Tanpa menunggu aba–aba, Elios berjalan menuju kamarku dengan dipenuhi rasa penasaran. Aku dengan segera menyusulnya, sebenarnya aku pun tengah dirundung rasa penasaran namun tak separah dirinya.
Ia dengan antusias langsung meraih kotak itu dari atas meja dan dibawanya dengan hati–hati ke atas ranjangku. Kudekati ia dan kuposisikan tubuhku duduk di depannya. Mata kami saling betemu pandang, ia mengisyaratkan kepadaku agar menjaga jarak atau bahkan lebih baik menjauh, khawatir isi dari kotak itu adalah benda berbahaya. Aku melakukan apa yang kakakku perintahkan. Mataku bahkan tak berkedip saat memperhatikannya membuka kotak itu secara perlahan.
Dan ternyata isinya adalah BOOM WAKTU yang akan segera meledak. Praktis aku menjerit histeris dan berlari keluar rumah. Aku berteriak minta tolong namun tak ada seorang pun yang mendengar teriakanku. Bodohnya aku menyelamatkan diri tanpa mengajak Elios dan sekarang ia terjebak di dalam rumah.
Namun, bayangan itu segera menghilang ketika Elios menepuk kepalaku pelan.
"Heh, kenapa kau? Malah ngelamun begitu, nanti kesambet setan baru tahu rasa."
"Aish kau ini," kutepis tangannya itu, kucondongkan kepalaku kedepan mencoba mengintip sekiranya apa yang ada di dalam kotak misterius itu, sepertinya tidak berbahaya melihat ekspresi Elios yang biasa saja seperti tak terjadi apa–apa.
"Hanya berisi boneka kecil, lihat ini." Elios memegang boneka kecil itu dan menyodorkannya kepadaku.
Kupegang boneka kecil itu dan tak sengaja menjatuhkan gulungan kertas kecil yang terselip di boneka itu tadi. Aku langsung bangkit dari ranjang dan berjongkok memeriksa kolong tempat tidurku, alih alih menemukan gulungan kertas, aku malah menemukan selembar foto yang telah usang.
Kulihat foto itu sekilas, foto seorang pria yang menggendong gadis kecil berambut panjang yang sedang tersenyum. Sepertinya aku pernah melihat foto kedua orang ini sebelumnya, meski dengan latar belakang yang berbeda. Kusimpan foto itu di kantongku dan melanjutkan mencari gulungan kertas tadi. Setelah menemukan benda itu, aku duduk di atas ranjang dan menyerahkannya kepada Elios.
Raut wajah Elios seketika berubah dari yang tadinya biasa saja menjadi ekspresi bingung. Karena penasaran kurebut gulungan itu berniat membacanya.
Cepat pulang Selene, aku menunggumu.
Kalimat itu praktis membuatku bingung, pulang? Menunggu? Aku bahkan berada di rumah, dan orang itu yang mengantarkan kotak ini ke rumahku, mengapa ia menyuruhku pulang? Memangnya aku harus pulang kemana lagi?
"Apa maksud orang ini? Mengapa menyuruhku pulang? Bukankah aku sudah berada di rumah?" tanyaku kepada Elios yang sama saja sedang kebingungan.
"Entahlah, namun kotak ini tak mungkin salah kirim. Namamu bahkan tertera di sana." Elios memeriksa ulang kotak misterius tadi, namun ia tak menemukan apa–apa selain boneka kecil tadi dan gulungan kertas ini.
"Benar juga, lalu apa yang harus aku lakukan? Menyimpannya atau kubuang saja benda–benda ini?"
"Simpan saja, siapa tahu suatu hari kau akan mengingat tentang boneka itu."
"Baiklah, eh ada satu yang ingin ku tanyakan kepadamu." Kumasukkan boneka dan gulungan kertas itu ke dalam kotak dan menyimpannya di laci mejaku. Kuserahkan selembar foto yang kutemukan tadi kepada Elios.
"Siapa kedua orang ini? Sepertinya aku pernah melihat wajah mereka di foto yang ada di bukumu."
"Ini foto Ayah Selene."
"Ayah? Dimana Ayah sekarang?" ungkapku penasaran.
"Di surga."
Ada raut kesedihan di wajah Elios namun ia mencoba menyembunyikannya dariku. Kutepuk bahunya menguatkan. Ada rasa sesal di sini, mengapa aku tak mengingat apa yang terjadi kepada keluargaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum aut Futurum?
ChickLitHighest rank #106 in ChickLit (16092017) Aku berada diantara pilihan mengingat masa lalu atau menjalani kehidupanku yang sekarang untuk menyiapkan masa depanku, jadi menurutmu pilihan mana yang harus ku pilih? Masa lalu atau Masa depan? (Revisi seti...