1. Semarang

5.3K 100 2
                                    

Semarang. Aku tiba dikota ini pada pukul 3 sore. Sesampainya distasiun Poncol aku dijemput oleh bude harti. Bude harti sudah lama tinggal di Semarang bersama suaminya, ia juga seorang Apoteker dan telah memiliki sebuah apotek dikawasan Gajah Mada.Aku diantar menuju tempat kost di Jalan Dewi Sartika. Dari kost ini lumayan dekat dengan UNNES. Bude juga membantuku membenahi segala kebutuhanku dikost.

"Jo.. Kamu kalo sabtu minggu kan libur, kerja diapotek  bude aja gimana? Biar sekalian ada pengalamannya" Ujar bude saat membantuku membenahi barang-barang.

"Sabtu minggu ya bude? Boleh deh, Jo mau" jawabku

"Iya sabtu minggu aja, kalo sabtu minggu rame soalnya. Suka keteter karyawan yang jaga sabtu minggu. Ya itung-itung kamu bantu-bantu lah.. Masalah gaji mah gampang nanti"

"Iya bude.. Siap!" Ujarku.

Bude pulang saat malam mulai larut. katanya, bude belum membuat laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika diapoteknya bulan lalu, padahal sekarang sudah tanggal 7 dan batas akhir pengiriman laporan kesuku dinas adalah tanggal 10. Membuat laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika adalah kewajiban seorang Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA). Bude sibuk menyambutku hari ini sehingga melupakan tugasnya. Tapi bude janji minggu depan akan traktir direstoran favoritenya. Restaurant Delman.

Malam ini hujan mengguyur kota semarang. Aku termangu sendirian didalam kamar kost sederhana ini. Hujan membuat hawa dikamar kost menjadi dingin. Aku mengeratkan jaketku, melindungi tubuhku dari terpaan udara dingin. Aku duduk di depan meja belajar, memandang rintik hujan dari balik jendela yang terletak disebelah meja belajar. Aku hanya memandang rintik hujan itu. Tanpa memikirkan apapun. Hingga akhirnya aku teringat suatu kejadian.

Saat itu, sewaktu aku masih duduk di bangku kelas sepuluh dan Kak Mahesa di kelas sebelas. Saat kami masih memiliki hubungan baik. Belum, kejadian menyakitkan itu belum terjadi.Saat itu, Kak Mahesa mengajaku menonton film di Bioskop. Aku bahagia bukan kepalang saat itu. Diajak nonton bioskop oleh sang pujaan hati. Oh ya Tuhan. Mimpi apa aku semalam? fikirku. Ternyata kami hanya menonton disebuah bioskop tua dan sederhana bernama Buaran Theater.

"Aku lagi ngga punya uang banyak jo. Tapi aku pengen banget jalan sama kamu. Ngga apa-apa kan aku ajak kamu nonton disini?" Ujarnya dengan tampang bersalah. Aku hanya tertawa kecil. "Ngga masalah. Emang kenapa? Lagi pula aku lagi males jalan jauh kak. Kalo nonton disini kan deket sama sekolah" jawabku. Mahesa ikut tersenyum. Ia meraih tanganku, mengenggamnya dan membawanya masuk kedalam ruangan bertuliskan "Buaran 1".

Setelah menonton film '5cm' kami memutuskan untuk pulang, namun hujan deras mengguyur sore itu membuat kami tak dapat melakukan apapun kecuali menunggu hujan reda. Sebenarnya banyak anak kecil yang menawarkan jasa sewa payung pada kami tapi Kak Mahesa selalu menolak. Mungkin karna uangnya sudah habis. Fikirku.

"Ambil aja kak, aku yang bayar. Gantian. Kan tadi kak mahe udah bayarin aku nonton" ujarku saat ada satu anak kecil lagi yang tak menyerah menawarkan jasa sewa payung pada jejeran orang yang sedang menunggu hujan reda didepan Bioskop.

"Ah, ngga usah.. Sebentar lagi juga reda" jawabnya.

Benar. Lima menit kemudian hujan mereda. Kami memutuskan untuk sedikit berhujan-hujanan. Ia melepas jaketnya yang terbuat dari bahan jeans, mengangkatnya dan menutupinya kekepalaku dan kepalanya. "Ayo lari jo. Se-enggaknya kepala kita ngga kena air hujan". Aku mengedepankan tasku kemudian berlari bersamanya menuju halte.

Menunggu angkutan umum.

Kami berbeda jalur sehingga tidak bisa pulang bersama. Angkutan berwarna merah dengan jurusan kearah rumahku datang, aku melambaikan tangan untuk menghentikan angkutan itu. "Kak aku duluan ya, makasih loh buat hari ini" aku melempar senyuman. Kak Mahesa hanya mengangguk menanggapi ucapanku.

Aku menaiki angkutan itu kemudian kembali memandang kearahnya yang sedang melambaikan tangan kearahku dengan tas yang masih diposisikan didepan dadanya. Oh ya Tuhan! Aku melihat payung lipat di kantung kecil sebelah kanan tasnya. Entahlah apa maksudnya melakukan semua itu.

Handphoneku bergetar cukup keras. hingga menyadarkanku dari lamunan nostalgia masa lalu. Ternyata ibuku.

"halo mah"

"halo jo, piye kost-kostan mu? betah?"

"ya.. lumayan mah, tetep enakan dirumah"

"halah.. uwes, nikmati aja sampe kuliahmu selesai, oiyo! tadi ada temenmu dateng ke rumah"

"siapa?"

"Ndak tau.. mamah juga ngga pernah liat anak itu main kerumah. Mamah juga belum sempat nanya namanya siapa. Katanya dia kakak kelasmu, trus dia nanyain kamu, lha trus mamah jawab kamu kuliah di Semarang. ehh trus dia malah pamit pulang"

"Cewe apa cowo?"

"Cowo"

Oh ya Tuhan! Mahesa kah itu? Sudah hampir satu tahun aku tak bertemu dengannya. Hanya bercengkrama lewat pesan singkat atau sosial media.

Tanpa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang