XI

187 58 86
                                    

Sudah hampir tengah malam tapi Gavin belum juga meninggalkan rumah kami. Ia masih berbincang dengan Elios di luar, sedangkan aku sudah berada di dalam rumah. Elios menyuruhku untuk masuk dan lekas tidur, alih-alih tidur aku malah masuk ke kamar ibu.

"Bu, apa Ibu sangat menyayangiku?" Aku mendongakkan kepala ke atas untuk melihat wajah ibu. Sewaktu aku masuk ke kamarnya, ibu sedang duduk dan bersender di ranjangnya sambil membaca buku. Aku mendekatinya dan tiduran di pangkuannya. Ibu langsung membelai rambutku dengan lembut.

"Tentu sayang, mengapa kau tanyakan hal itu? Apa kau marah karena Ibu akhir-akhir ini meninggalkanmu di rumah sendirian?"

"Tentu tidak Bu, aku tahu Ibu sangat lelah mengurus butik, mengapa aku harus marah karena ditinggal di rumah sendirian? Dan perlu Ibu tahu aku pun sangat menyayangi Ibu," ucapku sambil tersenyum.

Bahkan jika benar Tante Hestia adalah ibu kandungku mengapa ia tak merawatku? Mengapa malah ibu dan Elios yang selalu ada untukku?

Aku menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiranku untuk diriku sendiri. Aku akan mencari tahu semuanya sendiri, karena sepertinya mereka menyembunyikan sebuah rahasia yang tak ingin diketahui olehku. Bahkan tentang mimpi buruk kemarin, aku tak berniat menceritakan kepada siapapun.

"Bu, mengapa orang itu tak kunjung pergi? Ini bahkan sudah larut malam."

"Mungkin urusannya dengan Elios belum selesai Selene. Jika ini sudah larut malam mengapa kau tak pergi tidur saja sayang?"

"Aku belum mengantuk, apakah Ibu mengenal Gavin?" ucapku setengah berbohong, sebenarnya aku sudah mengantuk, namun aku ingin menunggu Gavin pergi dan memastikan bahwa Elios baik-baik saja.

"Gavin itu teman Elios sewaktu SMA Selene."

"Jika mereka berteman mengapa Elios selalu menghindar jika bertemu dengan Gavin?"

"Karena ada suatu masalah yang membuat mereka menjauhi satu sama lain," ucap ibu dengan nada lembut.

"Apa itu? Apa sangat serius?" tanyaku penasaran. Ibu mulai bercerita kepadaku dan aku pun mendengarkannya dengan seksama.

"Dulu, Elios pernah mencintai seorang gadis dan gadis itu pun juga sangat mencintai Elios. Namun Gavin selalu menginginkan apa yang Elios punya, ia ingin merebut gadis itu dari Elios. Hingga suatu saat ia berhasil menjauhkan gadis itu dari Elios, namun sepertinya gadis itu tak bisa melupakan Elios. Ibu mendengar kabar bahwa gadis itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke luar negri agar tidak diganggu lagi oleh Gavin, namun ia harus merelakan berpisah dengan Elios. Setelah kepergiannya, Elios tak pernah lagi menceritakan tentang gadis itu kepada Ibu."

"Apa Elios sangat mencintai gadis itu Bu? Memangnya nama gadis itu siapa?"

"Sebentar, sepertinya Ibu ingat. Namanya itu seperti nama bintang yang paling terang di rasi bintang Virgo. Ah iya, namanya Spica Andromeda." Ibu mengangguk-anggukan kepalanya setelah berhasil mengingat nama gadis yang pernah dicintai Elios.

Aku teringat tentang tulisan di buku Elios, dibawah puisi panjangnya ia menuliskan inisial S.A, mungkin saja puisi-puisi itu dibuatnya untuk gadis itu.

"Gadis itu cantik dan baik hati pantas saja Elios menyukainya." Ibu masih menceritakan kepadaku tentang gadis itu, namun sepetinya kantuk telah menemukanku dan berniat membawaku pergi bersamanya. Aku kehilangan kesadaranku dan terlelap di pangkuan ibu.

**

Aku terbangun dari tidurku dan menyadari bahwa semalam aku tertidur di kamar ibuku. Kuingat-ingat kejadian semalam sambil mencari keberadaan ibu. Kutemukan ibuku sedang membersihkan dapur seusai memasak dan Elios yang baru keluar dari kamarnya sedang berjalan menuju meja makan.

Praeteritum aut Futurum?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang