Ketika alam menambah cintamu padaNYA. Maka manakah yang kan kamu ragukan atas kuasaNya?Ikwan pov.
Hari ini aku sengaja mengajak sulungku ke kantor. Siang nanti bu Retno dan suaminya akan menemuiku. Aku membutuhkan Idlan sebagai suport. Karena selain istriku dialah yang bisa memahamiku. Memang Idlan anakku yang luar biasa, dia mewarisi sifat dinginku saat dengan orang luar, namun sifat sabar juga menenangkan milik sang bunda menurun padanya.
Jangan berharap aku membawa Ghazi. Yang ada anak itu akan ngamuk. Apalagi bila menyangkut sang bunda juga Hafla, emosinya akan segera naik. Anak keduaku ini benar-benar cetakanku, kecuali sifat usil dan jahilnya yang mirip sama Naufal adikku.
Agar tak bosan saat aku bekerja, Idlan aku minta menggambar dekorasi ruanganku untuk ganti suasana. Seperti yang ku bilang, anak ini suka menggambar. Detail gambarnya sangat teliti. Bahkan mas Usman, kakak tertua anakku sampai meminta padanya untuk menggambar bangunan rumah saat ingin melakukan renovasi. Hasilnya sangat memuaskan, Idlan pun di ajak jalan-jalan ke Turki.
"Kak.. Ayah ada meeting sebentar ya.. Idlan di sini aja"
"Iya yah... "
Aku beruntung, anak ini walaupun dingin tapi tak sedatar aku dulu. Masih ada ekspresi yang diperlihatkannya. Yah walaupun untuk orang-orang tertentu.
Usai meeting dan sholat dzuhur, aku di beritahu jika ada tamu yang menunggu. Aku merasa itu bu Retno dan suami. Segera ku gegaskan langkah ke ruangan untuk memanggil anak sulungku.
Kini kami berlima - aku, Idlan, Dyo, bu Retno dan suaminya - duduk satu meja di kantin. Setelah berbasa-basi sebentar aku mulai membahas topik yang ingin aku sampaikan ke mereka semua.
"Terimakasih bu Retno, meluangkan waktu untuk berkunjung kemari. Seperti yang saya sampaikan ke Dyo, saya minta maaf tidak bisa memenuhi permintaan ibu. "
"Jujur saya kecewa,saya semula berharap anda mau menerima tawaran ini,karena saya menilai anda bisa memberikan keluarga baru buatnya. Tapi mau gimana lagi, saya tidak bisa memaksa. "
"Sekali lagi saya minta maaf bu. Saya merasa tersanjung namun saya jujur tidak mampu untuk melaksanakan apa yang ibu harapkan. "
"Tak mengapa. Oh iya apa ini putramu? "
"Benar bu. Ini sulung saya."
"Assalamu'alaikum, saya Idlan."
"Wa'alaikumussalam. Idlan, maafkan umi ya. Umi sempat meminta ayahmu untuk menikah lagi. " jawab bu Retno, sambil meminta maaf juga menyebut dirinya dengan umi pada putraku.
"Iya umi...Umi nggak salah kok. Mungkin umi memiliki pertimbangan tersendiri kenapa umi meminta hal itu pada ayah. Walaupun Idlan sempat kecewa tapi Idlan merasa beruntung, apa yang ibu tawarkan pada ayah bukan sesuatu maksiat, walaupun konsekuensinya besar" jawab Idlan sambil menampilkan senyum penghormatannya.
Yah, seperti harapan sang bunda ingin memiliki anak berkualitas. Generasi muslim yang numpuni. Idlan tumbuh menjadi remaja yang berpikiran dewasa. Kadang aku sendiri sebagai ayahnya merasa heran dan takjub dengan pola pikirnya.
Bu Retno tampak tersenyum mendengar jawaban Idlan.
"Tapi maaf umi. Bunda, saya juga adek-adek tidak siap bila harus berbagi. Walau bunda selalu mendidik kami untuk selalu melibatkan ALLAH, tapi untuk yang satu ini kami tak bisa umi. Banyak konsekuensi yang harus kami hadapi,apalagi melihat bunda sedih. "
Acara makan siang ini kami tutup dengan saling memaafkan, dan berjanji untuk menjalin ukhuwah lebih baik lagi.
Satu yang kudapat, bu Retno juga suaminya sangat mengagumi anakku. Jangankan mereka, aku ayahnya saja terkagum-kagum dengan pikiran tak terduga yg di milikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumahku Surgaku
EspiritualBagaimana kisah Syafa Althafunnisa dan sang suami Ikhwan Abdulrasyid dalam membesarkan putra putrinya di tengah kehidupan yang hedonis Akankah ketiga anaknya akan mampu melawan arus. Berhasilkah usaha mereka memberikan pondasi keimanan. Mampukah m...