22. Belajar Tegar

72 27 21
                                    

Penghianatan tetaplah penghianatan, bukan berarti Aku tidak terluka. Hatiku tetap terluka karena dengannya Aku sempat memberikan kepercayaan pada kebahagiaan cinta yang mungkin bisa ku dapatkan dengan mencoba menjalani hubungan itu bersama Fatur.  Meskipun di atas semua perasaan pada Evan yang masih belum bisa ku atasi. Rasanya mengapa ketulusan dan kesetiaan yang Aku bina seakan-akan berbalaskan hal-hal yang tidak pernah luput dari sakitnya permainan yang berkaitan dengan hati.

Masalah yang datang bertubi-tubi membuat benteng pertahananku yang Aku pikir mulai terbangun bahkan nyaris kokoh dan tidak ada celah untuk tumbang pun tetap saja roboh. Di saat Aku sudah merasa menerima kebahagiaan khalayaknya kebanyakan orang rasakan ternyata kenyataannya Aku hanya berdiri diantara dua orang manusia yang saling mencintai yang bisa di sebut sebuah tembok penghalang bagi keduanya. Lalu apa fungsinya Aku?

Aku sama sekali tidak bermakna selain menjadi pembatas di antara mereka. Beberapa orang seakan memakai topeng dihadapanku yang di dasari atas nama cinta hingga Aku sendiripun tidak bisa mengelak jika sudah tentang cinta apa yang bisa ku lakukan. Cinta bukanlah paksaan. Cinta bukanlah suatu kesalahan. Cinta bukanlah hal yang seharusnya di sangkut pautkan dalam sebuah problema kehidupan karena cinta hanyalah seraut rasa yang tercipta.

Atau mungkin memang faktanya di dunia nyata ini cerita cinta yang indah itu hanya milik FTV semata. Apa kisah cinta yang berjalan mulus yu hanya ada bila di rekayasa saja? Yang alurnya bergerak sesuai dengan skenario semata?

Tidak...
Aku rasa banyak cinta sejati di luar sana contohnya seperti cinta Habibie dan Ainun. Apa hanya untukku cinta sejati itu sold out.

Baiklah...
Setidaknya Aku bisa menguasai diriku di hadapan mereka tadi. Sebisa mungkin terlihat tegar di atas rapuhnya diri ini.
Meskipun Aku tidak kuasa menahan tangis tapi mereka melihatku pergi dengan baik-baik saja ki rasa sudah membuktikan bahwa Aku telah menang. Menang melawan diriku sendiri yang seharusnya sudah bukan hanya meneteskan air mata. Tapi membanjiri wilayah ini dengan air mataku.

Berhenti menangis! Ya aku harusnya aku bisa berhenti menangisi yang tidak pantas untuk Aku tangisi. Aku rasa cukup! Masih banyak orang yang lebih pantas untuk ku ratapi.

Sesampainnya di rumah orang yang pertama kali ku lihat adalah seseorang yang dengan senyumnnya saja mampu membuat hatiku sejuk.
Aku harus segera menghapus jejak air mataku. Aku harus bisa terlihat biasa saja, jangan sampai masalah sepeleku menambah beban pikiran yang sudah banyak beliau pikirkan. Dan Aku tidak boleh terus menerus membebani mamah dengan permasalahanku yang cenderung keanak-anakan.

Aku bersyukur berhasil menyembunyikan perih ini dari mamah. Segera memasuki kamar adalah pilihan yang tepat. Aku ingin langsung membuang dan menghapus semua memori yang terkait tentang Fatur.
Semuanya.... terutama pesan-pesan dari Fatur. Dan saatku membuka handphone ada beberapa pemberitahuan kotak masuk ku penuh. Aku langsung menghapus semua isi kotak masuk yang tak lain adalah semua bualan dari Fatur.

"Loh tapi kok kotak masuknya masih penuh?" Batinku. Aneh sekali Aku sudah menghapus pesan masuk dan pesan terkirim namun pemberitahuan masih saja kotak pesan penuh. Apalagu yang harus ku hapus. Aku mengotak-atik hapeku dengan bawaan masih kesal.

"Yaa Allah... Apalagi sih..." batinku.

Aku rasa, Aku sudah menghapus semua pesannya.
Mataku tertuju pada sebuah kotak pesan yang belum Aku kunjungi.

"Kotak spam?" Batinku.

KLIK!!!

Haru Ungu Cinta ViolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang