15.Keputusanku

3.9K 263 7
                                    

Ambilah keputusan yang kamu rasa ALLAH akan ridha dengan apa yang  akan kamu jalani.

Syafa pov

Akhir-akhir ini aku semakin sibuk. Sulungku sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan.

Waktu berjalan dengan cepat, menggilas semua yang di lalui. Bagiku waktu adalah pedang, dia tajam menebas siapapun yang lena. Waktu tak akan bisa berputar kembali.

"Nda.. Kalo Idlan masuk pesantren apa bunda akan sedih? " tanya putraku saat menemaniku menunggu ayahnya yang lembur hari ini.

"Sedih itu pasti kak. Apalagi sedari bayi tak pernah bunda pisah sama anak-anak bunda. Tapi bunda juga bahagia kalo kakak setuju masuk pesantren.

Kakak laki-laki, nantinya kakak butuh lebih banyak bekal ilmu untuk menjadi seorang pemimpin. Kakak akan memperoleh banyak bekal untuk kehidupan kakak mendatang.

Ayah sama bunda kurang cukup ilmu untuk mendidik kakak. Makanya kakak di tawarkan masuk pesantren."

"Tapi bunda bakalan nengokin Idlan kan? "

"Iya kak.. Bunda sama Ayah akan meluangkan waktu buat menjenguk Idlan nanti. Kakak diskusi lagi ya sama ayah.. Bicara antar sesama laki-laki ."

"Iya nda.. "

----------

"Mas.. Idlan udah menyampaikan keputusannya apa belum? "Tanyaku sembari merapaikan pakaian yang selesai aku gosok.

"Belum dek. Memang tadi bilang apa sama adek? "

"Belum bilang setuju apa nggak sih.. Cuma dari obrolan tadi Idlan mengisyaratkan menerima tawaran kita mas"

"Alhamdulillah kalo gitu"

"Mas nggak mau tanya langsung? "

"Nanti dulu dek. Idlannya lagi sibuk belajar. Kita juga musti menyeleksi pesantren yang udah di rekomendasikan ke kita"

"Terserah mas aja. "

"Kalo adek lebih suka yang ada di Bogor mas. "

"Kenapa? "

"Pertama pesantren itu tidak hanya fokus mengajarkan ilmu agama namun cabang ilmu lainnya. Mas paham kan maksud adek? "

"Iya.. Mas paham. Ilmu akhirat dan ilmu untuk dunia seimbang. Trus... "

"Yang ke dua.. Tsaqafah ruhiyah santrinya di bimbing dengan bagus. Ketiga fasilitasnya memadai. Keempat jaraknya dekat. Jadi kalo kangen kita nengok nya nggak terlalu jauh. "

"Kita bicarakan ya sama Idlan. Biar dia pilih yang di Bogor apa di Bandung "

"Siap boss... "Jawabku sambil menggoda.

"Adek cek anak-anak dulu sana, sebelum bayi kita teriak"ucap suamiku sembari tersenyum saat kembali memanggil Hafla dengan sebutan si bayi.

Aku mengecek anak-anak sembari membawa tumpukan baju yang telah aku gosok ke kamar mereka. Anak-anak ku beri tanggung jawab untuk merapikan lemari masing-masing. Hanya milik Hafla yang masih aku rapikan.

"Kakak masih belajar? Udah jam 9 lho.. Istirahat ya. Lanjutkan habis tahajjud nanti. "

"Iya nda.. Tinggal satu soal lagi. Bunda udah bilang sama ayah?"

"Bund udh bilang. Besok kita diskusikan lagi ya kak. Sekarang kakak istirahat. Bunda ke bawah dulu ya kak. Assalamu'alaikum "

"Wa'alaikumussalam "

Aku tersenyum, membelai putra pra balighku ini. Wajah dua tampan copy-an ayahnya membuatku selalu bahagia.

Seperti inilah keluargaku. Aku selalu mengantar mereka tidur, sedang ayahnya yang mengontrol mereka untuk sholat tahajjud, berbagi tugas.

Rumahku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang