Pagi berikutnya Hermione terbangun dan menemukan naskah Peverell tergeletak di dadanya. Dia pasti tertidur saat membacanya tadi malam. Dia mengangkat naskah itu dan meraih sampul kulitnya. Buku itu benar-benar mengganggu. Hermione belum pernah membaca tulisan sekompleks itu. Ini membuatnya frustasi. Ditambah lagi, Peverell memiliki kebiasaan menjengkelkan untuk melompat tiba-tiba dari satu topik ke topik lain tanpa penjelasan apapun. Hampir mustahil untuk mengikuti alurnya. Hermione harus mengakui bahwa dia tidak berhasil memahami apa yang ditulisnya. Dia hanya bisa berharap bahwa ketika, atau lebih tepatnya jika, Peverell mulai menulis tentang Tongkat Elder, dia akan mampu memahami setidaknya hanya konsepnya.
Hermione mendesah, berguling dan berdiri dari ranjangnya. Lalu ia menyimpan buku di dalam penyimpanan rahasia di kopernya. Teman sekamarnya tampaknya masih tidur, Hermione lega. Entah bagaimana mereka perhalan-lahan mulai menjengkelkannya. Pembicaraan dangkal mereka sungguh tak tertahankan. Satu-satunya pengecualian mungkin Diana Potter. Gadis itu tidak mengganggu seperti gadis-gadis lain.
Beberapa saat kemudian, Hermione menuruni tangga ke ruang bersama. Senyum kecil muncul di wajahnya saat matanya berkelana ke ruang bersama. Ruangan ini adalah salah satu yang tidak berubah dalam perjalanan waktunya. Dinding masih berwarna merah Gryffindor, sofa masih tetap empuk. Sama seperti di ingatannya dalam zamannya ketika masih di Hogwarts. Rasanya menyenangkan menemukan sesuatu seperti di rumah di negeri aneh tempatnya terdampar sekarang.
Ketika mengedarkan pandangan ke ruangan itu, matanya jatuh pada tiga anak laki-laki yang duduk di salah satu sofa di pojok ruangan. Hermione mengerutkan alis. Hal yang jarang bagi Longbottom atau Weasley untuk bangun pagi. Lupin, ia bisa mengerti, dia sering bangun lebih pagi dibandingkan Hermione. Tapi Longbottom dan Weasley? Dan hari ini Hermione bahkan bangun lebih pagi daripada biasanya. Hermione berjalan mendekati mereka. Saat ia telah cukup dekat dengan mereka, kerutan di wajahnya semakin terbentuk. Dia bisa melihat lengan kemeja Longbottom digulung dan ada noda merah jelek di lengannya. Noda itu terlihat seolah-olah sesuatu telah membakar lengannya dan meninggalkan bekas luka bakar. Lupin sekarang tengah merendam kain dalam sebuah ramuan.
"Aduh, pelan-pelan!" Longbottom meringis saat Lupin mulai mengoleskan kain ke lengannya.
"Jangan seperti anak kecil pengecut, Marc," kata Lupin dengan suara tenang sambil terus mengobati luka temannya.
Hermione telah mencapai sofa dan menatap luka bakar kemerahan di lengan Longbottom.
"Apa yang terjadi?" tanyanya tanpa basa-basi.
Kepala tiga pemuda itu tersentak dan mereka menatapnya. Jelas mereka bertiga tidak melihatnya datang. Tatapan Hermione memperhatikan lengan Longbottom. Luka itu terlihat cukup menyakitkan dan tampaknya banyak bagian kulit lengan Longbottom yang terkena luka serupa.
"Apa yang terjadi dengan tanganmu?" tanya Hermione lagi.
Mereka masih menatapnya tanpa mengatakan apapun. Hermione mengerutkan kening pada mereka. Mengapa mereka mendadak jadi aneh?
Akhirnya Longbottom berkata dengan gugup, "Hermione, kau muncul dari mana?"
"Aku tidak muncul. Aku tadi berjalan mendekati kalian," jawabnya sebelum melanjutkan dengan suara tajam. "Sekarang, apa yang terjadi padamu?"
Longbottom menggeliat tak nyaman di sofa melihat tatapan meneliti Hermione. Hermione sangat penasaran sekarang. Kemudian Lupin berdehem dan Hermione menoleh padanya penuh harap.
"Tidak ada yang serius," katanya tenang. Meskipun Hermione menyadari bahwa dia menyembunyikan sesuatu. Lalu Lupin melanjutkan, "Sungguh, kau tidak perlu khawatir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ultima Ratio ✔️
FanfictionSTORY BY: WINTERBLUME Akhirnya hari Pertempuran Akhir melawan Lord Voldemort telah datang. Harry, Ron dan Hermione bertempur dengan gagah berani melawan musuk bebuyutan mereka. Tapi kemudian sesuatu menjadi salah. Dan Hermione menemukan dirinya terj...