22. Sepotong Episode

3.3K 255 25
                                    

Seberapa kuasamu hingga kamu sombong menentang takdir, dan hukum dari ALLAH.

Author pov

Syafa terbangun pukul tiga. Jam biologis nya sudah ter-set agar ia membuka mata di jam segitu. Senyum hangat menghiasi bibir tipisnya saat tangan kekar suaminya memeluk erat.

Pelan telunjuknya melukis pahatan indah di wajah tampan pria yang mendampinginya hampir enam belas tahun. Hidung mancung suaminya menjadi pemandangan favoritnya. Rahang tegas, dengan cambang lebat, bekas di cukur.

Syafa tak sadar, suaminya selalu menikmati saat-saat seperti ini. Saat jemari lembut itu membelai wajahnya dalam diam. Syafa tak tahu bahwa suaminya merindu teramat sangat merindu. Ikhwan menggeliat pelan menelusupkan wajah ke leher istrinya,menghirup aroma tubuh yang menenangkannya.

Tiap malam, Syafa masih tetap berdandan dan wangi. Masih tetap memberikan hak, masih meladeni kemanjaan suaminya.

"Mas.. Bangun. Kita qiyamullail yuk"bisik Syafa sambil membelai rambut suaminya.

"Bentar lagi ya dek"

"Mas.. Udah jam tiga lewat. Bangun ya.. "

"Iya, tapi mas tetap tak mau istikharah. "

"Mas, kan mas yang selalu mengingatkan untuk melibatkan ALLAH di setiap keputusan yang akan kita ambil. Adek memang berharap pernikahan itu tak pernah ada, tapi kita tak tau apa yang akan terjadi. Adek udah menata hati.. Menerima apapun yang akan terjadi"

"Mas mencintaimu karena ALLAH.. Sejak dulu mas hanya menemukan ketenangan dan semakin mendekat pada ALLAH karena adek. "

"Iya mas.. Adek juga mencintaimu karena ALLAH, ALLAH dan surga terasa dekat bersamamu mas. "

Walaupun hati Syafa terasa nyeri, tapi ia berusaha memasrahkan semuanya pada ALLAH. Jika memang pernikahan itu terjadi, artinya ALLAH menilai dirinya mampu berbagi kasih sayang.

Ia tersenyum tipis. Syafa Althafunnisa nama indah pemberian orangtuanya. Perempuan yang halus di bukit Safa. Siti Hajar, istri dari Nabi Ibrahim as, ibu dari Ismail as. Perempuan tegar juga patuh akan perintah ALLAH. Tak banyak protes ketika di tinggalkan oleh suaminya di gurun pasir gersang dengan seorang bayi Ismail karena sang suami mengatakan ini perintah ALLAH. Pun tak membantah ataupun melarang saat Ismail di sembelih atas perintah ALLAH, walaupun syetan gigih menggodanya.

Siti Hajar, wanita yang sangat patuh pada suami, taat pada tiap ketentuan ALLAH. Syafa berusaha meneladaninya, karena nama yang di sematkan padanya itu orangtuanya ingin dia sesabar istri Nabi Ibrahim as.

Dua kali Syafa melakukan istikharah, tak ada petunjuk apapun dari ALLAH. Ia tau suaminya kemaren-kemaren kekeh tak mau beristikharah. Baru dua hari ini suaminya melakukan istikharah. Pun tak mendapatkan petunjuk apapun.

Syafa harus bahagia. Anak-anak liburan sekolah, dia tak boleh mengacaukan liburan mereka dengan kesedihan tak jelasnya.

"Anak-anak sarapan dulu.. "Panggil Syafa sambil merapikan dasi sang suami.

"Idlan kangen masakan bunda... "Jawab si sulung dengan mata berbinarnya. Memang masakan olahan bundanya terfavorit.

"Azi masih kenyang bun.. "Jawab Ghazi malas.

"Kenyang makan apa nak? Makan angin? " seru Syafa sambil menggandeng putra keras kepalanya itu. Syafa tahu Ghazi sedang tak ingin di dekat ayahnya.

Dengan malas Ghazi duduk, tak menyapa siapapun. Hafla yang heran dengan kakaknya itu hanya mengernyitkan dahi bingung.

"Kak Azi lagi sakit? "Tanya Ikhwan berusaha mendekati putranya.

"Nggak. Males aja"

Ada rasa perih di hati Syafa melihat perlakuan anaknya itu.

Rumahku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang