"AIKA" teriakan membahana itu membuat Aika segera membuka matanya, gadis dua puluh empat tahun itu hanya memutar matanya malas. Ia memutuskan untuk bangun, dengan wajah bantalnya Aika menuruni tangga.
"Kamu ya, Udah sering dibilangin kalau anak gadis itu harus bangun pagi" ucap Maya mengomel sambil berdecak pinggang menatap Aika yang dibalas Aika dengan memutar matanya malas padahal di meja makan masih sepi malahan ini baru pukul 6 pagi. Saudara kembar dan kakak laki-lakinya bahkan belum menampakan diri.
"Masih sepi Ma" gumamnya malas.
"Kamu tuh harus bantu Mama, Kamu gak lihat mama kerepotan" omel Maya tanpa henti hingga Aika memutuskan untuk membantu sang ibu.
Aika mendengus padahal anak perempuan yang dikeluarga ini hanya dirinya, ada Jasmine juga saudara kembarnya yang lahir 15 lebih dulu dan mengambil semua gen positf dari kedua orang tuanya. Pintar, mudah bergaul, banyak teman dan disukai banyak orang. Sedangkan Ia, entah gen dari mana, Ia memiliki otak yang bisa dikatakan bodoh, kaku dan sering kali tak beruntung.
Tepat pukul 7 makanan sudah siap di meja makan dan anggota keluarga mulai berdatangan. Jasmine sudah cantik dengan setelan kerjanya, begitu juga Devano kakak sulungnya sudah siap dengan jas dan setelan kantornya. Mereka benar-benar terberkati dengan otak cerdas tak perlu sudah bayah sepertinya untuk mencari kerja kesana kemari setelah lulus bahkan sampai saat ini Ia belum juga diterima di kantor manapun.
Mereka sudah duduk dengan diujung Tuan Besar alias ayahnya Dermawan duduk dengan gagah diujung meja.
"Gimana kerjaan kamu sayang?" Tanya Maya dengan nada menjijikan ditelingan Aika kepada Jasmine.
"Baik Ma, Aku akan ngeluarin dress untuk edisi bulan ini dan aku mau ngadain pergelaran busana" ucapnya manis membuat siapa saja jatuh cinta pada Jasmine.
Maya tersenyum bangga dan menglus kepala Jasmine, Aika hanya menatap Drama itu malas. "Mama Bangga banget kayak kamu, dari kecil sellau banggain keluarga. Punya butikdan bahkan mau ngadain pergelaran busana lagi"
Aika siap-siap menebalkan telingannya karena setelah ini Nyonya Maya akan menyindirnya
"Lihat Saudara kamu Aika, Kamu seharusya nyari kerja bukannya malas malasan mau jadi apa kamu" keluh Maya
"Ma. Waktunya makan" ucap Devano sedikit menyelamatkannya.
Aika memakan makanannya dalam diam, Nafsu makannya menguap entah kemana, Ia menatap makanannya ogah-ogahan.
Hanya dentingan sendok dan piring mengisi makannya pagi itu.
Aika pamit paling awal, Ia mencuci piring miliknya dan berlalu memasuki kamarnya. Ia mengecek emailnya siapa tahu Ia dapat pekerjaan.
Dua tahun yang lalu AIka lulus dari Universitas Swasta di Kotanya dengan IPK cukup memuaskan untuk ukuran otak dirinya 3,42 namun sepertinya itu kurang bagi kedua orang tuanya yang masih saja menganggap Aika bodoh. Berbanding terbalik dengan kedua kakaknya yang mendapatkan IPK sempurna dengan predikat Summa Cum laude di Universitas Luar Negeri.
Devano Dermawan, kakaknya yang berumur 28 tahun itu lulusan Cambridge university London jurusan Manajemen, lulus hanya dengan 3 tahun dan mendapatkan beasiswa. Berbeda degan Jasmine, Saudaranya itu lulusan Edmod dengan jurusan Fashion Design meski tidak mendapat beasiswa namun Jasmine berhasil lulus dengan predikat Cum Laude.
Kenapa hidupnya semengenaskan ini, sudah di banyak perusahaan Ia memasukan CV namun tak satupun yang menerimanya. Bahkan hanya beberapa perusahaan yang memanggilnya untuk interview meski Ia tetap tak lulus. Entah penghianatan apa yang Aika lakukan di masa lalu hingga hidupnya sesulit ini.
Matanya menatap berbinar, ada email yang masuk melihat salah satu nama perusahaan. "Yes" teriak Aika saat melihat salah satu perusahaan memanggilnya untuk interview.
Ia segera melihat jadwal, matanya melotot Ia mendapatkan jadwal hari ini jam 10 pagi. Dengan cepat Aika membuka lemarinya mengambil baju putih dan rok hitam yang sudah lama tak gunakan.
Ia mematuk dirinya didepan cermin, menjalin rambutnya hingga terlihat rapi. "perfect" gumam Aika saat memoleskan lipstick di bibir merahnya.
Dengan gembira Ia menuruni tangga, rumah nampak sepi tentu saja Maya dan Dermawan pasti sedang mengecek restaurant milik keluarga mereka sedangkan kedua saudaranya bekerja.
Dengan riang Aika menstater motor matic nya hasil jerih payahnya menabung yang ia sisihkan dari bekal kuliah. Ia bersyukur karena memiliki motor ini meski beberapa kali Papanya menawari Aika untuk membeli mobil namun Aika selalu menolak karena perawatan dan pajak cukup mahal dan dengan keadaannya yang pengangguran Aika pasti tak mampu untuk mengcover biaya-biaya itu.
Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum, Ia berharap Ia lulus interview dan bekerja untuk pertama kalinya. Membayangkan itu membuat semangat Aika bangkit.
Matanya menatap gedung tinggi didepan matanya, "wow" gumamnya, ditambah dengan tulisan besar "CUSTODIAN" yang Aika yakini berlapis emas . Ia benar-benar tak percaya ini
Ia memasuki gedung dan banyak orang disana. Ia kemudian berjalan ke resepsionis untuk menanyakan tempat interview dan diarahkan untuk ke lantai 4
Lift cukup padat, mereka berdesakan. Aika menatap kasian seorang nenek paruh baya yang berdesak disana sehingga Aika berinisiatif membantu dengan menukar tempatnya. Ia memberikan sedikit space sehingga sang nenek mendapatkan ruang yang cukup.
"Makasih nak" bisik nenek itu
Aika mengedipkan matanya "sama-sama nenek cantik" kekeh AIka
Nenek itu nampaknya keluar di lantai 2, Aika berfikir kenapa ada nenek-nenek di kantor ini mungkin ada kepentingan pikirnya lagi.
Aika menampakan kakinya dilantai empat, bebrapa orang yang berpakain sama persis dengannya juga sudah duduk dan harap cemas. Ia datang 30 menit lebih awal sehingga Aika bisa mmebuka website kantor ini untuk belajar. Pengalamannya gagal interview membuat Aika semakin sering belajar untuk meperbaiki diri.
Lima menit lagi, Ia menengong jam di tangan kirinya. "Aika Cantika" panggilan itu
Dengan gugup Aika masuk, kemudian sang HRD mempersilahkan Aika duduk. Ia sedikit gugup. Aika menjawab semua pertanyaan yang diberikan HRD dengan lugas dan cukup percaya diri.
Setelah hampir dua puluh menit Ia dipersilahkan keluar, Aika mengehempuskan nafsnya lega. Ia sudah melakukan yang terbaik dan Ia harap asilnya juga baik. Amin
Aika keluar gedung kantor, Ia mengendarai motor maticnya pelan hingga pemandangan memilukan memaksanya untuk berhenti.
Ia menatap seorang kakek yang sedan duduk didepan emperan dengan membawa tikar. Ia kemudian memberhentikan motornya.
"Kek, saya mau beli tikar" ucap Aika
Mata kakek itu berbinar. "wah, mau yang ukuran berapa neng?" tanya beliau. Bahkan Aika bisa melihat tangan itu bergetar. Sudahkah kakek ini makan? pikir Aika?
"yang ini kek" Aika mengambil tikar yang paling besar
"35 ribu neng" ucap sang kakek.
Lagi-lagi hati Aika teriris, bahkan di Mall tikar seperti ini bisanya dihargai 50 ribuan keatas. Aika kemudian mengambil seratus ribuan terakhir didompetnya dan menyerahkan kepada kakek penjual.
"Ini kek, ambil kembaliannya" ucap Aika
Sang kakek terbengong sesaat mmebuat Aika sedikit takut namun akhirnya beliau tersenyum penuh syukur tersenyum hingga menunujukan kerutan di matanya.
"Makasih neng"
Aika mengangguk kemudian mebawa tikarnya. Lagi-lagi Ia merasa buruk karena sering tak bersyukur, diluar sana masih banyak yang berkekurangan darinya.
"Maafkan aku Tuhan"
**
Hello There
Might be you had wondered why the story was change
yap! I Change my mind about the story line
please enjoy
KAMU SEDANG MEMBACA
US (Story between you and me)
RomantizmFollow dulu sebelum baca 😊 Kedewasaan selalu hadir beriringan dengan luka, tanpa kamu sadari luka mendewasakan diri. ketika pukulan bertubi-tubi datang dan membuat kita jatuh sejatuh jatuhnya hingga merasa kedua kaki ini tak mampu untuk bangkit. A...