Malam itu Ruri sedang asyik dengan game candy crush-nya,-ia butuh sesuatu sebagai pengalih perhatiannya dari kenangan menyebalkan di parkiran sekolah tadi siang,ketika ponselnya yang satu lagi,-khusus untuk orang-orang terdekatnya berdering nyaring.
"Gimana tadi Ri?" Suara Dita langsung membahana di seberang teleponnya dan terdengar kepo habis pengen tahu apa yang terjadi padanya sepulang sekolah tadi. Dita tahu sebelum mereka berpisah di parkiran sekolah Ruri berniat mengajak Aslan pulang bareng. Dan Ruri sangat yakin saat itu,Aslan pasti tidak akan menolak dan bersedia pulang bareng dengannya,-tidak ada cowok yang menolak ajakannya pulang bareng bahkan semua cowok berlomba-lomba menarik perhatiannya ya salah satunya dengan mengajaknya pulang bareng,jadi siang itu Ruri sangat optimis Aslan pasti mau pulang bareng dengannya,-Aslankan cowok juga bukan jadi nggak mungkinlah dia nolak Ruri lagi,meskipun Dita bertaruh demi sepatu kets kesayangannya kalau Aslan pasti akan menolak Ruri juga kali ini.
"Gimana apanya?" Tanya Ruri berusaha acuh meskipun sedari tadi siang dia udah bete habis. Dicampakkannya ponselnya yang tadi ia pakai bermain game candy crush sembarangan. Nggak peduli kalau ponsel keluaran terbaru yang baru dibelinya itu jatuh ke lantai,pecah atau tergores. Toh ia bisa membelinya lagi kapanpun ia mau. Ia punya cukup banyak uang untuk bisa dihamburkan-hamburkan kan? Bukankah itu gunanya ia bekerja keras di usia mudanya ini dan memiliki banyak uang? Lagian..Game candy crush yang dimainkannya daritadi sudah tidak menarik lagi baginya. Game itu sudah tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari kejadian tadi siang karena sialnya,sahabatnya sedari kecil,Dita Kusuma Dewi,kembali mengingatkannya akan peristiwa menyebalkan siang tadi.
Ruri meraihnya gulingnya dan digigitnya kencang menyalurkan semua emosinya yang belum tersalurkan sempurna sejak tadi. Ia menjerit kesal sambil menggigit gulingnya kencang. Argh..!
"Yah..lo berhasil nggak ngajakin Aslan pulang bareng?"
Ruri mendengus sebal. Dita ini nggak bakalan berhenti bertanya dan mengganggunya sampai keingintahuannya terpuaskan. Baiklah..kalau itu maunya,Ruri akan memberikannya!
"Berhasil apanya?!" Ruri meledak juga akhirnya. "Yang ada juga gue pulangnya minta dijemput mbak Irna karena Pak Dadang udah gue suruh pulang duluan." Jelas Ruri kesal karena teringat kejadian di lapangan parkir tadi dan ia terpaksa harus menelpon menejernya,mbak Irna buat menjemputnya karena supirnya udah kepalang disuruhnya pulang sekalian menjemput ibunya yang super manja dari firma hukum tempat ibu dan abangnya bekerja.
Yah..ibunya itu tidak bisa menyetir sendiri dan akibatnya semua orang jadi susah kalau ibunya itu minta diantarin ke suatu tempat atau minta dijemput dari suatu tempat. Dan ajaibnya,ibunya itu tetap tidak mau belajar nyetir meskipun tahu ia jadi nyusahin semua orang dan ayahnya yang cinta mati pada ibunya sudah pasti juga bakalan menolak ide agar ibunya itu belajar nyetir. Buat apa? kata ayahnya waktu itu ketika Ruri menanyakan kenapa ibunya tidak belajar menyetir saja jadi nggak perlu nungguin Pak Dadang atau ayahnya dan abangnya,Nadhir kalau mau pergi atau minta jemput. Itulah gunanya laki-laki dalam rumah mereka dan Pak Dadang dipekerjakan jadi bisa mengantar dan menjemput ibunya kapan saja,jawab ayahnya kemudian waktu itu. Argh..indahnya cinta yang membutakan jiwa! Kapan ia bisa merasakan hal seperti itu ya? Rasanya sulit sekali menemukan seseorang yang bisa menerima dan mencintai kita apa adanya. Bukannya ada apanya! Yah..seperti dirinya ini. Ruri tidak yakin apakah selama ini diantara semua cowok-cowok yang mendekatinya ada yang benar-benar tulus padanya bukannya melihat embel-embel yang melekat pada dirinya."Loh kok gitu? Aslan nolak pulang bareng lo ya?" Suara Dita yang terkekeh geli sambil berusaha menutup mulutnya menyadarkan Ruri dari pikirannya. Ah..sahabatnya itu pasti takut Ruri yang ambekan bisa mendengarnya. Padahal dia sudah mendengarnya!
"Nggak usah gitu ya Ta. Emang menurut lo pantas teman ngetawain temannya yang lagi sengsara dan patah hati?"
"Loh..gue nggak ketawa malah."
Ruri mendengus sebal. Jelas-jelas Ruri tadi mendengar suara bernada geli tertahan Dita tapi sohibnya itu malah menolak untuk mengaku. Uh..
"Trus lo baru pulang sekarang ya diantar mbak Irna?"
"He-eh..sekalian tadi ke studio dulu rampungin single gue yang mau keluar ntar lagi."
"Oh..trus..kenapa tadi lo nggak jadi pulang bareng Aslan? Lo ditolak Aslan lagi ya?" Dita kembali terkekeh geli di seberang telepon. Kali ini ia tidak berusaha menutupinya lagi. Ada kepuasan tersendiri baginya membayangkan bagaimana Ruri tadi ditolak Aslan buat pulang bareng. Yah..sesekali sohibnya yang cantik itu,-berkat darah campuran yang mengalir di darahnya,perlu disadarkan bahwa tidak semua cowok tergila-gila padanya dan mau menuruti semua ajakan atau perintahnya. Dunia tidak selalu berputar di bawah kakinya kan?!
"Hm..ha..habis.."
"Habis apa? Yang jelas dong Ri? Bikin penasaran aja. Demi apa gue udah kepo akut nih. Jangan bikin gue malam-malam gini nyamperin ke rumah lo dan maksa lo buat cerita ya!"
"Yah..menurut lo..Emang masih zaman gitu pergi ke sekolah naek sepeda ontel? Memangnya ini masih zaman perang?"
"Hah? Apa? Gue nggak ngerti deh. Yang jelas dong Ri!"
Ruri menghembuskan napasnya lelah sebelum akhirnya berujar dalam nada pelan seolah tidak rela harus menceritakan kejadian tadi siang lagi pada Dita. Sungguh ia belum siap jika Dita menertawakannya dan meledeknya habis-habisan. Demi apa coba?
"Menurut lo,Dita Kusuma Dewi,gimana caranya gue bisa pulang bareng Aslan kalau dia ngajakin pulangnya naek sepeda ontel? Sepeda ontel Dita! Sepeda ontel! Lo tahu nggak?!" Teriak Ruri setengah emosi. Dan ketika Dita masih diam tak juga meresponnya,Ruri lanjut berujar dengan nada yang masih sama. "Mau ditaruh dimana muka gue coba kalau pulangnya boncengan naek sepeda zaman perang gitu? Lagian kapan nyampenya gue ke rumah kalau pulang naek sepeda ontel peninggalan zaman penjajahan gitu?!"
"Hah? Apa?" Tanya Dita memastikan setelah terdiam cukup lama yang malah membuat Ruri semakin berang.
"Lo belum budek dan pasti dengar semua yang gue bilangin barusan 'kan?!"
Dan Ruri langsung memutuskan sambungan teleponnya sepihak begitu mendengar suara tawa Dita yang menggelegar di ujung teleponnya.
Sialan! Sialan! Sialan!
***
Sorry pendek tapi aq gi semangat nerusin cerita ini dan langsung post tanpa edit dulu. So..moga suka ya teman-teman..dan..jgn lupa vommentnya ya..terima kasih 😍😘
Wassalam
18 Juli 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Akhirnya.. (SELESAI)
Narrativa generale(SEBAGIAN BAB SUDAH DIHAPUS) -BUKU 4- "Cinta punya waktunya sendiri. Tapi..jika Tuhan saja tunduk pada cinta, bagaimana mungkin waktu punya kesempatan?" *** Ini tentang Ruri yang jatuh cinta pada Aslan sejak pertama kali melihatnya di tahun terakhi...