Bab 10

1.9K 112 1
                                    

( Dewa : Pangeran Cinta )

***

"Maafkan aku ya Juna..buat semua luka yang sudah aku torehkan padamu."

Tubuh Arjuna semakin kaku mendengar ucapan Ruri yang penuh rasa sesal dan kesedihan itu. Terutama ketika ia melihat mata gadis itu yang hampir berkaca-kaca. Arjuna sepenuhnya tahu apa maksud dari ucapan Ruri itu. Tapi yang membuat nya tak habis pikir kenapa cewek yang super egois dan paling malas bilang 'maaf' itu tiba-tiba malah nyium pipinya dan minta maaf? Wah..ini pasti ada yang salah deh. Apalagi ketika Ruri melanjutkan ucapannya selanjutnya yang membuat kening Arjuna semakin mengerut bingung.

"Aku tahu..Pasti sakit banget ya Jun?"

Arjuna langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak kok..I'm ok.."

Bohong! Jelas saja Arjuna tidak baik-baik saja tapi ia tidak mungkin mengakui hal itu pada Ruri dan menambah rasa bersalah gadis itu. Lagipula ada hal yang lebih mengganggu pikirannya sekarang dan tidak tahan ingin ia tanyakan pada gadis itu.

"Hei..sebenarnya kamu kenapa sih Ri? Kok jadi melankolis gini?" Tanya Arjuna lembut tapi tidak dapat menutupi kekhawatiran di dalamnya.

Ruri terkekeh pelan. "Nggak cocok ya?"

Arjuna mengangguk. "Yup..kamu itu cocoknya jadi pacar aku atau istri aku kalau udah ngomong aku-kamu gitu."

Ruri memukul pelan dada Arjuna. "Maunya kamu itu. Aku mah ogah."

Arjuna merengut mendengar ucapan Ruri itu. "Kenapa coba? Aku kurangnya apa makanya kamu nggak mau jadi pacar aku?"

"Kurang diem! Kamu berisik!" Jawab Ruri sambil beranjak duduk di sofa dekat jendela yang menampilkan pemandangan langit malam.

Arjuna mengerucutkan mulutnya sebal. "Berisik gimana? Udah pas loh ni Ri. Udah aku-kamu kitanya. Selanjutnya tinggal ke pelaminan aja." Kata Arjuna mencoba peruntungannya sambil berjalan mengikuti Ruri duduk di sebelahnya menatap ke luar jendela apartemen Ruri.

"Berisik ih!" Ruri menatap Arjuna kesal. Memang nggak bisa diem nih cowok. Nyesal Ruri sok ngerasa prihatin dan bersalah sama nih cowok tadi.

"Ok..serius.." Arjuna menatap Ruri tajam sebelum kemudian menanyakan kembali hal yang dari tadi mengganggu pikirannya dan belum mendapat jawab dari Ruri. "Kamu ada apa? Cerita dong."

Ruri menarik napas pelan kemudian menyenderkan kepalanya di bahu Arjuna yang disambut cowok itu dengan senang hati dengan segera merangkul gadis itu,menawarkan kehangatan dan kenyamanan serta perlindungan mutlak pada gadis yang kini wajahnya tampak sangat bermuram durja itu.

"Aku capek yang." Mulai Ruri dengan memanggil Arjuna dengan nama yang sering disematkannya pada pria itu,wayang yang disingkatnya menjadi 'yang'.

Arjuna hanya diam menunggu Ruri melanjutkan kalimatnya sambil tangannya mengelus-elus kepala gadis itu sayang.

"Kamu tahu..hari ini Singa udah janji bakalan nemanin aku ke toko buku,nyari novel yang aku udah pengen dari kemarin dulu. Tapi..aku udah nungguin sampai lumutan tuh cowok nggak muncul juga. Aku teleponin nggak di angkat. Di SMS nggak di balas. Dangdut banget nggak sih?" Ruri tertawa miris dan Arjuna menunduk mengecup pelipis gadis itu lembut membuat Ruri semakin ingin menangis.

Ya Tuhan..kenapa sih aku nggak suka sama cowok ini aja yang jelas-jelas sayang dan cinta sama aku? Kenapa juga malah suka sama si Singa yang cuek dan nggak pernah peduli sama aku?

"Capek nunggu jamuran akhirnya aku cabut aja dari toko buku itu. Niatnya sih mau langsung pulang dan tiduran aja. Besok kan aku masih ada syuting film aku itu. Eh..kamu tahu nggak yang? Pas aku turun,aku lihat Singa gi makan sama Resti di resto Italia tempat kita biasa makan itu. Ketawa-ketawa..hahahihi..lupa dia udah janjinya sama aku."

Akhirnya..  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang