Setelah semalaman hampir tidak tidur, Hermione terbangun dan mengerang menyadari ini hari Senin. Biasanya dia menyukai hari Senin karena merupakan awal minggu, banyak esai dan waktunya untuk belajar. Tapi akhir-akhir ini dia benci hari Senin. Hari ini benar-benar membuatnya cukup gelisah. Hermione bangkit dari ranjangnya dan melangkah ke kamar mandi, mengabaikan obrolan teman-temannya.
Alasan kebencian barunya pada hari Senin adalah kelas pertama setelah sarapan: Ramuan. Hermione tidak mau menggodok ramuan yang bisa menyebabkan kematiannya. Ramuan Ortus masih terus membebani pikirannya. Dicampur dengan darah, ramuan ini dengan akurat mengungkapkan tanggal kelahiran orang yang diuji. Dia tidak bisa membiarkan orang lain menguji ramuan dengan darahnya. Jadi, Hermione memutuskan untuk menyabotase ramuan. Walaupun belum ada tindakan apapun darinya sekarang. Hal yang bijaksana untuk tidak melakukannya sekarang, karena mereka masih lama untuk menyeduh ramuan. Kalau dia menyabotase sekarang, mereka masih punya waktu untuk memulai ramuan dari awal. Hermione mengira bukan sesuatu yang bagus untuk menyabotasi ramuan lebih dari satu kali. Tom akan curiga jika ramuan mereka rusak dua kali berturut-turut. Dia sangat jeli.
Hermione mencuci mukanya kemudian mendesah letih sambil menyisir rambutnya. Yah, setidaknya ia sudah berusaha menyisirnya, Hermione memandang jengkel rambut semaknya. Akhirnya dia menyerah dan meletakkan sisirnya di rak kamar mandi.
Tom terlalu jeli untuk kebaikannya sendiri, pikirnya saat mengingat hari kemarin. Bagaimana Tom bisa tahu tentang naskah Peverell itu? Hermione pasti belum pernah menyebutkan buku di depan Tom. Bahkan, dia tidak pernah cerita pada siapapun tentang buku Peverell itu. Otaknya benar-benar diperas memikirkan bagaimana Tom bisa tahu. Walaupun dia tidak berhasil. Itu adalah misteri. Tapi betapapun rumit situasi ini, itu tidak seberapa dibandingkan dengan masalah yang lain.
Ingatan Hermione melayang ke para penyergapnya kemarin. Semakin ia memikirkannya, ia semakin yakin mereka adalah anak buah Grindelwald. Lambang di jubah hitam penyerangnya jelas simbol yang digunakan Grindelwald. Itu benar-benar mencerminkan obsesinya terhadap Relikui Kematian. Tidak heran Grindelwald mencoba mencuri buku yang ditulis oleh salah satu pencipta Relikui.
Hermione keluar dari kamar mandi. Dengan lega ia melihat semua teman sekamarnya sudah pergi. Dia menyambar tas sekolahnya dari ranjang, sementara tatapannya terpaku ke koper tempat ia menyembunyikan naskah Peverell.
Grindelwald adalah masalah besar, Hermione harus mengakuinya. Dia tidak ingin dapat masalah dengannya atau anak buahnya. Dia sudah pernah berjuang melawan Penyihir Hitam sepertinya, tapi selain itu ada masalah tentang garis waktu. Jelas-jelas dia mencuri sebuah buku yang dinyatakan akan jatuh ke tangan Grindelwald. Apa dia telah mengubah masa lalu dengan tindaka itu? Rasa bersalah menghinggapinya.
Tenangkan dirimu! desisnya pada diri sendiri.
Lagian, masih belum pasti apakah mungkin untuk mengubah masa lalu. Kalau memang iya, maka dia dalam kesulitan besar bahkan tanpa mencuri naskah itu, pikir Hermione saat bayangan Tom muncul di kepalanya. Dia menggeleng menyingkirkan gambaran yang muncul mengganggunya. Tidak ada gunanya meratapi sesuatu yang tidak bisa diubah lagi. Grindelwald mengincarnya adalah fakta sekarang. Untungnya, dia sudah cukup aman di sini, di balik tembok pelindung Hogawarts. Walaupun ia tetap tidak boleh bersantai, pikir Hermione.
Tentara Grindelwald terlihat sangat terlatih. Mungkin gagasan yang bagus adalah dia harus melatih kemampuannya sehingga siap ketika mereka menyerang lagi. Dia belum berlatih belakangan ini, Hermione merasa bersalah. Belakangan ini, ia tidak banyak melatih Sihir Elder-nya. Masih belum merupakan keputusannya untuk meningkatkan usaha untuk mendapatkan kontrol yang lebih besar atas sihir itu, tapi pasti ada hal lain yang bisa dilakukan. Dia harus pergi ke kelas, mengerjakan tugas dan tentu saja ada Tom.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ultima Ratio ✔️
FanfictionSTORY BY: WINTERBLUME Akhirnya hari Pertempuran Akhir melawan Lord Voldemort telah datang. Harry, Ron dan Hermione bertempur dengan gagah berani melawan musuk bebuyutan mereka. Tapi kemudian sesuatu menjadi salah. Dan Hermione menemukan dirinya terj...