GENIE [WENGA]✔

18

Suga segera berlari menuju cafe yang jaraknya tak begitu jauh dari kampus. Sesampainya di depan cafe Suga menarik nafasnya dalam-dalam agar sedikit tenang, setelah itu ia masuk kedalam cafe itu, ia langsung tersentak kaget karena.. kepalanya terjedot pintu cafe, Suga lupa membuka pintu karena saking nervous-nya akan bertemu Wendy setelah kejadian tadi di kelas, untung cafe sedang tidak rame jadi ia nggak begitu malu. Kemudian ia membuka pintu dan masuk kedalam cafe.

🐢🐢🐢🐢🐢

"Kamu gapapa?"

Wendy sangat-sangat terkejut saat melihat siapa yang telah menolongnya.

"Hey, kamu nggak apa-apa kan?" tanyanya lagi sambil melambaikan tangannya kedepan wajah Wendy.

"Ah iya, saya gapapa kok, makasih udah mau nolongin saya" bohong Wendy, padahal pinggangnya agak sakit karena menatap batu, dan lengannya sedikit sobek karena terjatuh.

"Sama-sama, tapi siku sama lutut kamu berdarah, ayo saya obatin" ajaknya kemudian pria itu beranjak dari duduknya.

"Tapi saya nggak kenapa-kenapa kok"

"Saya nggak terima penolakan, cepet naik" pria itu berjongkok didepan Wendy, tapi Wendy masih diam ditempatnya.

Pria itu memutar tubuhnya menghadap Wendy, "Kamu takut sama saya? Saya nggak berniat jahat kok, saya salah satu dosen di kampus itu, kenalkan nama saya Choi Minho. Oh iya kalo kamu masih nggak percaya saya tunjukin kartu pegawai saya" pria itu merogoh tasnya, namun tangannya ditahan oleh Wendy.

"Saya percaya kok kalo anda adalah pria baik-baik. Eng nama saya Son Wendy" Wendy tersenyum manis kepada seseorang yang selama ini ia ikuti kemanapun ia pergi selama dikampus, yaitu pak Minho.

Wendy masih tidak percaya bahwa pria yang berada didepannya itu adalah pak Minho, orang yang baru saja menyelamatkannya.

"Kamu luka-luka gini masih sempet senyum? Udah sekarang kamu naik kepunggung saya, saya akan obatin kamu, nggak terima penolakan" ucap Minho sedikit memaksa kemudian memutar tubuhnya membelakangi Wendy.

Akhirnya Wendy mengalungkan tangannya ke leher Minho dan ia digendong oleh pria yang mirip dengan abangnya itu. Mereka masuk ke cafe exspresso yang berada diseberang jalan raya, cafe yang tadi ingin Wendy datangi sebelum kejadian tersebut.

"Kamu duduk disini dulu, saya pesankan sesuatu, kamu mau makan apa?" tanya Minho.

"Terserah bapak aja" sahut Wendy kemudian ia tersenyum, reflek Minho ikut tersenyum.

Minho segera pergi memesan makanan dan minuman untuknya dan Wendy, semenit kemudian pria itu sudah kembali, lalu duduk disamping Wendy. Tanpa basa-basi pria itu mengambil kotak P3K dari dalam tasnya.

"Tahan ya, mungkin sedikit agak perih" ucap Minho, kemudian menuangkan alkohol ke kapas.

Wendy mengangguk.