Aku ingin kau mencintainya,
Aku ingin kau selalu membuatnya tersenyum di kala pagi datang hingga malam menjelang.
Aku ingin kau menceritakan apapun yang kau alami kepadanya, sama seperti yang kau lakukan kepadaku.
Aku ingin kau selalu ada untuknya, selalu.
Ketika dia merasa sedih, bahagia, bahkan hampa.
Tolong untuk selalu di sampingnya, jangan biarkan ia merasa sendirian.
Aku ingin kau membuat dia merasa teristimewa dalam hidupmu,
Aku ingin kau mencintainya sebaik mungkin, dan tetap mencintainya di titik terbawahnya.
Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi antara kau dan dia, maka berjanjilah kalian akan selalu bahagia karena aku akan merasa bahagia jika mendengar kalian baik-baik saja.
Aku menulis semua ini karena aku mencintaimu.
Aku mencintaimu, masih mencintaimu dan akan selalu begitu.
Selamat tinggal, semoga hari-harimu menjadi lebih baik saat bersamanya dibandingkan saat bersamaku.
Kututup surat yang kutulis semalam suntuk untuk kuberikan kepada sesorang yang amat kusayang. Kulipat kertas itu dan kumasukan ke dalam tas kecil yang tengah kupangku. Kurasakan pelupuk mataku tak kuat membendung air mata yang ingin terus mengalir di pipiku. Kudongakkan kepalaku dan kugigit bibirku menahan rasa sakit karena sesuatu yang menyayat hatiku.
Kuakui hari ini aku tak baik-baik saja. Aku terluka teramat sangat.
"Apa kau yakin kau akan baik-baik saja Selene?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Darrell yang berada di sampingku, aku bahkan tak mampu mengatakan sepatah kata kepadanya, aku takut jika aku berucap maka seluruh pertahananku untuk terlihat baik-baik saja runtuh seketika. Biar kukatakan sekali lagi, hari ini aku tak merasa baik-baik saja.
Aku memandang kosong ke arah luar jendela, membiarkan pikiranku melalang buana melupakan apa yang harus aku hadapi. Kubiarkan Darrell mengemudi dengan tenang tanpa harus mendengar setiap ocehan yang biasanya terlontar dari mulutku.
Sebenarnya aku ingin pergi, aku ingin lari dari kenyataan yang harus kuhadapi. Namun malah aku berada di sini, dalam perjalanan menuju tempat yang tak ingin kukunjungi.
"Aku yakin kau tak mungkin baik-baik saja Selene, apa mau kau kuantar pulang saja? Biar nanti kukatakan kepada semua orang bahwa kau sedang tak enak badan atau apapun itu, aku tahu kau pasti sangat kacau."
Sekali lagi, aku menggeleng. Aku yakin aku cukup kuat menghadapi semua ini. Hidup harus tetap berjalan bukan? Aku harus bisa menghadapi ini semua entah apapun yang terjadi nanti. Kuakui memang aku sangat kacau. Pagi tadi kufikir matahari tak akan bersinar lagi karena ini adalah akhir dunia, namun sepertinya aku salah matahari tetap saja memancarkan cahayanya dan lagi dunia ini belum juga berakhir. Mungkin saja semestaku memang hancur karena kepergiannya namun hidupku belum berhenti di sini buktinya jantungku masih berfungsi.
Mungkin aku terlalu konyol, meganggap seluruh alam semesta akan hancur karena seseorang yang kucintai meninggalkanku, padahal hanya semestaku yang hancur tidak dengan semesta kalian.
**
Satu persatu kenangan bersama Elios muncul di pikiranku. Sungguh ini makin menyiksaku. Menorehkan luka tak berwujud di hatiku. Benakku masih dipenuhi senyum manisnya bahkan tubuhku masih ingin merasa pelukan hangatnya. Namun aku kembali dikhianati oleh kenyataan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum aut Futurum?
ChickLitHighest rank #106 in ChickLit (16092017) Aku berada diantara pilihan mengingat masa lalu atau menjalani kehidupanku yang sekarang untuk menyiapkan masa depanku, jadi menurutmu pilihan mana yang harus ku pilih? Masa lalu atau Masa depan? (Revisi seti...