Aku dan Azhuar menginap disebuah hotel mewah didaerah dekat Pantai Kuta, letaknya tak jauh dari Joger. Hotel dengan 1 bed king size dan 1 kamar mandi dengan gaya modern. Setibanya di kamar hotel aku memutuskan untuk langsung tidur dan akan memulai liburan besok.
"Ngga mandi?" Tanya Azhuar saat ia keluar dari kamar mandi.
"Ngga ah. Ngantuk" Jawabku dengan mata terpejam diranjang.
"Mandi sana"
"Ngga mau ahh.. Ngaaanntukkk"
"Iya iya iya, udah tidur tidur. Jangan nangis" Aku pun terlelap dalam tidurku.
***
Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Menggeliatkan tubuhku diatas ranjang. Aku tak menemukan Azhuar diranjang. Dan tak menemukannya disemua sudut ruangan. Aku merasa tak enak hati dengannya. Seharusnya aku bangun lebih pagi darinya, menyiapkan air hangat untuknya, kemudian menemaninya jalan - jalan keluar. Tidak seperti sekarang, mungkin sekarang ia sedang jalan-jalan sendirian diluar. Aku membenahi rambutku dan bergegas mandi. Setelah mandi aku mengenakan dress diatas dengkul berwarna putih polos berlengan pendek. Aku keluar kamar mandi dan menemukan Azhuar sedang menonton Tv sambil tiduran diranjang dengan kedua tangannya yang dilipat dan diletakkan dibawah kepalanya.
"Dari mana Zhuar?" Tanyaku. Azhuar menoleh kearahku, memandangku lama seakan terpesona. Aku mendekat keranjang "kenapa si? Ngeliatinnya gitu banget"
"Ha? Engga" Jawabnya singkat.
"Dari mana?" Tanyaku sambil menyisir didepan kaca rias.
"Cari angin bentar"
"Maaf ya"
"Maaf buat apa?"
"Karena gue ngga bangun pagi. Gue jadi ngga nyiapin air hangat buat lo, ngga bisa nemenin lo jalan-jalan tadi pagi"
Azhuar menoleh kearahku sambil tersenyum renyah "air hangat kan udah otomatis jadi ngga perlu disiapin sama lo lah, gue sendiri juga bisa"
"Ya tetep aja itu kewajiban gue, gue harus bangun lebih awal dari pada lo" Tak lama, kulihat bayangan Azhuar dikaca mendekat kearahku dari belakang. Mengacak rambutku pelan sambil tersenyum renyah.
"Jalan-jalan yuk" Ujar Azhuar sambil memandang kearahku melalui kaca.
Aku berdiri. Azhuar kembali mengenggam tanganku. Sebenarnya aku merasa risih diperlakukan seperti ini, tetapi rasa risih itu selalu kutepis ketika mengingat ucapan Azhuar tempo lalu. Ia sudah menganggapku seperti adiknya sendiri. Itu artinya dalam genggaman tangan tersebut mengandung makna sebuah hubungan adik dan kakak. Aku sedikit lega. Namun jika mengingat keinginan Ayahku kemarin, aku menjadi kembali gelisah.
Aku dan Azhuar menikmati Bali pagi menjelang siang itu dengan berjalan kaki. Berjejer deretan toko souvenir khas Bali di kiri dan kanan jalan. Tidak seperti Jakarta yang memiliki banyak bangunan menjulang tinggi lebih dari 10 lantai, Bali memiliki peraturan bahwa sebuah bangunan tidak boleh lebih dari 4 lantai atau sekitar 5 meter menjulang ke atas. Kami berjalan menyusuri jalanan yang kian dipadati oleh kendaraan beroda empat maupun roda dua. Menikmati Bali yang semakin siang semakin panas, menurutku cuaca panas di Bali melebihi cuaca panas di Jakarta. Sesekali Azhuar mengajakku untuk masuk ke toko souvenir, membeli beberapa souvenir untuk oleh-oleh keluarga dan kerabat di Jakarta.
"Eh Joger dulu dulu yuk" Azhuar mengajakku masuk kedalam toko Joger yang khas. Aku menurutinya dan kami pun masuk kedalam toko, melihat-lihat produk yang dijual dalam toko tersebut.
Setelah puas hanya melihat-lihat dan membeli beberapa oleh-oleh untuk teman-teman diJakarta, aku dan Azhuar pun melanjutkan perjalanan menuju kuta
"Capek zhuar..." Rengekku
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa?
RomanceAku menanti. Tapi menanti bukanlah diam. Detik berputar dan aku tetap berputar di lingkaran. Ya, ini masih saja tentang dia sekali pun aku telah di miliki. ...... Percayalah.. tidak akan ada yang abadi. Termasuk orang yang mencintaimu juga akan perg...