Sejak usia kandunganku menginjak bulan ke sembilan aku mengungsi kerumah orangtuaku agar ada yang memperhatikan kesehatanku dan kandunganku, karena Azhuar masih sibuk dengan proyeknya di Dubai jadi aku tidak mungkin tinggal di apartement sendirian.
Hari ini Jeje dan Luvita sudah berjanji akan berkunjung ke rumah dan membawakan rujak yang sudah ku pesan sebelumnya.
"Assalamuaikummm.." dari suaranya saja aku sudah bisa menebak itu suara Jeje.
"walaikumsalammmm" jawabku sambil membuka pintu "woyyyyyyyyyy dateng juga lo, masuk masuk" aku membawa kedua temanku ini ke taman halaman belakang rumah ku.
"Oiya nihhh" Luvita menyodorkan sebuah bungkusan plastik "ini pesenan lo bu azhuarrrrr..." ucap Luvita sambil meledek.
"Ah apaan si lo jangan manggil 'bu' kek! orang gue masih muda juga"
"Hahahahahahahahahahaha" Luvita dan Jeje hanya menertawaiku
"Je.." ucapku sambil terus makan rujak
"Kenapa Jo?"
"Mmm.. Mahesa apa kabar?" tanyaku dengan suara yang pelan.
"Najong, panas-panas, jauh-jauh ke sini cuma buat di tanyain si brengsek?" Ucap Jeje sewot.
"Cuma nanya je.." Jawabku.
"Gue udah lama ngga pernah liat Mahesa lagi, terakhir itu kalo ngga salah.. ya... sekitar 6 bulan yang lalu, abis itu gue ngga pernah liat dia lagi dikampus" jawab Jeje.
Entah sejak kapan wajahku sudah dibanjiri air mata
"Tuhhh kan nangis lagi kalo ngomongin si monyet itu" ucap Luvita sambil berdecak kesal serta kedua dahinya yang dikerutkan
"Aaaaaarrrgghhhhhhhh perut gue sakit Je! Pit! aduhhhh" erangku sambil meremas gagang ayunan yang kududuki dan menjambak rambut Jeje.
"Eh eh.. lah.. ini basah semua baju lo Jo! aduh ini gimana Je?" ucap Luvita panik.
"Si bego! panggil emaknya lah sono!" jawab Jeje panik kemudian Luvita berlari kedalam rumahku.
Tak lama tampak Luvita, Ibuku dan Bimo berlari menghampiriku dengan panik.
"Ya allah jo! ini air ketuban kamu udah pecahhh!" Ucap Ibuku sambil panik "ayo! cepet kita bawa jo ke mobil, mamah mau telphone Azhuar dulu, bawa ke RS terdekat aja" sambung ibuku.
Aku dituntun kedalam mobil oleh Ubuku, Luvita dan Jeje kemudian mereka membawa aku ke rumah sakit bersalin terdekat. aku terus mengerang kesakitan, rasanya perutku seperti diputar-putar tidak karuan rasanya.
Sesampainya dirumah sakit aku langsung dibawa ke kamar bersalin, mengerang kesakitan dan mengikuti instruksi dari dokter agar aku dapat mengeluarkan anakku dengan selamat dan normal tanpa operasi.
***
"Jo..."
"Papah.."
"Papah mau pergi nih, kamu mau ikut ngga?"
"Ikutt, emang mau kemana?"
"Ayok kalo mau ikut.. bis nya udah nunggu tuh"
"Sama siapa aja pah? berapa hari?"
"Sama kamu aja berdua, ngga tau berapa hari. ayo Jo, bisnya udah nunggu"
"Ngga ah pah aku ngga ikut, aku mau nemenin mamah aja dirumah. aku kasian sama mamah kalo dia sendirian dirumah"
"Yaudah kalo ngga mau ikut, papah pergi sendiri aja"
Aku terbangun dari mimpi dan meloncat kaget, aku mendapati Azhuar yang sedang tidur di sofa kamar kelas VVIP ini terbangun dan menghampiriku karena aku menangis.
"Kamu kenapa sayang? kok nangis? anak kita selamet, sehat walafiat kok, ngga ada kurangnya sedikit pun. anak kita juga cantik kaya kamu" ucap Azhuar sambil mengusap-usap rambutku.
"Aku mimpiin papah tadi mas..." ucapku sambil terus menangis sesegukan "trus papah ngajak aku pergi tapi aku tolak.." kemudian aku menceritakan tentang mimpiku pada Azhuar.
"Aku ngga mau kehilangan kamu sayang" ucap Azhuar sambil mengecup keningku dan meneteskan air mata "makasih kamu udah ngelahirin anak yang cantik buat aku.." sambung Azhuar sambil memelukku dan menciumi kepalaku.
"Iya mas.. by the way anak kita mau dikasih nama apa?"
"Aang jelas harus ada hermawan nya" jawab Azhuar
"Anjani. Artinya 'Ketekunan' dalam bahasa jawa, dan dalam kamus besar bahasa indonesia artinya 'Nyonya yang ramah'. Aku mau anak kita jadi seorang perempuan turunan Hermawan yang tekun dan ramah baik saat ia menjadi nyonya nanti atau pun saat beranjak dewasa. Anjani Hermawan, gimana?"
"Ya, aku nurut aja sama kamu kalo emang menurut kamu itu nama yg terbaik" jawabku.
Azhuar menuntunku menuju ruang bayi yang salah satu sisinya terbuat dari kaca tebal anti pecah sehingga menutup kemungkinan adanya penculikan bayi sekaligus agar para pasien yang baru melahirkan dapat melihat bayinya dari luar ruangan.
"Tuh.. tuh.. yang liat tuhhh, anak kita cantik kaya kamu, hidungnya mancung, alisnya tebel kaya aku" ucap Azhuar sambil tersenyum lebar. Aku pun meneteskan air mata sambil tersenyum lebar dan dipeluk oleh Jeje dan Luvita.
"Ah ngga tuh, Anakku jelas lebih cantik dari pada anakmu!" ucap ibuku ke Azhuar.
Kini aku menatap ibuku dan aku mengucapkan "Makasih ya mah dulu mamah udah ngelahirin aku taruhannya nyawa, aku udah tau sekarang gimana rasanya dan udah tau apa yang dimaksud dengan taruhannya nyawa" ucapku sambil menitikan air mata.
"Itu udah jadi tugas seorang ibu sayang" jawab ibuku sambil tersenyum lebar dan kini Azhuar, Ibuku, Jeje, Luvita, dan Bimo bersama-sama memelukku erat-erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanpa?
RomanceAku menanti. Tapi menanti bukanlah diam. Detik berputar dan aku tetap berputar di lingkaran. Ya, ini masih saja tentang dia sekali pun aku telah di miliki. ...... Percayalah.. tidak akan ada yang abadi. Termasuk orang yang mencintaimu juga akan perg...