Malam ini Elios mengajakku pergi untuk menyaksikan Festival Lampion, dan kebetulan malam ini adalah malam Minggu sehingga semua tempat tampak ramai dengan muda-mudi yang sedang berkencan. Sayangnya aku malah berada di sini bersama Elios, sama sekali bukan pasangan kencanku.
Sebenarnya aku hendak memperkenalkan Elios dengan teman baruku, seorang gadis yang sangat cantik dan anggun.
Masih terekam dengan jelas di ingatanku saat pertama kali bertemu gadis itu, senyumnya yang begitu manis hingga membuatku kagum dengannya, dia adalah temanku yang pertama selain dokter Darrell dan Elios.
Aku mengenalnya dua hari yang lalu, pada sore yang sangat membosankan tiba–tiba aku melihatnya berdiri di depan rumahku. Aku mengajaknya berbincang di teras rumah, namun sepertinya Tuhan menginginkanku lebih mengenal gadis itu sehingga turunlah hujan lebat yang membuat gadis itu lebih lama berada di rumahku.
Ica, nama gadis itu adalah Ica. Sore itu aku mengajaknya masuk ke dalam rumah sambil menanti hujan reda, kutinggalkan ia di ruang tamu sementara aku masuk kedalam rumah untuk membuat segelas teh hangat untuknya, saat aku kembali ia sedang melihat–lihat fotoku bersama Elios yang difigura dan diletakan di ruang tamu. Kuperhatikan ia, sepertinya ia tertarik dengan Elios dilihat dari caranya memperhatikan foto Elios dengan seksama.
"Apa kau mengenalnya? Ia kakakku, namanya Elios," kataku kepadanya, namun sepertinya aku mengagetkannya.
"Astaga! Aku tak melihatmu di sana, apa kau sudah sejak tadi memperhatikanku begitu?" Aku tertawa melihat ekspresinya, betapa lucu ekspresi kagetnya dengan mata yang sipit tiba–tiba melotot seakan bola mata itu akan keluar dari kelopaknya. Ah aku hanya bercanda sebenarnya tak seperti itu.
Ia hanya tersenyum menanggapi ucapanku tentang Elios. Namun tetap saja pandangannnya tertuju ke arah fotoku dan Elios, ia tak berpaling meski sebentar saja.
"Sepertinya dia sebentar lagi pulang, apa kau mau menunggunya? Akan kukenalkan kau dengan kakakku itu, dia baik tapi sayang bawelnya luar biasa, aku selalu dimarahi olehnya setiap saat."
"Tak usah Selene, mungkin lain kali. Lagi pula aku sekarang sudah menjadi temanmu mungkin lain kali aku akan berkunjung lagi, dan saat itu tujuanku jelas yaitu pergi ke rumahmu."
"Ah, tentu saja Ica. Kau boleh main ke rumahku kapanpun kau mau, lagi pula aku berada di rumah sendirian saat Elios dan Ibu pergi bekerja."
Kami berbincang cukup lama, membicarakan hal yang tidak penting untuk di bicarakan. Namun aku merasa senang bersamanya. Karena ia mampu mencari topik sehingga obrolan kami tetap berlanjut.
Hingga tak kami sadari hujan telah berhenti dan saat kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit, akhirnya Ica berpamitan untuk pulang. Sebelum Ica pulang aku sempat meminta kontaknya dan itu yang membuatku bisa berhubungan dengannya malam ini.
**
Sudah satu jam aku dan Elios berada di tempat itu sambil menunggu Ica. Namun sayangnya, Ica tidak bisa bergabung bersama kami. Ia bilang ia sedang sibuk. Ia meminta maaf kepadaku karena tidak bisa ikut menyaksikan Festival Lampion, sebenarnya aku memakluminya.
Ica : Aku sangat ingin pergi bersamamu Selene, pasti sangat asyik bisa pergi ke Festival Lampion itu bersamamu, apalagi jika bertemu dengan kakakmu yang tampan itu. Tapi sayangnya aku sedang ada urusan, maaf ya Selene. Lain kali aku yang akan mengajakmu pergi jalan–jalan.
Aku tersenyum membaca pesan itu. Ah ternyata tebakanku benar ia tertarik dengan Elios, sampai–sampai dia menyebut Elios tampan, memangnya dari sudut mana Elios tampan? Kulirik Elios yang sedang duduk di sebelahku sambil memakan ice cream. Kukira dilihat dari sudut manapun, Elios hanya terlihat sangat menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Praeteritum aut Futurum?
ChickLitHighest rank #106 in ChickLit (16092017) Aku berada diantara pilihan mengingat masa lalu atau menjalani kehidupanku yang sekarang untuk menyiapkan masa depanku, jadi menurutmu pilihan mana yang harus ku pilih? Masa lalu atau Masa depan? (Revisi seti...