(23) Penyesalan

4.4K 331 33
                                    





Hermione marah. Lebih dari sekedar marah.

Sihirnya berderak liar dalam dirinya. Amarahnya menggelegak, meronta padanya untuk membalas dendam.

Ini lebih dari sekedar marah. Ini adalah kebencian.

Hermione mengayunkan tongkatnya dan perisai biru langsung muncul di hadapannya. Kutukan yang datang dihalangi dan menghilang sia-sia. Hermione terus mengejar para Pelahap Maut. Semua anak-anak kecil ini tidak bersalah! Mereka tidak ada hubungannya dengan perang menjijikkan ini. Namun kelompok sesat itu telah membunuh mereka semua.

Bukan dibunuh, lebih tepatnya mereka dibantai!

"Hermione, berhenti, kembali!" Dia bisa mendengar teriakan Harry memanggilnya.

Dia tidak berhenti. Kebencian yang mendidih dalam dirinya tidak mengizinkannya berhenti. Dia berlari di tikungan berikutnya, masih mengikuti Pelahap Maut. Selama perang yang berlarut-larut ini, mustahil untuk mengatakan sisi mana yang lebih unggul. Tapi memang tak bisa dibantah bahwa Pelahap Maut banyak memperoleh tujuan mereka. Mereka semakin berani dan lebih berani. Kali ini mereka menyerang Auror dan salah satu anggota Orde Phoenix, si penyihir hebat Kingsley Shacklebolt. Dia telah bertarung dengan gagah berani. Tapi tetap saja ia tak bisa menghentikan mereka semua. Masih terbayang dalam ingatan Hermione, Shacklebolt tergeletak dalam genangan darahnya di koridor rumahnya sendiri. Kutukan hitam memukulnya dan melukainya dengan sangat fatal. Pria itu terluka parah hingga akhirnya tewas. Bahkan mungkin saja Kingsley sempat hidup lebih lama hanya untuk mendengar jeritan keluarganya yang dibantai juga oleh Pelahap Maut.

Hermione masih bisa menerima kalau Pelahap Maut mencoba membunuh Shacklebolt. Hermione memang tidak menyukai pembunuhan ini, tapi dia masih bisa memahaminya. Shacklebolt telah menjadi salah satu musuh terbesar Pelahap Maut. Ia adalah incaran mereka. Tapi tidak dengan kedua putranya. Mereka masih sangat kecil bahkan belum memiliki tongkat sihir. Tapi hal itu tidak menghentikan Pelahap Maut untuk membunuh mereka. Hati Hermione masih terasa nyeri ketika teringat kedua jasad hancur kedua anak laki-laki itu.

Dendam kesumat menguasai dirinya selama ia mengejar Pelahap Maut. Mereka telah menyelesaikan misi mereka dan sekarang akan melarikan diri. Tidak butuh waktu lama hingga mereka segera berhasil mencapai bangsal anti-Apparate yang membentang di sekitar rumah Shacklebolt. Hermione bergegas menuruni undakan rumah saat ia mendengar bunyi 'pop' Apparate di depannya.

Hermione tidak akan membiarkan mereka lolos dengan mudah. Ia mengangkat tongkatnya dan menembakkan kutukan pada Pelahap Maut. Jeritan menyakitkan mengatakan bahwa Hermione telah menghentikan salah satu dari mereka yang tengah melarikan diri. Saat mendekati tempat di mana mereka ber-Apparate, Hermione melihat sesosok tubuh tergeletak di aspal jalan yang basah. Sosok itu mencoba untuk bangkit kembali. Hermione menyipitkan mata dan mengayunkan tongkatnya lagi. Kutukan jahat melesat dari tongkatnya dan membuat si Pelahap Maut terpental beberapa meter di jalanan. Pelahap Maut itu sekarang tergeletak meringkuk di jalan dan mengerang kesakitan. Meskipun demikian, kemarahan Hermione belum terpuaskan. Ia mengangkat tongkat sihirnya lagi untuk melemparkan kutukan berikutnya.

"Hentikan, kumohon," Pelahap Maut itu memohon padanya. "Aku tidak bermaksud melakukan itu."

Hermione tidak mengatakan apa-apa. Sihirnya masih berderak liar dalam dirinya. Kutukan itu sudah di ujung tongkatnya. Tangannya menggenggam erat tongkat sihir hitamnya. Dia tidak akan menanggapi permohonan apapun. Manusia ini harus dihukum. Hermione harus membalas dendam padanya. Sihirnya bergerak sangat marah dan berbahaya di sekitarnya. Dia menatap tajam Pelahap Maut yang terbaring tak berdaya di depannya. Tapi tidak ada sedikitpun belas kasihan dalam dirinya saat amarah semakin menguasainya.

Ultima Ratio ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang