XIX

181 38 99
                                    

*Mulmednya coba diputer gaes,siapa tau suka 😅 👆👆*

Apa boleh aku meminta untuk kembali melupakan semua? Karena nyatanya kenyataan yang terjadi tak seperti yang pernah aku harapkan.

Aku menatap kosong ke arah luar rumah. Meski dua sosok yang datang dari masa lalu berada di hadapanku, aku tak berselera menatap mereka. Bagiku hari ini adalah hari yang tak pernah aku harapkan dalam hidupku, apa boleh jika aku meminta hentikan waktu disini saja dan putar kembali menuju hari-hari sebelumnya?

Kedatangan ayah dan Gavin adalah dalam rangka menjemputku. Terjadi perbincangan serius antara ibu dan ayah, maksudku Ibunya Elios dan Ayah Atreo; ayahku. Aku masih berpura-pura belum mengingat apapun, aku memilih bungkam dan mendengarkan. Meski aku tak menginginkannya namun kupingku masih berfungsi dengan baik jadilah aku terpaksa mendengar apa yang mereka bicarakan.

Aku duduk di antara ibu dan Elios, sedangkan ayah dan Gavin duduk di seberang. Elios menggenggam tanganku erat. Aku menoleh ke arahnya dan kudapati bahunya naik turun serta deru nafasnya tidak beraturan. Aku tahu ia sedang mencoba membendung amarah yang memuncak di dalam dirinya. Ia pasti tidak terima melihat kedatangan Gavin kali ini membawa orang tuaku, yang artinya dia akan berhasil memisahkan aku dan Elios.

Kulirik ibu di sampingku, ia masih saja bersikap tenang menanggapi semua perkataan ayah, kendati beliau bukan ibu kandungku aku lebih memilih hidup bersamanya daripada hidup bersama ibu tiriku.

Setidaknya beliau dengan sabar merawatku dari saat aku terluka setelah kecelakaan yang menimpaku dulu hingga kini aku bisa berjalan dengan normal. Jika saja waktu itu ibu tiriku yang menemukanku mungkin saja hari ini aku bukan berada di dunia lagi, mungkin saja ibu tiriku membiarkanku terkapar dan mati.

"Saya akan membawanya pulang Bu, terima kasih karena Ibu telah merawat anak saya hingga sehat kembali," tutur Ayah Atreo kepada ibu. Ibu menghela napas berat. Kulihat mimik wajahnya berubah murung.

"Bagaimana saya bisa percaya jika anda adalah ayah kandung Selene?"

Ayah Atreo hanya tersenyum mendengar pertanyaan ibu, beliau lalu mengeluarkan sejumlah dokumen tentang diriku dan menyerahkannya kepada ibu. Sebenarnya, tanpa dokumen-dokumen itu aku tahu beliau memang ayah kandungku.

Ibu membaca satu persatu dokumen itu, dan beliau menyadari kebenarannya. "Maaf, maaf jika saya menyinggung anda Pak, namun Selene masih kehilangan ingatannya sehingga ia tak bisa mengenali anda. Saya hanya menyakinkan diri agar tidak menyerahkannya pada orang yang salah."

"Tak apa Bu, saya mengerti. Terima kasih karena anda perduli dan begitu perhatian dengan anak saya, maaf jika selama ini anak saya merepotkan Ibu. Dan mengenai ingatan Selene yang hilang, semoga saja jika ia kembali ke rumah ia akan mengingatnya secara perlahan. Lagi pula ada Gavin, tunangan Selene. Ia akan membantu Selene mendapatkan kembali ingatannya," ucap Ayah Atreo meyakinkan Ibu. Gavin yang namanya disebut langsung mengangguk merasa menang. Kulihat ibu menitikkan air matanya lalu menggenggam tanganku.

"Maaf Selene, Ibu bukan Ibu kandungmu. Dan Elios sama sekali bukan kakakmu. Maaf Selene, maaf karena Ibu baru menceritakan ini kepadamu. Namun harus kau tahu Ibu sangat menyayangimu seperti anak kandung Ibu sendiri." Seketika hatiku ngilu, aku memang sudah mengetahui ini semua, namun mendengar penuturan dari mulut ibu lebih terasa menyakitkan.

Aku memang bukan anakmu Ibu, aku memang tak terlahir dari rahimmu dan tidak memiliki hubungan darah denganmu. Namun sungguh, aku menyayangimu lebih dari aku menyayangi diriku sendiri.

Praeteritum aut Futurum?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang