Bab 22

1.4K 110 4
                                    

( Mariah Carey,Joe,98 Degree : Thanks God I Found You )


***



Aslan mendongak ke langit kelabu kala gerimis menyambut langkahnya sewaktu ia memasuki areal pemakaman di depannya. Ia merutuk kesal dalam hati karena ia pasti akan sedikit kebasahan karena ini. Ia paling tidak suka basah dan hujan!

Ah..Hari ini benar-benar tidak berjalan baik untuknya. Terlebih tadi ketika ia memutuskan bertemu dengan Arjuna dan mencoba mencari tahu tentang Ruri dan tidak mendapatkan apa-apa selain rasa kesal dan penyesalan. Dan sekarang ia malah basah karena rintik hujan yang semakin deras.

"Kenapa lo ngajakin gue ketemuan Lan? Ada apa?" Tanya Arjuna ke arah Aslan begitu ia duduk di depan Aslan yang rupanya sudah tiba lebih dulu darinya di kafe,tempat mereka janjian ketemuan.

"Lo mau makan apa? Gue pesanin ya?" Tawar Aslan sengaja tidak menjawab langsung pertanyaan Arjuna. Ada senyum tipis menggantung di sudut bibirnya. Ia senang Arjuna menerima ajakan ketemuannya hari ini. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Arjuna.

Arjuna menggeleng. "Gue orange jus aja. Baru makan tadi sama Ruri."

Aslan langsung mengangkat alisnya begitu mendengar kalimat Arjuna. Bukan hanya karena sahabatnya itu baru saja menohoknya dengan pernyataan baru saja makan bareng dengan gadis yang dulu selalu mengejarnya tapi juga karena minuman pesanan Arjuna tadi.

"Serius? Lo mesan orange jus?" Aslan menatap Arjuna tidak percaya. "Lo benaran nggak pesan kopi hitam? Bukannya biasanya lo suka minum itukan?"

Arjuna mengedikkan bahunya acuh. "Gue mau ngurangi minum kopi. Ruri suka kesal kalau gue minum kopi terus. Nggak bagus buat lambung gue katanya."

Aslan menggeleng tidak percaya. Sebegitu hebatnyakah pengaruh Ruri buat sahabatnya ini hingga demi gadis itu ia rela berubah? Padahal kemarin-kemarin ia capek berkoar-koar agar Arjuna mengurangi kesenangannya minum kopi hitam tapi sahabatnya itu malah mengacuhkannya.

"Lo benaran jatuh cinta sama Ruri ya?"

Arjuna menatap Aslan lama. "Bukannya dari dulu lo udah tahu? Sejak pertama ketemu Ruri gue kan udah bilang. Jadi..Kenapa lo malah nanya lagi?"

Aslan mengangkat bahunya. "Gue nggak percaya aja lo sampai segitunya sama Ruri. Padahal yang suka sama lo juga banyak dan jauh lebih baik dari Ruri. Tapi kenapa lo malah jatuh cintanya sama Ruri yang dulu sering banget nyuekin lo?"

Arjuna tergelak. "Gue juga nggak tahu kenapa bisa gitu. Mungkin ada sesuatu dari Ruri yang menarik gue dan bikin gue nggak bisa berpaling meski ia sering banget nyuekin gue dan sekalinya nyari gue pasti cuma buat beresin masalah-masalahnya atau curhat tentang lo."

Aslan terdiam. Kasihan juga nasib sahabatnya ini. Tapi setidaknya sekarang ia sudah berhasil mendapatkan Rurikan? Nah dia sendiri..?

"Lo juga pasti ngerasa gitukan Lan? Gue yakin lo sengaja luangin waktu buat ketemuan sama gue bukan cuma karena kangen sama gue kan? Lo pasti mau nanya sesuatu tentang Ruri kan?"

Aslan tersentak. "Kok lo tahu?" Tanyanya tidak percaya.

Arjuna terkekeh pelan. "Kita udah kenal berapa lama sih Lan? Gue tahu jelas apa yang lo pikirin."

Aslan terdiam. Kemudian ia menatap Arjuna serius. "Kalau gitu ceritain tentang Ruri ke gue. Semuanya."

Arjuna mengangkat alisnya. "Kenapa gue harus ngelakuin itu? Lo punya kesempatan sembilan tahun untuk tahu semua hal tentang dia tapi lo malah menyia-nyiakan kesempatan lo itu. Dan sekarang lo malah minta gue buat nyeritain semua tentang Ruri? Yang benar aja Lan!"

Aslan tergeragap. "Gu..gue..."

"Kenapa? Sekarang lo baru nyesal?"

Aslan tersentak mundur. Ia tidak menyangka Arjuna akan melontarkan pertanyaannya itu dengan begitu sinis.

"Jun..lo..?"

"Kenapa? Gue salah?"

Aslan menggeleng. "Bukan gitu. Lo nggak tahu aja kenapa gue gini."

"Kenapa?"

Aslan terdiam. Haruskah ia mengatakan alasannya selama ini pada Arjuna kenapa ia mengacuhkan Ruri dan kenapa sekarang tiba-tiba ia jadi tertarik ingin tahu tentang gadis itu?

"Coba bilang ke gue semua alasan lo biar gue ngerti kenapa setelah selama ini lo nyuekin gadis yang gue suka trus sekarang tiba-tiba malah ingin tahu semua tentang dia setelah dia bareng sama gue?"

Aslan diam. Ia berpikir lama. Tidak apa-apakah jika ia menjelaskan semuanya?

"Lo nggak bisa cerita atau nggak mau cerita?"

"Bukan gitu Jun..hanya saja.."

"Lo belum siap? Butuh waktu? Trus ngapain nyuruh gue cerita semua hal tentang Ruri ke lo?"

Dan ketika Aslan kembali diam tidak bisa menjawab pertanyaan Arjuna, sahabatnya itu lalu pergi berlalu meninggalkannya begitu saja, menyisakan penyesalan yang luar biasa dalam dirinya.

Dan sekarang dengan pikiran yang sedikit membingungkannya entah kenapa langkahnya malah membawanya menuju ke tempat ini. Padahal ia paling tidak suka datang ke tempat ini.

Selalu ada rasa tidak nyaman yang menyapanya kala menginjakkan kaki ke tempat ini. Dan lukanya yang tidak kunjung sembuh semakin menganga lebar kalau ia datang kemari. Terlebih kalau ingat karena ia sendiri saja lah yang selamat dari kecelakaan naas bertahun-tahun lalu. Ibunya bahkan mengorbankan dirinya demi Aslan. Dan karena itu semua ia selalu tidak pernah berhenti bertanya,sebenarnya untuk apa ia selamat dan hidup sebatang kara di dunia ini kalau ia malah merasa kesepian dan sendiri? Kesuksesan yang ia peroleh sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa sepi yang menggerogotinya. Pun teman-teman yang dimilikinya tidak mampu memghilangkan perasaan 'sendiri' yang dirasakannya.

Ah..seharusnya ia memang tidak datang kemari kalau hanya membuat lukanya kembali bernanah. Tapi sudah lama sekali sejak terakhir kalinya ia kemari dan entah kenapa hari ini ia tiba-tiba ingin datang kemari. Mungkin karena percakapannya dengan Arjuna tadi. Atau mungkin karena ia ingin kembali mengingat gadis kecil yang dulu tidak pernah melepaskan genggaman tangannya sejak ia tahu kedua orangtuanya telah tiada hingga ia harus menghantarkan kedua orangtuanya ke peraduan terakhir di tempat ini. Gadis kecil bermata abu-abu yang membuatnya merasa tidak sendiri karena selalu menemaninya waktu itu.

Aslan meneruskan langkahnya dengan gontai menuju tempat peristirahatan kedua orangtuanya kala langkahnya terhenti tiba-tiba saat matanya menangkap sosok yang tidak asing berdiri di depan makam kedua orangtuanya.

"Ruri..?" Tanyanya tidak percaya. Dan hatinya terus bertanya,kenapa gadis itu bisa ada di depan makam kedua orangtuanya? Bukankah yang tahu tempat ini hanya dia, Arjuna dan gadis kecil dari masa lalunya?

Mungkinkah..? Ruri adalah..?

Dan Aslan tidak bisa menghentikan langkahnya yang berderap kencang berusaha menghampiri gadis itu dan memastikan semua tanya di benaknya.

"Ruri..?"

Dan ketika gadis itu menoleh dengan raut wajah terkejut yang luar biasa,semua mulai tampak jelas di mata Aslan.

Ruri yang bermata abu-abu dan..Ruri yang memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai dokter.

Aslan tidak bisa menahan dirinya kemudian. Ia langsung menghambur memeluk gadis itu begitu saja mengabaikan kekagetan dan kebingungan yang masih terpatri di wajah gadis itu.

"Ruri.."

"Ruri.."

"Ruri.."

Aslan terus memanggil namanya dengan nada penuh kelegaan.

Akhirnya..



***









Wassalam

3 Oktober 2017


Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang