tapi nggak mesti minum juga kan? Kalau Ruri tahu habis lo!"

Arjuna terkekeh miris. "Memang dia masih peduli gitu sama gue? Yang ada juga sekarang dia pasti sibuk ngurusin pernikahannya sama si kutu busuk satu itu."

Arjuna merebut kembali botol minumannya yang diambil Nadhir tadi kemudian menghabiskannya dalam sekali tenggak.

Nadhir berdecak kesal melihat tingkah Arjuna itu. "Kalau lo mabuk,gue nggak mau nganterin lo pulang ya. Tidur cantik aja lo di jalan sana."

Arjuna tertawa. "Tega lo bang. Tapi..tenang aja gue nggak bakalan mabuk sebanyak apapun gue minum. Padahal sekarang ini gue pengen banget bisa mabuk bang."

"Gue sebenernya juga bingung sama Ruri. Makanya gue datangin lo. Nggak tahunya lo malah gini."

"Siapa sih yang tahu gimana jalan pikiran cewek yang serba berkelok itu bang?"

Nadhir tertawa kencang sambil menepuk bahu Arjuna. "Tumben lo benar Jun."

"Tapi.. ngomong-ngomong apa nggak sebaiknya kita ngobrolnya di tempat lain aja Jun? Bising banget disini. Penuh asap rokok lagi." Nadhir mengibas-ibaskan tangannya menghalau asap rokok yang melayang ke arahnya. Ia memang tidak merokok karena adik dan ibunya tidak tahan asap rokok dan selalu mengomel jika ada orang disekitar mereka yang merokok. Akibatnya hidungnya rada sensitif jika mengendus asap rokok, tertular adik dan ibunya yang suka bilang asap rokok itu bau dan bikin penyakit. Pernah sih waktu SMP dulu dia nyoba-nyoba merokok tapi sialnya dia malah batuk-batuk parah karenanya. Sejak itu dia nggak mau nyoba rokok lagi meski kata teman-temannya dia nggak laki banget karena itu. Hei..memang tolak ukur jadi kelihatan laki-laki keren itu kalau jago ngerokoknya? Yang ada juga penyakitan malah.

"Gue rasa ada yang salah disini Jun. Ruri kelihatannya nggak begitu bersemangat sama pernikahannya ini. Emak gue malah tuh yang sibuk ngurusin semua. Papi ganteng gue udah bilang pernikahannya di pending aja dulu kalau Ruri nggak yakin gitu. Tapi dianya malah ngotot harus secepatnya. Aneh banget tuh anak!"

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang