Sekolah tetaplah sekolah.
Jika mengikuti egoku, sepertinya Aku malas bersekolah dan lebih memilih di rumah. Sekalipun jika tidak ada yang mengantarkanku untuk menengok Evan. Aku lebih baik mengurung diri di kamar. Tapi aku bukan anak kecil lagi yang semua keinginanku harus dituruti. Apalagi sedikit-sedikit ngambek. Itu bukanlah sikap seorang remaja yang akan beranjak dewasa. Alhasil aku berada di sekolah pagi ini.Tidak... bukan karena sekolah itu sendiri yang membuatku malas sekolah. Bukan juga mata pelajarannya. Atau bahkan guru-gurunya, karena semua guru ramah padaku yang selalu menaati peraturan sekolah. Bukan seperti Siska Atau Luna si pembuat onar sekolah. Tentang Siska ataupun Luna aku tidak perlu menceritakannya lebih panjang karena akan membuat moodku semakin tidak baik. Yang pasti mereka berdua adalah sepasang teman yang sangat tidak menyukaiku. entah karena apa aku pun tidak tahu. Aku mencoba ramah tapi di tindas. Akhirnya ku diamkan saja.
Semua orang tahu aku pemarah, tapi semua orang juga tahu aku marah pasti pada orang yang pantas ku marahi. Itu bukti bukan karena tidak berani aku tidak melawan. Melainkan biarkan saja anjing menggonggong khalifah berlalu. Ah satu yang Aku tahu sedikit, mereka adalah fans beratnya kapten-kapten tim olahraga di sekolahku. Siapa saja kapten pasti mereka dekati. Banyak yang bilang, orang di hadapan Aku saat inilah yang membuat mereka tidak menyukaiku. Karena orang di depan ini mereka pikir memiliki hubungan istimewa denganku. Hanya karena aku bersahabat dengannya. Tapi pada Bila mereka sangat ramah. Dan kebalikannya Bila sangat kasar pada mereka. Mereka tahu bahwa Bila sepupu Anwa. Dan Bila tahu mereka fans gila Anwa abangnya itu.
Ya orang di hadapanku ini...
"Hey Vio!" Anwa berusaha mengejutkanku dalam lamunan.
Aku tidak meresponnya sama sekali.
"Heh jangan ngelamun Vio" sambung Bila.
"Hm..." aku hanya bergumam.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Bila, kulihat Dia sedikit kebingungan dengan tingkahku.
Aku hanya diam dan memalingkan wajahku.
"Lihat kesini" Anwa membalikkan wajahku ke arah dimana mereka berdua berada.
"Kamu kenapa?" Tanya Bila sekali lagi. Tampaknya Bila mulai geram.
"Aku yang harusnya nanya kalian KENAPA!" Sentak ku seketika.
"Kenapa apanya?" Tanya Anwa heran.
"Kenapa kalian ngilang. Kemana kalian? Semalaman aku kebingungan nyariin kalian. Butuh kalian. Apa kalian ada?"
"Ada apa memangnya?" Tanya Anwa.
"Di telepon pada aktif, tapi gak ada satupun yang angkat. Seasik itu kah kalian bermain? Sebahagia itukah kalian tanpa Aku?"
"Jangan ngaco kamu Vio!" Ucap Bila.
"Ini pasti karena Evan kan? Gara-gara Evan kan kamu ngomel-ngomel sama kita? Vio cukup plis berhenti urusin Evan!" Lanjut Bila dengan penuh emosi."Kalian gak ngerti rasanya jadi Aku!
Bukanya aku gak mau buat berhenti mencintai Dia.
Tapi aku gak bisa!
Tanpa kalian suruh sekalipun, dari dulu aku bisa, aku gak mau tahu lagi tentang Dia.
Apalagi sampe ngurusin Dia. Apa kalian pernah ngerti perasaan aku? Enggak kan?
Kalian tuh egois!" Bentak ku."Karena Evan kecelakaan dan kita gak bantuin kamu. Jadi kamu bilang kita egois? Iya gitu? Coba kamu pikir ulang!" Bila balik membentakku untuk pertama kalinya.
"Hah? Jadi kamu tahu Evan kecelakaan. Itu artinya kamu baca sms dari aku? Tapi gak satupun sms Aku yang kamu balas Bil? Jangan bilang kamu juga tahu Anwa?" Tuding ku.
"Iya aku tahu dan membacanya." Jawab Anwa.
"Sungguh terlalu tahu kalian tuh! Kalian kenapa sih? Aku salah apa? Apa kalian udah gak pedulu lagi sama Aku?" Aku menangis. Aku benar-benar kecewa.
"Udahlah... aku capek sama kalian. Kalian berubah semenjak kalian punya pacar. Dan mulai sibuk dengan pacar-pacar kalian!" Ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haru Ungu Cinta Viola
Fiksi RemajaViola selalu berpikir bawa keteguhan cinta dengan segala kebaikannya yang tulus akan membawanya dalam kebahagiaan sesungguhnya. tapi siapa sangka kehidupannya malah seakan-akan selalu mempermainkannya di balik semua yang telah Dia lakukan. penghiana...