Syafa pov
Setiap muslimah wajib menutup aurat, seperti yang tertulis di Surah Al Ahzab dan surah An Nur.
Pakaian gamis dan kerudung yang menjadi identitas muslimah, menutup aurat.
Pakaian ini yang biasa ku pakaikan pada putri kecilku. Aku tak mau bila baligh nanti dia tak mengenal pakaian apa yang harus di pakainya. Aku menanamkan dalam dirinya bahwa pakaian itu tak menghambat aktivitasnya. Hafla bisa bermain, bersepeda, berlari bahkan pernah di ajak berkuda dengan gamis yang menempel di tubuhnya. Tentu saja aku dobelin dengan celana panjang.
Hari ini kami sekeluarga bersiap untuk menghadiri pernikahan sepupu jauh suamiku. Mamamer dan papamer juga datang kali ini, sekalian mereka ingin melepas kangen dengan cucu-cucunya.
Ketiga jagoanku tampak gagah dan ganteng dengan balutan kemeja putih dan jas warna dongker, dg dasi warna senada. Aku dan putri cantikku kompakan memakai jilbab biru laut dan kerudung soft pink.
"Siap semua? " tanyaku saat melihat suami juga putraku berkumpul di ruang tengah.
"Siap bun... Bunda cantik"puji Ghazi yang membuatku tertawa.
"Alhamdulillah. Bunda cantik karena anak bunda ganteng juga cantik. Ayok mas kita berangkat"
Kedua putraku langsung menuntun adiknya. Pemandangan yang sangat ku sukai, naluri seorang kakak untuk melindungi adeknya.
"Kenapa senyum-senyum dek? "Bisik suamiku membuyarkan lamunanku
"Lihat deh mas, anak-anak kita. Mereka saling melindungi, terutama pada adiknya. Adek membayangkan kelak, pria yang akan mendekati Hafla akan berhadapan dengan dua bodyguard, bahkan tiga dengan ayahnya. "
"Itu pasti dek. Mas akan bersikap seperti ayah saat mas mengkhitbahmu dulu. "
"Semerdeka mas aja deh.. "Ucapku sambil mengunci pintu
Ketiga anakku sudah mengambil posisi. Tetap Hafla ada di tengah mereka. Si sulung baru naik mobil usai kedua adiknya mengambil posisi. Entahlah aku sendiri juga bingung dengan naluri sulungku untuk melindungi adik-adiknya.
"Udah berdoa semua? Kita berangkat ya? "
"Siap yah"
"Kakak juga adek nanti yang tertib dan sopan ya. Jaga etika saat kita menghadiri suatu acara. Kakak Idlan, nanti awasi adek-adeknya ya"
"Naam nda. Emang tamu-tamu nggak di pisah nda? "
"Nggak kak. Makanya ayah sama bunda minta kakak bantu awasi adek ya.. Kasian kalo bunda nanti muter-muter. "
"Naam yah. Nanti Idlan bantu jagain adek. "
"Dedek bun yang suka jalan-jalan. Ghazi suka capek banget ikuti dedek"
"Tatak ndak ucah itut... Dedek beyani tok sendili"
"Bukan masalah berani apa nggak dedek. Tapi kita harus menjaga adab bertamu..kesopanan, tata tertib, suara dek...jangan sampai mengganggu orang lain. Lagipula nanti kalo ayah sama bunda ngikutin dedek kan musti melewati banyak orang yang bercampur baur. "
"Tuh dengerin ayah.. Dedek nanti diem aja. Kalo mau makanan biar kakak Ghazi ato kakak Idlan yang ambilin"
"Ciap tatak... "
Aku dan suamiku tersenyum penuh arti menyaksikan interaksi kakak beradik ini. Idlan yang pendiam akan hangat bila sama adiknya, Ghazi yang mengungkapkan kasih sayang dengan keusilan.
Tak terasa mobil yang kami kendarai memasuki gedung yang sudah di sulap dengan dekorasi yang mewah. Maklum kerabat suamiku ini menikah dengan orang bule, jadi ya agak kebarat-baratan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumahku Surgaku
SpiritualBagaimana kisah Syafa Althafunnisa dan sang suami Ikhwan Abdulrasyid dalam membesarkan putra putrinya di tengah kehidupan yang hedonis Akankah ketiga anaknya akan mampu melawan arus. Berhasilkah usaha mereka memberikan pondasi keimanan. Mampukah m...