11.Episode 2

3.9K 270 4
                                    

Tidak ada yang tak mungkin bila ALLAH menghendaki. Makhluk hanya bisa mengimani segala takdir.

Ikhwan pov.

Kini kami -aku,istriku juga om Irsyad-duduk bertiga di ruang tamu dalam keadaan hening. Tak ada yang mulai membuka suara. Masing-masing tenggelam dalam pikiran. Helaan nafas Syafa yang terdengar berkali-kali, mungkin berusaha menenangkan diri, mengontrol emosi yang sempat meledak tadi.

"Bisa jelaskan ke om asal mula semua ini? "Akhirnya om Irsyad membuka suara.

Aku menatap istriku yang di balas dengan anggukan yang menandakan bahwa aku yang harus menjelaskannya.

Kemudian mengalirlah ceritaku. Mulai dari tiap perayaan acara keagamaan, pesta tahun baru yang tak pernah kami hadiri, tuduhan intoleran, kaum radikal, fanatik yang berlebihan. Sampai tabayyun yang di lakukn oleh pengurus Rt, dan berakhir kejadian hari ini, yang aku sendiri tak tau sebab musababnya sehingga ada laporan seperti itu.

"Baiklah untuk kasus yang menimpamu, om akan turun tangan sendiri. Tadi kakak kamu juga meminta lansung sama om untuk mendampingi kalian. "

"Terimakasih om. " ucap istriku lirih.

Aku tau dia shock dengan kejadian ini. Namun aku salut akan tindakannya, menelepon pengacara juga mengungsikan anak-anak sd sementara di ruko.

----------

Makan malam ini kami berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap wajar, seolah tak ada masalah yang menimpa. Kami tak ingin anak-anak terganggu dengan keadaan ini, walaupun mustahil menutupi apa yang sesiang tadi terjadi di rumah ini.

"Bunbun, kenapa tadi nggak jeput dedek? "Tanya putriku usai makan.

"Iya.. Kakak juga di suruh pulang ke ruko. Bunda lagi sibuk apa? "Imbuh Ghazi menelisik.

"Bunda tadi ada perlu mendadak sama ayah juga. Jadi bunda nggak bisa jemput dedek. "Jawabku mewakili bundanya yang kebingungan.

Masih mudah menjelaskan pada Hafla juga Ghazi. Namun tidak pada sulungku.. Sejak pulang dari mushola tadi tatapannya penuh pertanyaan padaku. Namun ia hanya diam, menunggu orang tuanya menjelaskan terlebih dahulu. Inilah sulungku yang dewasa, pintar membaca situasi.

"Kalian masuk kamar ya... Belajar kemudian istirahat."titah istriku yang di angguki oleh pasukannya.

"Kak Idlan, sebentar nak. Ayah mau minta tolong. Kakak Ghazi temenin dedek dulu ya.. "Pintaku

Ku ajak sulungku ke lapangan kecil di samping rumah yang biasa digunakan untuk bermain basket. Kami duduk di ayunan yang biasa di gunakan oleh Hafla dan bundanya.

"Ada apa yah? "Tanya Idlan setelah sesaat kami dalam kebisuan.

"Kakak pasti tau ada sesuatu sehingga tadi bunda minta kalian semua pulang ke ruko dan di jemput oleh tante Nindya"

"Iya yah. Tapi apapun itu Idlan tau bunda sama ayah pengen melindungi kami" jawaban yang tak terduga keluar dari mulut bocah seusia Idlan.

"Ada sedikit kesalah-pahaman kak. Sehingga ada laporan ke pihak berwajib bahwa ayah sama bunda melakukan aktivitas dan penyebaran paham yang di nilai melanggar hukum.

Tapi Idlan juga adik-adik nggak usah khawatir, jangan takut. Kita punya ALLAH yang pasti akan menolong, entah melalui jalan yang mana. Kita percaya itu kan? "

Ku lihat Idlan mengangguk patuh.

"Idlan boleh tau nggak siapa yang melaporkan ayah sama bunda?? Jahat banget sih. Memang ayah sama bunda ngapain kok di bilang melanggar hukum"

Rumahku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang