Tanpa?

13.2K 134 3
                                    

Aku menanti. Tapi menanti bukanlah diam. Detik berputar dan aku tetap berputar di lingkaran. Ya, ini masih saja tentang dia sekali pun aku telah di miliki.

* * *

Aku ingat, saat pertama kali aku jatuh cinta pada seorang laki-laki "istimewa" itu. Laki-laki istimewa setelah ayahku maksudnya.

Saat itu, untuk pertama kalinya aku mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) yang rutin diadakan di Sekolahku. Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi tepatnya. Aku melihatnya. Satu ruangan ujian denganku. Duduknya tepat disebelah kananku. Ya tuhan, perasaan apa ini? Hingga mengkoyakkan hatiku seperti ini. Padahal.. Sebelumnya aku belum pernah mengenalnya. Jangankan mengenalnya, tahu namanya saja tidak.

Namun akhirnya aku tahu nama laki-laki itu. Mahesa Abraham. Aku tau namanya dari lembar soal yang ditinggalkannya dilaci meja setelah ujian usai. Semua soal itu ia beri nama dan kelas, namun setelah ujian usai ia meninggalkannya begitu saja. Lantas, dengan senang hati aku memungutnya dengan dalih untuk belajar dikelas sebelas nanti.

Setelah UTS selesai, rutinitas sekolah kembali normal. Belajar, praktikum resep, praktikum kimia, simulasi apotek, semuanya berjalan normal. Namun tidak dengan hati dan fikiranku, Masih terngiang wajah laki-laki itu (kak Mahesa).

Tak sengaja, saat sedang bosan mendengarkan guruku yang sedang bercerita, aku melihat-lihat tulisan-tulisan usil dimeja belajarku, yang ditulis oleh para kakak kelas yang mungkin sudah lulus dua atau tiga tahun yang lalu. Ada yang menuliskan mau pulang dengan menambahkan gambar emotikon sedih, ada yang curhat tentang kekasih dan lain sebagainya. Namun ada satu tulisan yang membuatku melonjat kegirangan, sebuah tulisan usil entah itu sengaja ditulis atau hanya usil 31Dxxx5 Mahesa Abraham. Ya tuhan, makhluk usil mana yang menulis Pin BB pujaanku dimeja belajar sekolah seperti ini?. Ah masa bodoh siapa yang usil. Yang penting aku dapat pin laki-laki yang menghantui fikiranku selama beberapa hari ini, sejak UTS.

Setengah mati aku mengumpulkan nyali hanya untuk invite pin itu. Aku melonjat kegirangan setelah lima menit kemudian ia telah resmi menjadi temanku di BBM, nama dan fotonya akan senantiasa berada diurutan kontakku. Ya tuhan, aku makin menggilainya.

Lebih gila lagi ketika akhirnya aku memberanikan diri untuk mengiriminya pesan BBM dan dia membalasnya secepat kilat. Membuatku makin menggila dengan berjingkrakan kesana kemari. Sejak saat itu kita saling mengenal satu sama lain. Tiada hari tanpa BBM. Membicarakan segala hal, dari hal yang penting sampai hal tak terpenting, dari politik, sejarah, seorang tokoh, atau guru-guru yang menyebalkan disekolah. Ah, bahagianya aku saat itu... Dapat bercengkrama dengan idola setiap hari, melempar senyuman dan sapaan saat berpapasan.

Bulan begitu cepat berganti. Hingga aku mendapat kabar bahwa idolaku (Mario Maurer aktor Thailand) akan berkunjung keIndonesia tepatnya dikota Jakarta untuk mempromosikan film horor comedy terbarunya. Setengah mati aku menabung agar dapat membeli tiket Meet and Greet dengan Mario Maurer hingga kabar yang membuatku bimbang pun datang. Kak Mahesa akan berulangtahun yang Ketujuhbelas dihari dimana Mario Maurer mengadakan M&G. Aku tak punya banyak uang, mau tak mau aku harus memilih salah satu diantara pilihan, beli tiket atau beli kado. Cinta membutakanku. Hingga akhirnya, terpaksa aku memilih untuk menelan pil pahit. Tidak bertemu dengan Aktor idola tapi membeli kado untuk sang kakak kelas pujaan hati. Aku lebih memilih membeli kado bukan tanpa alasan, melainkan aku merasa mendapat respond yang baik darinya, alih-alih agar hubungan kami berlanjut dan sesuai harapanku. In relationship.

Lagi-lagi hari begitu cepat berlalu, sampai akhirnya tiba dihari yang kunantikan. Mahesa's birthday. Aku sempat kebingungan mencari kado apa yang tepat untuknya, namun berkat saran sahabatku aku menemukan hadiah yang tepat untuknya. Sebuah tas punggung untuk sekolah berwarna biru dongker dan bergambar logo club bola favoritnya. Barcelona. Aku juga memesan sebuah kue tart, lengkap dengan hiasan Barcelonanya. Hari itu terasa begitu lama, guru-guru terasa menjelaskan begitu lamban, semua menjadi terasa lama hari itu, aku benar-benar sudah tak sabar untuk memenuhi undangan ulangtahunnya yang ketujuhbelas nanti malam. Akhirnya bel pulang berdering. Secepat kilat aku membenahi buku-buku ku dan melesat keluar sekolah dan pulang. Kemudian berdandan untuk datang ke pesta ulangtahun Kak Mahesa.

Tanpa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang