6.Ini toleransiku

5.5K 383 8
                                    

Toleransiku sebatas menghargai ibadahmu. Bagiku agamaku, bagimu agamamu.

Syafa pov

Penghujung tahun menanti. Semarak bulan terakhir di tahun masehi mulai terasa. Bulan ini anak-anakku melaksanakan ujian semester ganjil. Dua jagoanku tampak sibuk mempersiapkan diri, berbeda dengan putri kecilku yang hanya mengganggu usaha kakak-kakaknya, maklum anak TK belum mengerti ujian semester.

Suamiku menjanjikan liburan ke rumah kakek neneknya di Jogja bila nilai ulangan mereka bagus. Memang libur sekolah bersamaan dengan libur akhir tahun perusahaan tempat suamiku bekerja. Apalagi Idlan kemaren mengikuti wisuda untuk siswa yang sudah hafal juz 29,dengan hasil mumtaz.

"Dedek... Jangan ganggu kakak dong. Sini sama bunda, biar kakak belajar dulu ya.. "Ajakku saat mengantarkan susu ke kamar putraku dan melihat anak cantikku sedang mengusili Ghazi.

"Bunbun, dedek mau belajal juga"

"Iya.. Dedek belajar sama bunda ya... Kakak mau ujian, jangan di ganggu. "

"Ndak mau.. Dedek mau tama tatak bun... "

"Anak bunda yang paling cantik... Nanti kalo kakak udah selesai ujian, dedek bisa belajar bareng lagi"

Aku dan suamiku selalu berusaha mengajarkan sikap saling memahami antara mereka, nggak boleh ada pihak yang di rugikan dalam hal apapun. Termasuk si bungsu, walaupun suamiku sangat memanjakannya, namun aku tetap tegas bila itu di perlukan.

Aku ingin anak-anak bisa saling menghargai dan menghormati.

"Nda... Idlan butuh beberapa buku pendukung lagi. Sepatu olahraga Idlan juga udah rusak"

"Nanti bunda ijin sama ayah dulu ya, Sabtu besok selepas bunda ngaji kita beli ya, sekalian kalian refreshing. "

"Benel bunbun? Dedek itut ya"rengek si kecil kemudian.

"Dedek mau beli apa emang? Nggak beli juga mau ikut aja"

"Bunbun udah gede tok matih naji? "

"Iya dek.. Bunda kan tetap harus mencari ilmu, rosul juga menyuruh umatnya mencari ilmu kan? Nggak hanya bunda, ayah juga ngaji"

"Bial pintel juga ya bun? "

"Iya sayang.. Kalo ayah sama bunda nggak pinter gimana dong? Masa kalah sama dedek? "Senyumku sambil menciumi pipi cabinya.

Si bungsuku ini sedikit berbeda dengan kakak-kakaknya, ia masih cadel di usia yang hampir lima tahun. Walaupun kualitas otaknya nggak kalah cerdas dengan yang lain.

"Bunbun telpon ayah ya... Dedek tangen"

Yah sudah seminggu ini suamiku harus berjauhan dengan kami karena urusan pekerjaan.

"Bentar ya nak.. Kita video call sama ayah. Tunggu kakak selesai belajar ya"

---------

Sore ini seperti biasa usai pencak silat di dapur aku menyiapkan hidangan pelepas lelah untuk suamiku. Yah dua hari yang lalu bapak ganteng itu sudah pulang dari urusan di luar negeri, alhasil aku kembali ke aktivitas harian.

"Nda...butuh bantuan? "Tawar sulungku saat melihatku masih berkutat di dapur.

"Udah kok kak... Tolong jemput dedek aja ya di lapangan. Takut ayah pulang dedeknya masih asik main. "Suamiku memang mengijinkan anak-anak untuk bermain dengan catatan harus sudah di rumah sebelum dia pulang.

"Ghazi belum pulang latihan? "

"Belum kak.. Tadi pamit sama bunda agak telat. Bukannya bulan depan ada kejuaraan? "

Rumahku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang