14. Cucu Untuk Ayah

4.5K 61 0
                                    

Aku merasakan ponsel ku bergetar dipagi hari. "haduhhh siapa si itu yang nelphone pagi-pagi ahhhh" dengusku sambil menutup kupingku dengan bantal, namun dengan terpaksa aku mengangkat telphone itu karena getarannya yang sangat menggangu.

"halo.. siapa nih?" Ucapku ketika mengangkat telephone masuk tanpa mempedulikan siapa yang menghubungi.

"Bimo mba, lo bisa pulang sebentar ngga mba? bokap ngelindur nyebut-nyebut nama lo terus nih" Seketika, mata yang sebelumnya masih terpejam dan enggan untuk terbuka tiba-tiba saja terbuka sangat lebar saat bimo memberitahu kabar tentang ayahku. Aku sangat menyayangi ayahku, aku tak ingin kehilangannya.

"iya iya gue pulang sekarang juga ya" Aku menangis, aku takut ayahku dipanggil oleh yang maha kuasa sedangkan aku belum bisa memenuhi keinginannya. memberinya seorang cucu.

"jo.. kenapa hey!!" azhuar menangkap tubuhku ketika aku lari sambil menangis menuju kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap untuk segera pulang kerumah orangtuaku.

"bokap gue nyariin gue terus kata Bimo, gue mau pulang sekarang. mungkin gue nginep disana untuk beberapa hari"

"gue anterin ya, gue ikut nginep disana juga ya" ucap Azhuar

"yaudah terserah kalo mau ikut, gue siapin baju ganti buat lo dulu"

"ngga usah, lo mandi aja sana. biar gue yang nyiapin"

"oke"

***

"Jo... Jo... Jo... Imajie Jo.. anakku.." Ayahku mengigau.

"iya pah.. Jo disini" aku menjawab ucapan ayahku yang terus memanggil namaku.

"Jo.." ucap ayahku yang kemudian bangun dari igauannya. "papah kangen sama kamu Jo.." Ayahku mengusap puncak kepalaku. "udah 3 kali lho.. papah mimpi kamu bawa bayi kesini, tapi papah ngga bisa gendong..." Airmataku kemudian mengalir deras.

"iya pah, Jo juga lagi berusaha kok sama mas Azhuar. kita sampe ke dokter kok pah.. papah sabar ya, papah pasti bisa gendong anak Jo kok.. nanti gendongnya sama Om Hermawan ya pah.." jawabku menenangkan.

Aku merawat ayahku selama dua hari, berharap keadaannya membaik. nyatanya tidak, justru makin parah dan harus dilarikan ke rumah sakit dan menjalani rawat inap. Aku tak tau apa yang membuat penyakit ayahku makin parah dia hari belakangan, namun kudengar dokter sempat berbicara dengan ibuku bahwa ayahku sedang memikirkan hal yang sangat berat sehingga sakitnya tidak kunjung membaik justru malag makin parah dan aku yakin hal yang sangat berat yang sedang dipikirkan ayahku adalah Cucu dariku dan Azhuar.

Malam ke-dua ayahku dirawat aku bergantian jaga ayahku di rumah sakit dengan kakak laki-lakiku mas Wageh. Azhuar menjemputku. Kulihat dari kejauhan Azhuar berjalan dilorong rumah sakit. Aku tercekat melihat Azhuar yang semakin jelas terlihat di lorong rumah sakit, karena aku teringat tekatku semalam, aku ingin ayahku sembuh, aku akan membuatkan ayahku cucu sesampainya aku di apartment, aku tidak peduli dengan apa tanggapan Azhuar nanti, yang penting ayahku sembuh.

Azhuar semakin mendekat. Aku menelan ludah berkali-kali. Susah payah aku mengumpulkan nyali. Kemudian dengan cepat aku menangkap telapak tangannya dan menggiringnya keparkiran untuk segera masuk ke mobil dan pulang ke apartment. Aku dapat melihat ekpresi Azhuar yang terlihat terkejut karena tiba-tiba aku mau menyentuh bagian tubuhnya.

Sesampainya di mobil. Azhuar baru saja menutup pintu mobil dan mengenakan sabuk pengamannya. Ketika wajahnya menoleh kearahku dan hendak menegurku untuk segera mengenakan sabuk pengaman aku langsung menangkap wajahnya dan mendekatkannya kewajahku kemudian melumat bibirnya yang kemudian mendapat balasan lumatan juga dari Azhuar. Kami pun terus terbawa hanyut saling bertukar air liur dan lumatan selama beberapa saat yang cukup lama.

"tolong isi perutku dengan cucu yang sangat diinginkan ayahku zhuar.." Ucapku saat lumatan itu berakhir dan kami masih saling menatap satu sama lain.

Azhuar hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian ia melajukan mobilnya meninggalkan parkiran rumah sakit dan segera menuju apartment dan memberiku nafkah batin untuk yang pertama kalinya.

Sesampainya di apartment, Aku langsung mandi dan Azhuar masuk kamar tidur. Setelah mandi, aku yg masih mengenakan handuk masuk ke kamar tidur, kemudian menanggalkan handuk yang sebelumnya kukenakan dan membiarkan Azhuar melihat tubuhku tanpa sehelai benang. Kemudian pula membiarkannya menyentuh dan menjamah seluruh bagian tubuhku. Entah sejak kapan aku terhanyut dalam kenikmatan tiada tara. Mendengar lenguhan yang bersaut-sautan dari mulutku dan mulut Azhuar. Entah berapa kali Azhuar memuntahkan cairan hangatnya kedalam organ intimku yang selalu saja membuatku dimabuk kepayang akan kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

Aku terbangun dalam keadaan didalam selimut tebal dan dipeluk Azhuar dari belakang. aku masih dalam keadaan tidak mengenakan pakaian sama sekali, aku merasa hangat berada dipelukan Azhuar.  kemudian aku tersenyum mengingat kejadian tadi malam. aku tersenyum bahagia karna aku telah memberi apa yang selama ini suamiku butuhkan, dan mungkin sebentar lagi akan hadir anggota keluarga baru yang sangat di idam-idamkan ayahku.

Oh, mengapa hatiku bergetar saat aku dipelukan Azhuar?. Aku tak mengerti, apa yang terjadi denganku. Apakah aku mulai mencitainya? Entahlah.. aku sendiri masih bingung.

Aku melihat jam yang ternyata sudah jam sembilan pagi.

"Zhuar udah jam sembilan lho itu, lo ngga kerja?" Ucapku membangunkan Azhuar yang masih memelukku dari belakang.

"Ini hari minggu tau" Jawab Azhuar. kemudian aku kembali menutup mataku karena aku juga masih lelah dengan pergulatan semalam.

"Jo.." Tak lama kudengar suara berat Azhuar yang masih mendekapku erat dari belakang memanggil namaku.

"ya?" Jawabku.

"gue boleh minta sesuatu?"

"apa?"

"bisa ngga lo lebih sopan sama gue. ya gue kan suami lo. panggil gue dengan sebutan 'Mas' dan kita manggilnya aku kamu"

Aku hanya diam tak bergeming.

"gatau sejak kapan, aku sayang sama kamu. aku ngga mau kehilangan kamu, aku mau sama kamu terus"

Aku tak menjawab tapi aku mengencangkankan dekapan tangannya di tubuhku, kemudian memegangi tangannya pertanda aku senang Azhuar mengatakan hal tersebut dan kemudian aku melanjutkan tidur.

Tanpa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang