Setiap anak pasti ingin selalu ada di dekat orang tuanya. Mengukir dan melihat senyum mereka.Syafa pov.
Bulan depan anak tengahku menyusul kakaknya ke pesantren, masuk asrama. Aku bisa membayangkan bagaimana sepinya rumahku ini. Belum pergi saja aku sudah baper merasa kehilangan. Apalagi si bungsu yang selalu bergantung pada kakaknya itu. Dia pasti sangat kehilangan, yah walaupun tahun depan sulungku akan kembali ke rumah lagi.
"Kak Azi... Keperluan buat di asrama udah di list? Apa ada yang kurang? "
"Udah bun, ada beberapa yang kurang. Besok bunda beliin ya" pintanya sambil mengepang rambut Hafla yang duduk di depannya.
"Iya kak... Itu rambut dedek mau di apain? "
"Di kepang bun... Azi liat di simpul-simpul pramuka "jawabnya enteng, padahal aku tau ia ingin menghabiskan waktu dengan memanjakan adiknya.
"Bagus nggak bun? "
"Bagus kok.. Anak ayah tambah cantik ni" kali ini suamiku yang menjawabnya.
"Dedek ma kesenengan kalo di puji yah" ledek Ghazi.
"Kak Azi juga suka bilang dedek cantik kan? "Rajuknya, aku hanya tertawa pelan melihat ketiga penghibur laraku ini.
"Terpaksa... Biar dedek nggak ngambek.. Nah udah.. "Ucapnya sambil mengikat ujung rambut adiknya.
Aku akui kepangan Ghazi sangat rapi. Anak-anakku sangat teliti seperti ayahnya.
"Dedek liatin ke Sarah ya... "
"NO!!! "teriak Ghazi sambil menarik adiknya untuk kembali duduk.
"Kenapa? "Tanya Hafla kebingungan.
"Mau pamer aurat? "Tanya Ghazi balik sambil melotot.
"Sebentar aja kak. Sarah kan depan rumah, nggak jauh kok"bujuknya. Aku dan suamiku hanya diam, ingin melihat sejauh mana pengetahuan dan sifat melindungi yang di miliki Ghazi.
"Mau jauh apa deket tetap nggak dedek!! Nggak usah ngeyel. Itu aurat dedek, nggak boleh di pamerin. Tau gitu kakak nggak kepang tadi"ucap Ghazi semakin melembut di akhir kalimat.
"Bunbun.... "Rajuk Hafla ke arahku yang ku balas geleng kepala.
"Dedek. Dosa tau... Dedek mau kasih dosa sama ayah bunda? "
"Enggak"
"Ya udah nurut. "
Aku mendekati tengah dan bungsuku, ku peluk erat mereka.
"Dedek taukan siapa yang boleh melihat aurat dedek dan batasannya mana saja? "Tanyaku lembut. Ya aku paham, Hafla ingin menunjukkan apa yang dia punya, ego anak-anak yang ingin di lihat lebih oleh temannya. Pamer khas anak-anak.
"Tahu bun. Tapi dedek mau lihatin ke Sarah bun. Sarah suka bilang kakak perempuannya suka kepangin rambutnya Sarah.
Dedek juga mau kasih lihat kalo kak Azi juga kepangin rambut dedek. Jadi Sarah nggak pamer lagi sama dedek"
"Sayangnya bunda yang cantik. Dedek bisa kasih lihat hasil kepangan kakak kalo Sarah kesini. Karena Sarah anak perempuan dan muslim jadi dia boleh melihat rambut dedek. Dengan catatan dedek di rumah ini, bukan di rumah Sarah. "
"Iya bunbun"
"Memang Sarah suka bilang apa? "
"Hafla lihat rambutku di kepang sama tetehku. Kamu nggak punya teteh sih, jadi gak ada yang dandanin kamu"
Kini aku tahu tingkah aneh Ghazi beberapa hati ini. Dia sangat rajin bermain simpul dengan tali pramuka miliknya, ternyata adiknya alasan di balik ini semua. Hal kecil yang membuatku terharu. Ghazi mulai bisa berusaha memecahkan masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumahku Surgaku
SpiritualBagaimana kisah Syafa Althafunnisa dan sang suami Ikhwan Abdulrasyid dalam membesarkan putra putrinya di tengah kehidupan yang hedonis Akankah ketiga anaknya akan mampu melawan arus. Berhasilkah usaha mereka memberikan pondasi keimanan. Mampukah m...