2. Mengubur Impian

4.3K 78 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 9 malam. itu artinya sudah saatnya aku pulang. tubuhku sangat lelah karna seharian apotek sangat ramai. Entah itu menebus obat, membeli obat bebas, dan membeli beberapa alat kesehatan.

"jo, mau pulang tah?" Tanya bude harti saat aku bersiap untuk pulang.

"iya bude" jawabku singkat.

"Kesini sebentar"

Aku menghampirinya diruangan khusus Apoteker Penanggungjawab Apotek. Kemudian ia memberiku selembar amplop putih berukuran sedang.

"Emang ngga seberapa, tapi kan lumayan buat beli bakso"

"Allhamdulillah.. Makasih bude" Aku tersenyum. Kemudian berpamitan pulang.

Ini gaji pertamaku! Ya memang tidak seberapa, tapi ini hasil jerih payahku tiap sabtu dan minggu selama satu bulan ini. Tak terasa, hari begitu cepat berlalu. Ternyata sudah satu bulan aku disemarang. Menjalani rutinitas perkuliahanku, menemukan banyak teman baru dikampus dan dikostan, dan meninggalkan semua orang yang kusayangi dijakarta.

By the way, setelah Kak Mahesa kerumahku waktu itu ia tak pernah menghubungiku lagi. Ya, sudah satu bulan ini ia tak menghubungiku. Mungkin sedang menjalin hubungan dengam wanita lain (?). Entahlah.

aku merebahkan tubuhku dikasur yang cukup nyaman yang terdapat dikamar kostku. Membuang nafas asal-asalan seakan mengungkapkan semua kelelahanku hari ini. Ah, aku sangat merindukan rumah. Dirumah ada Bimo adik laki-laki ku dan Mas Wageh kakak laki-lakiku. Bimo yang sekarang sudah besar namun tetap menjadi adik kecil yang lucu dan menggemaskan bagiku. aku rindu ingin mencium pipinya hingga ia marah dan teriak-teriak mengumpatiku. Mas Wageh yang sudah menikah dan memiliki anak perempuan yang lucu bernama Ayummi sering berkunjung kerumah. Dan tentunya kedua orantuaku yang semakin hari semakin romantis. Ah, aku merindukan rumah!

Handphoneku kembali bergetar.

Dea winsy: Skype blayy!! Kangen nihhh

Imajie jo:   Hayukkkkkk!!

Aku membuka laptopku dan menyalakan koneksi internet kemudian langsung membuka aplikasi skype.

"Helluuuuuuuu" sapaku ketika Dea dan Ical mulai muncul di layar laptopku

"Jooooooooooo! Aahhh.. Kangen gilaaaaa" Ical.

"Apa kabar Cal? Dey?"

"Gue kesusahan nyari cowo nih disini, masa mereka ngga suka cewe bermuka padang arab cantik kaya gue gini siii?"

Aku hanya tertawa menanggapi celotehan Dea, dan terlihat Ical menanggapi celotehan Dea hanya dengan memasang wajah tak suka seperti "apaan si lo?! Ngga jelas banget!"

"Gimana studienkolleg kalian? Lancar?"

"Alhamdulillah.. Lancar" Ical.

"Belajar mah lancar, jodoh nihhh yang belom lancar" Dea.

Aku kembali tertawa.

"Coba deh, lo pikat cowo-cowo jerman itu pake nilai lo dan isi otak lo. Insya allah mereka akan langsung bertekuk lutut dikaki lo dan memohon cinta ke lo" jawabku.

"Tuh dey dengerin..." Ical.

"Aahh, iya.. Bener juga lo jo"

"Eh udahan belom kangennya? Gue ngantuk binggow nihh, disanakan masih sore.. Disini udah malem banget" aku menguap.

"Yahhh, padahal masih kangen. Yaudah deh ngga apa-apa. Semoga lo bisa nyusul kita kesini ya Jo" Dea.

"Gutten nacht" Ical melambaikan tangan.

Dulu. Aku, Dea, dan Ical mempunyai mimpi yang sama. Yaitu kuliah dan sukses bersama di Germany. Mimpi itu semakin terasa nyata ketika kami sering mengikuti seminar tentang Study di Germany, dan ketika kami memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa jerman di Goette Institut  Jakarta.

Namun mimpi itu seakan mengabu bagiku ketika Ayahku divonis kanker paru-paru stadium IV oleh dokter. Aku menangis saat Ayahku divonis seperti itu. Entah menangisi yang mana. Ayahku atau Impianku. Sejak saat itu, aku mengubur dalam-dalam impianku, aku berhenti kursus, dan melanjutkan fokus sekolah kejuruan Farmasiku.

Someday!. Desisku dalam hati. Pepatah mengatakan, "Gunung dikejar takan lari kemana". Ya, jerman akan menunggu kehadiranku, selama apapun itu.

                       *        *         *

Handphoneku bergetar sedaritadi aku didalam kelas. Aku tak ingin melewatkan sedikitpun penjelasan dari dosenku sehingga aku mengacuhkan panggilan masuk itu. Hingga kelas selesai dan aku mengecek siapa yang menelpon. Ayahku.

"assalamualaikum, what happend dad? are you okay?" Ucapku saat aku menelpon kembali ayahku.

"Walaikumsalam. Oh nothing, kamu lagi sibuk ya?" jawab ayahku.

"Engga kok, tadi pas papah telpon itu aku lagi ada kelas. Ngga enak kalo mau jawab telpon"

"I want to tell you about something"

"What is that? Tell me!"

Tanpa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang