7.Radikal dan Fanatisme

5.3K 338 8
                                    

Bila tak mengenal maka yang akan timbul hanyalah fitnah. Maka kenalilah agar tak terjebak pada dugaan yang tak beralasan.

Syafa pov

Hingar bingar perayaan hari besar keagamaan juga pesta akhir tahun telah usai. Beruntung anak-anakku tak terseret ikut hingar bingar perayaan itu, yah walaupun si bungsu sempat merengek ingin merayakannya saat kami di Jogja.

Seperti janji suamiku, bahwa liburan semester ini kami semua akan pulang kampung. Hal yang sangat di nanti buah hatiku, karena mereka akan mengeksploras apapun tanpa ada larangan. Jogja kini jauh berbeda dengan saat aku kecil dulu. Kota pelajar ini kini tak ubahnya seperti kota metropolitan. Perkembangannya sangat pesat, walaupun tak meninggalkan adat budayanya.

Kembali pada perayaan tahun baru masehi, aku ingat bagaimana putriku ini ingin ikut-ikutan pesta barbeque yang diadakan oleh saudara-saudara suamiku. Memang dibandingkan dengan kedua kakaknya, Hafla lebih banyak memprotes apa-apa yang kami larang. Mungkin ini juga karena faktor kami terlalu memanjakannya.

Senin esok kami kembali pada rutinitas. Mamamer juga bunda yang belum puas memanjakan cucu-cucunya terpaksa melepas kami dengan berat hati kemaren.

"Kak Idlan, udah semester dua ya.. Bentar lagi ujian kelulusan. Ghazi kenaikan kelas, Hafla in syaa ALLAH masuk ke SD ya nak tahun ini. Bunda mau kalian yang rajin. "

"Siap bundaaaaaaa... "

"Sekarang istirahat, besok udah muali sekolah. Bunda nggak mau pagi-pagi ada keributan, siapkan buku dan alat tulisnya malam ini ya sayangnya bunda.. "

Aku juga suamiku memang berusaha mengajarkan kemandirian sejak dini pada mereka. Terlebih di rumah ini tak ada khadimat alias ART.

Usai memastikan anak-anak tidur aku segera masuk kamar, membereskan kekacauan akibat di tinggal pergi selama sepekan.

"Bajunya udah rapi di lemari dek.. Tinggal yang kotor, besok siap di giling"sambut suamiku saat aku memasuki kamar.

"Alhamdulillah...terimakasih suamiku yabg ganteng.. "Ucapku sambil menggodanya.

"Bagaimana ya kalo anak-anak lihat bundanya seperti ini"bisik suamiku di telinga yang membuatku merinding.

"Mungkin mereka shock mas, begitu tahu sisi lain bundanya"ucapku terkikik

Kami memang selalu memperlihatkan keharmonisan hubungan pada anak-anak. Namun untuk bermesraan sebagai suami istri kami lakukan di tempat privasi seperti saat ini. Kami berubah menjadi pasangan yang penuh asmara, apa lagi usia suamiku yang memasuki puber ke duanya, semakin memancarkan pesona pria dewasa yang buatku makin ingin bermanja-manja terlepas dari rutinitas harian.

"Mas... Udah denger belum kasak kusuk tentang keluarga kita"tanyaku usai menikmati ibadah suami istri.

"Kasak kusuk apa?? Perasaan keluarga kita kayak selebriti ya dek? "Tanya suamiku sambil mencium puncak kepalaku.

"Adek belum pasti sih kebenarannya. Cuma tadi Idlan kan adek minta Idlan ke warung buat beli margarin, trus di sana ada ibu2 ,nah Idlan di tanya anak siapa? Eh salah satunya nggak pernah ketemu sama kita trus ada yang nanggapi  iya nih keluarga eksklusif, nggak pernah ngumpul pas na***an, bakar-bakaran tahun baru..

Idlan bingung mau jawab apa, soalnya mereka kan orang tua, takut menyinggung. "

"Besok-besok kalo ada yang ngomong ke adek, langsung jelasin ya. Mas juga belum ketemu sama pak Rt jadi belum ada omongan ke mas. "

"Siap sayangku.... "

"Pinter ngerayu ya sekarang"ucapnya sambil menoel hidungku.

"Susah ya mas untuk menjalankan syariat. Selalu ada gunjingan. Padahal apa yang kita lakukan itu kan perintah agama, dan kenapa pula yang menggunjing kita orang yang seakidah sama kita"

Rumahku SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang