BAB 5 Done

1.1K 105 1
                                    

Weekend biasanya adalah saat menyenangkan bagi Aika namun akhir-akhir ini Ia lebih senang bekerja sehingga melupakan Bram saat Ia bekerja. Aika terbangun dirumah kedua orang tuanya, sesuai dengan perjanjian setiap weekend Aika wajib pulang dan menginap.

Sudah sejak seminggu yang lalu Aika berpikir, memikirkannya secara matang. Ia tak mau gegabah karena ini menyangkut masa depannya. Meski akhirnya mengecewakan banyak orang Ia tetap harus memutuskan. Aika deserves happiness. Sudah saatnya Ia lepas dan menentukan pilihannya.

Aika sudah bersiap dengan pakaian terbaiknya, Ia sengaja mengundang keluarga Alexander untuk hadir makan siang dirumahnya sekaligus Ia ingin menyampaikan sesuatu yang harus Ia akhiri. Segala macam drama yang harus Aika akhiri.

Ia turun kelantai bawah, ternyata Tante Weni dan Bram sudah datang. Tante Weni nampak membantu mamanya untuk memasak sedangkan Bram nampak berbincang dengan papanya dan Devano. Ia tersenyum berharap setelah hari ini hubungan mereka tetap terjalin dengan baik. Aika sudah berjanji tak akan menyeret siapapun dan akan mengakhiri tanpa menyalahkan siapapun.

Mereka terduduk di meja makan namun Jasmine tak bisa hadir karena enam bulan kedepan Jasmine berada di Milan untuk mempersiapkan pergelaran  busana di kancah International, bahkan sangat sulit menghubungi Jasmine.

Mereka makan dengan diam hingga keenam orang dimeja maan meyelesaikan sesi makan siangnya. Ini adalah hal langka, biasanya Maya lah yang merancang makan siang bersama namun kali ini adalah permintaan dari putri bungsunya.

"Hmm... Ada yang ingin aku sampaikan" ucap Aika dengan suara sedikit gugup

Mama dan Papa Aika menatap sang putri penasaran. Begitula Devaano dan Weni sedangkan Bram nampak acuh membuat Aika semakin yakin.

"Aku tidak bisa bertunangan dengan Bram" ucap Aika akhirnya

Ting

Garpu yang dipegang oleh Mamanya terjatuh, begitupula papanya cukup terkejut mendengar ucapan sang putri

"AIKA" geram Maya

"Ma, Aku sudah besar aku suah cukup dewasa untuk menentukan pilihanku sendiri. Aika rasa pertunangan ini tidak akan berhasil, salah satu dari kami akan terluka jika dipaksakan" ucap Aika

"Aika, apakah tidak bisa dibicarakan lagi?" Tanya Weni

Aika menggelang "Maaf tante, keputusan Aika sudah bulat. Aika tidak membuat keputusan ini dengan emosi. Aika cukup mengambil banyak waktu untuk berfikir. Aika tak bisa bertunangan dengan Bram. Bram pantas mendapatkan wanita yang Ia idamkan dan Aika deserves a gentleman" ucap Aika membuat harga diri Bram sedikit tersentil, secara tak langsung Aika menganggapnya tak cukup gentleman.

"Jika itu kemauanmu papa kabulkan, meski sedikit kecewa namun papa menghormati keputusan yang Aika buat. Papa bangga karena Aika berani mengungkapakan pada kami" ucap Dermawan sembari mengelus kepalanya sayang. Ia tak menyangka papa nya ternyata menyayanginya.

"Tapi Pa" ucap Maya menentang. Ia tak habis pikir dengan otak Aika, hidupnya akan terjamin jika Ia menikahi Bram ditambah Bram yang dewasa, Maya yakin Bram sangat cocok dengan Aika yang manja dan ceroboh.

"Ma. Biarkan Aika memutuskan" ucap Devano yang sejak tadi diam. Ada yang tak beres, Ia tahu Aika menyukai Bram, siapapun bisa melihat sinar mata Aika yang berbinar saat berbicara dengan Bram meski sekarang sudah sedikit meredup, ada tatapan kecewa disana. Devano akan memastikan Bram dapat imbalan jika berani menyakiti adiknya.

Maya mencabikan bibirnya. Bram masih mengunci mulutnya rapat namun satu sisi Ia lega karena akhirnya keinginannya terpenuhi tanpa harus menghancurkan imagenya didepan Dermawan dan Maya.

"Mohon maaf Weni sepertinya jalinan ini harus kita akhiri, aku harap kita tetap berteman" ucap Dermawan

Weni mengangguk mengerti meski Ia sedikit kecewa karena sejak awal Ia memang sangat suka dengan Aika yang ramah dan juga ceria.

Bram dan Weni meninggalkan kediaman keluarga Dermawan.

Maya mediami Aika bahkan wanita paruh baya itu menghiraukan kehadiran Aika. Aika hanya tersenyum miris. Ibunya tak akan pernah mengerti. Ia menatap punggung ibunya.

Aika meminta izin kembali ke kos pada sang papa dan kakak. Seharusnya Ia menginap hari ini karena besok minggu namun sepertinya kondisi tak memungkinkan.

****

Aika mengendarai motornya dengan pelan, Air matanya tak henti-hentinya menetes meski mengatakan menerima keputusan Aika namun Papanya tak bisa menyembunyikan rasa kecewa pada Aika, lelaki itu memang hanya diam namun Aika tahu kekecewaan itu ada. Berbeda dengan ibunya yang menunjukan secara terang terangan.

Hatinya sakit, tentu saja! Untuk pertama kali dalam hidupnya Ia menyukai seorang lelaki namun berakhir mengenaskan dan penolakan. Meski Ia mendengar nya dengan tak sengaja, Aika tetap merasakan pahitnya penolakan. Apakah cinta bertepuk sebelah tangan semenyakitkan ini?

Motor Aika akhirnya berhenti di kosnya. Ia memutuskan untuk masuk kekamar. Aika mengurung dirinya di kamar, Air matanya terus menetes. Dadanya sesk ditambah lagi kekecewaan keluarganya. Ia merasa gagal namun apa daya Aika hanya berusaha menyelamatkan hatinya. Lebih baik melepaskan seseorang yang tak menginginkan kita bukan meski sakit namun tak akan membunuh.

Ia tertidur hingga sebuah gedoran di pintu kosnya membuat Aika bangun dengan malas. Ia menggerutu saat gedoran makin mengencang. Siapa yang bertamu di jam seperti ini, Ia melihat jam dinding dikamarnya menunjukan jam 10 malam. Cukup lama juga Ia tidur.

"sebentar" teriak Aika

Ia membuka Pintu dan matanya membulat melihat siapa yang datang "kamu"

****

Di tempat lain kediaman Alexander, Bram tersenyum akhirnya senyumannya kembali setelah setelah beberapa bulan beban dipikulnya karena rencana pertunangannya dengan Aika.

Ia tak membenci Aika, tidak Bram pungkiri Aika tak pernah menganggunya ataupun berusaha mencari perhatiannya seperti gadis lain. Gadis itu hanya melakukan hal yang seharusnya dilakuakan oleh calon tunangan yang melakukan pendekatan.

Ia tak pernah marah pada Aika karena menurut Bram Aika hadir diwaktu yang kurang tepat. Ia memang sudah sejak awal jatuh cinta pada Jasmine, seorang designer muda yang menarik perhatiannya. Bram masih ingat saat Ia tanpa sengaja hadir dipergelaran busana gadis itu, Ia langsung terpesona melihat Jasmine yang memakai gaun panjang berwarna biru dan benar-benar membuat Bram sulit mengedipkan mata bahkan Ia merasakan jantungnya berdetak sepuluh kali lipat.

Bram tersenyum, ia memesan tiket untuk kepergiannya ke Milan, Ia berencana menyusul Jasmine. Semoga menjadi sesuatu yang baik, meski rasanya tak mudah karena bagi Jasmine dirinya adalah calon kakak ipar gadis itu. Ia bebrapa kali memberikan Jasmine perhatian kecil berharap Jasmine peka terhadap perasaannya namun sepertinya Jasmine tak menyadari , apakah gadis itu terlalu banyak mendapat perhatian sehingga tak menyadari perhatian kecil darinya?

Bram terkekeh sendiri membayangkan hari yang akan Ia lalui bersama Jasmine. Ia  jatuh cinta pada gadis itu. Jasmine tak pernah berusaha namun Bram seakan terpikat olehnya.

US (Story between you and me)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang