Sampai kami tiba di Jakarta pun dia masih mendiamiku. Mengerjakan segala sesuatunya sendirian, padahal biasanya meminta bantuanku. Memanggil sekretaris pribadinya untuk membenahi ruang kerjanya, padahal dia bisa mengandalakanku. Tidur membelakangiku, padahal biasanya menghadap kearahku. Entah mengapa hatiku makin terasa perih.
"Hari ini lo mulai kuliah. jam 9, bareng gue berangkatnya" Ucap Azhuar yang tiba-tiba membuka percakapan dipagi hari saat aku menyiapjan sarapan.
"Lo ngga kesiangan kalo nganterin gue dulu?" Tanyaku.
"Kesiangan lah" Jawabnya datar.
"Yaudah ngga usah maksain buat nganterin"
"Ntar lo nangis lagi gara-gara ngga tau jalan" Azhuar memutar bola matanya seakan meremehkan. Hatiku makin perih dan pedih. Aku kesal dengan sifatnya yang sedemikian menyebalkannya.
***
sesampainya dikampus ternyata aku sudah ditunggu kedatangannya oleh seorang dosen.
"Itu dosen lo, dia bakal nunjukin segala hal tentang kegiatan perkuliahan lo. sana turun" aku mengangguk dan turun dari mobil sedan juke warna merah milik Azhuar.
"Imajie Jo soeharsono?" ucap wanita yang kurasa umurnya sekitar 42 tahun
"iya" aku hanya menjawab seadanya karena hatiku baru saja tersinggung, kata-kata Azhuar dan sifatnya akhir-akhir ini, entah mengapa begitu menusuk relung kalbu.
"perkenalkan saya helena lockwood, saya dosen farmakologi dasar disini. saya juga bekerja disalah satu cabang perusahaan keluarga tuan hermawan" jawabnya seraya berjalan menuju kampus jurusan farmasi.
Ibu Helena banyak menjelaskan tentang semua kegiatan perkuliahanku disini, kemudian diakhir topik pembicaraan ibu Helena berpamitan karena ada kelas.
Setelah mata kuliah pertama yaitu kimia teori selesai, aku masih ada mata kuliah matematika nanti jam 3. Namun sekarang masih jam 2, kemudian aku memutuskan untuk keliling kampus berharap bertemu dengan Jeje atau Mahesa.
Seseorang menepuk pundakku dengan cukup keras, "Jo! Imajie jo kan?"
"woyyy.. haha.. apa kabar lo Je"
"baik Jo, eh kabarnya lo kuliah di Semarang. kok lo ada disini si?"
"iya gue pindah Universitas soalnya suami gue maunya di Jakarta ngga mau pindah ke Semarang hehe"
"eh lo abis nikah kok jadi kurusan si, beda sama yang gue liat waktu resepsi pernikahan lo"
"Apaan si Je, orang biasa aja juga"
"hahaha tai. keseringan bikin kali lo, sampe lupa makan" Tawa antara aku dan Jeje pun pecah dilorong - lorong tua kampus.
"bikin apaan tai?!! Gue belom dijamah sama sekali" Jawabku berbohong.
"Yaudah gue aja sini yang menjamah kalo suami lo ngga mau hahaha"
"Yeeeeee, gue yang ngga mau sama lo"
"Cobain dulu sini sama gue, pasti ketagihan"
"Mahesa mana Je?
"Ya Tuhan.. Jo.. Masih aja nanyainnya.. Lo ngga inget betapa jahatnya dia nyakitin lo dulu? Udahlah! Move on!!"
"Lo pikir move on segampang itu?
"Udahlah Jo, lo udah punya Azhuar. Lo mau apa lagi? Ha?! Gabisa jo, udah ngga bisa lo berharap milikin Mahesa kaya dulu lagi tuh udah ngga bisa sekarang"
"I love him so fuckin damn much "
"Tuhan berkehendak lain. Yaitu, lo sama Azhuar"
"Tai lo Je"
"Tai mah bau Jo, gue wangi"
"Hah, monyet lo. Udah ah gue mau masuk kelas"
"Eh bareng kali Jo"
"Lah emang kita bareng Je?"
"Bareng bloon"
"Kok gue ga liat lo tadi di kelas"
"Males ikut matkul pertama hehehe"
***
Kegiatan kuliah pun berakhir pukul lima sore. Aku memutuskan untuk tidak pulang ke Apartment dan pulang kerumah orangtuaku.
"pah.. aku pulang, gimana keadaannya makin sehat kan?" ujarku pelan saat aku melihat keadaan ayahku dikamarnya.
"iya.. papah makin sehat.. suami mu mana?"
"Nggg, anu, mas Azhuar lagi kerja belum pulang"
"Ohh. Yaa... Papah cuma mau ngasih tau, kalo umur papah tuh udah ngga akan lama lagi, papah pengen liat cucu dari kamu" Aku terjengit mendengar kalimat itu keluar dari mulut ayahku.
"Iya pah.. Jo juga lagi berusaha kok.. kalo Allah ngijinin, Insya Allah nanti Jo cepet dikasih momongan" Jawabku menenangkan.
"Mba..." suara Bimo adikku memanggilku dari luar. Aku menoleh. kemudian menghampirnya.
"Jo keluar sebentar ya pah.."
Aku keluar kamar dan menghampiri adikku.
"Kenapa bim?"
"Ada mas Azhuar tuh diluar"
"Azhuar?" Aku mengernyitkan dahi.
"Iya, udah sana samperin"
Aku berdecak kesal sambil melangkan kakiku untuk segera menghampiri Azhuar yang telah menunggu diruang tamu.
Aku hanya berdiri dan membisu didepannya sambil melipat kedua tanganku didepan dada, memeberikan isyarat kenapa? Ngapain kesini?
Azhuar berdiri dan meraih tanganku "Ayo pulang"
"Ngga usah gue disini aja, gue ngga mau bikin lo repot. Gue kan cengeng, tukang nangis, gue kekanak-kanakan dan lo seakan ngga bisa terima itu, yaudah.. Gue cuma ngga mau bikin lo repot aja makannya gue disini"
"Maafin gue Jo, gue yang egois"
"Engga.. Gue yang salah kok, gue yang belum sempurna jadi istri buat lo"
"C'mon.. Pulang sayang" Azhuar membenahi rambutku yang tersibak angin malam.
"Ngga mau"
"Jo, dengerin gue. Kita itu baru nikah, kalo kamu disini dan aku di apartment sendirian, pasti mereka mikir yang macem-macem tentang kita, aku juga nanti yang malu dianggap ngga becus jadi laki-laki. Pulang sayang.. Sekarang"
Aku membuang nafas asal kemudian pulang ke apartment bersama Azhuar setelah sebelumnya Azhuar menemui ayahku terlebih dahulu.
***
"Zhuar" Ucapku saat didalam mobil. Mencoba memberanikan diri untuk membicarakan persoalan keinginan ayahku.
"Ya?" Aku menelan ludah berkali-kali, jantungku berdegub kencang, mulutku terbuka dan akhirnya hanya kalimat dusta yang ku ucapkan. Payah.
"Gue besok kuliah pagi" Dustaku.
"Iya"
Aku mencoba menenangkan diriku sesaat, berharap sesampainya di apartment aku dapat mengucapkannya dengan lancar tanpa rasa canggung.
"Zhuar" Ucapku sesampainya di apartment.
"Kenapa jo?"
"Mmmmm... besok gue kuliah pagi" dustaku lagi.
"Lo udah bilang tadi"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa?
RomanceAku menanti. Tapi menanti bukanlah diam. Detik berputar dan aku tetap berputar di lingkaran. Ya, ini masih saja tentang dia sekali pun aku telah di miliki. ...... Percayalah.. tidak akan ada yang abadi. Termasuk orang yang mencintaimu juga akan perg...