Terpercik setetes peluh di pipimu
Aku tak tega menatapmu
Jangankan matamu
Menatap sisi lain wajahmu saja
Hatiku bagai teriris pisau dapurKau tak pernah mengatakannya
Peluh yang kau rasakan tiap harinya
Karena ku juga tak pernah bertanya
Tapi tak ada salahnya bagimu
Mengeluh padaku barang sekali sajaAku sering kali berharap pada Tuhan
Jika boleh ijinkanlah aku
Membantumu barang sedikit saja
Melepaskan penat yang menyerangmu
Dari pagi hingga pagi lagiAku rela meneteskan keringat
Tanda peluh yang sama denganmu
Jika kau pun menghendakiku
Aku bisa, sungguh aku bisa
Jangan kau meragu di pucuk penatAku mengerti keletihanmu
Tapi aku tak paham keinginanmu
Bila kau bergeming macam ini
Sulit bagiku membelah dadamu
Melihat semrawut rasa dalam hatimuAku tahu peluhmu
Namun tolong bicaralah
Agar aku paham lebih jauh
Tak hanya bersedih menangisimu
Hingga kau benar-benar tak bergeming-E.K-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidupk(a)u [Part I]
PoetryHidupk(a)u mengisahkan perjalanan seorang gadis berusia sembilan belas tahun untuk menemukan arti hidup yang sebenarnya. Usia sembilan belas tahun benar-benar menyadarkannya bahwa dunia masa kecilnya sudah hilang dari kehidupannya. Kelenaannya akan...