"Aku ingin menceritakan kepadamu tentang sebuah kisah cinta seorang dewa cinta."
"Dewa cinta? Apa kisah cintanya dipenuhi dengan kebahagiaan?" tanyaku kepada seseorang di depanku.
"Apa kau penasaran? Baiklah aku akan memulainya." Seseorang itu menghela napas pelan dan mulai membuka suara. "Eros atau Cupid adalah anak dari Aphrodite dan sama seperti ibunya, ia juga seorang dewa cinta yang memiliki panah yang membuat orang jatuh cinta ketika tersengat panahnya. Sementara Psyche, ia adalah seorang manusia biasa, dia seorang putri," tuturnya sambil menatap kedua mataku.
"Psyche terkenal dengan kecantikannya yang amat luar biasa hingga membuat dewi kecantikan Aphrodite iri hati. Ia mengirim putranya untuk memanah Psyche dan membuatnya jatuh cinta pada pria terjelek yang ada. Namun karena kecantikannya, Eros sendiri jatuh cinta pada Psyche dan mengurungkan niatnya utuk melaksanakan titah ibunya. Ia membawa Psyche ke tempat tersembunyi karena takut pada kemarahan ibunya. Psyche tidak pernah tahu wajah kekasihnya karena mereka bertemu disetiap malam gelap tanpa penerangan, bahkan ia tidak tahu siapa sebenarnya kekasihnya itu."
"Kurasa ia pasti sangat penasaran bagaimana wajah kekasihnya," ujarku sambil mencoba menghidupkan sosok Eros dan Psyche dalam imajinasiku. Lawan bicaraku hanya mengangguk mendengar penuturanku dan melanjutkan ceritanya.
"Psyche memohon kepada kekasihnya agar ia bisa menampakan wujudnya di siang hari, sehingga dirinya tak lagi meragukan wujud kekasihnya sebenarnya seorang manusia atau bahkan seorang monster, namun dengan sedih Eros menolak permintaan Psyche dan mengatakan bahwa jika Psyche melihat wujudnya, maka saat itu juga kebahagiaan mereka akan berakhir.
"Lama-kelamaan Psyche merindukan keluarganya, awalnya Eros menolak tetapi akhirnya mengizinkan saudari-saudari Psyche datang. Ketika tahu keadaan Psyche, saudari-saudarinya jadi iri."
"Lalu apa yang terjadi?"
"Karena merasa cemburu akhirnya mereka menghasut Psyche untuk melihat wajah kekasihnya. Pada suatu malam, Psyche yang sudah terhasut membawa sebuah lentera dan sebuah belati. Ia berhasil melihat wajah Eros yang tak lain adalah dewa cinta. Psyche semakin mencintai Eros namun tak sengaja ia menumpahkan minyak dari lentera ke tubuh Eros. Eros merasa sakit dan kecewa, akhirnya ia kembali pada ibunya, meninggalkan Psyche."
"Lalu? Apakah Psyche mengejar Eros?"
"Aish, aku belum selesai bercerita, akan kulanjutkan atau berhenti di sini saja? Dan kau cepatlah tidur, ini sudah larut malam."
"Lanjutkan, lanjutkan. Aku tak suka cerita yang menggantung begitu, bagaimana aku bisa tidur sambil memikirkan akhir kisah cinta Eros?"
"Dalam kesedihannya, Psyche memohon kepada Aphrodite agar Eros kembali. Pada akhirnya hati Aphrodite memang melunak, namun tak semudah itu, ia memberikan tugas-tugas sulit pada Psyche termasuk di antaranya menemui Persephone di dalam Neraka. Psyche tewas dalam tugasnya.
"Zeus yang kagum pada keteguhan Psyche membangkitkannya dan membuatnya menjadi abadi. Karena itulah Psyche sekarang dikenal sebagai dewi jiwa."
"Apakah Eros tau jika Psyche telah menjadi dewi?"
"Tentu saja, Eros juga ikut andil saat meyelamatkan Psyche."
"Aishh, ceritamu tak lengkap, kenapa sampai tak ada momen Eros menyelamatkan Psyche?"
"Ini sudah malam, cepatlah tidur. Aku harus menyelesaikan tugas-tugasku bukan hanya mendongengkanmu."
"Ya sudah ya sudah, aku tidur. Jadi intinya mereka berbahagia bersama?"
"Tentu saja, bukankah itu yang diharapkan semua pembaca kisah mereka?"
"Apakah aku seperti Psyche?"
"Apa maksudmu?"
"Iya, apakah aku seperti Psyche dan kau Erosnya?"
"Hey, aku ini kakakmu. Bagaimana bisa kakak beradik menjadi kekasih?"
Aku tersenyum mendengar ocehan pemuda di depanku yang menyebut dirinya sebagai kakakku.
"Aishh, andai saja begitu. Apa kau percaya adanya dunia paralel? Jika memang dunia paralel itu ada, aku harap di kehidupan dunia itu kita bersama."
"Sudah cepatlah tidur, kau semakin ngawur tahu tidak?"
"Baiklah kak, kau boleh pergi dan tolong matikan lampu kamarku."
"Jadi kau mengusirku? Baiklah, kamarku tak kukunci jika ada apa-apa bangunkan saja aku, jangan sampai ibu terbangun hanya karena kau menangis gara-gara mimpi buruk."
Aku mengabaikan ocehan pemuda tadi. Kupejamkan mata membayangkan kisah cinta Eros dan Psyche.
"Selamat tidur Selene, untuk apa aku berharap di kehidupan yang lain jika di kehidupan ini aku bisa bersamamu," bisiknya lirih sembari mengusap rambutku lalu beranjak dari kamarku.
Apa itu tadi? Apakah aku bermimpi?
-----------------------
Please klik bintang di kiri bawah kawan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum aut Futurum?
ChickLitHighest rank #106 in ChickLit (16092017) Aku berada diantara pilihan mengingat masa lalu atau menjalani kehidupanku yang sekarang untuk menyiapkan masa depanku, jadi menurutmu pilihan mana yang harus ku pilih? Masa lalu atau Masa depan? (Revisi seti...