Chapter 8

5.4K 288 12
                                    

Keesokan paginya Dara masih betah untuk berdiam diri di kamar. Dia berniat untuk tidak masuk kerja hari ini, karena masih ingin untuk menenangkan diri. Dia juga masih belum siap untuk bertemu dengan banyak orang setelah perubahan statusnya yang menjadi seorang tunangan orang. Meskipun sebenarnya semua rekan kerjanya tidak tahu sama sekali akan hal itu. Dia hanya belum ingin berinteraksi dengan orang lain saja.

Hari masih pagi ketika bibi Ma mengetuk pintu kamarnya dengan pelan. Dara tahu pasti bibinya itu ingin memberinya sarapan, maka dengan malas Dara mendekati pintu dan bilang pada bibinya bahwa dia masih belum ingin makan. Dia melakukan itu bahkan tanpa membuka pintu, karena dia masih belum ingin bertemu dengan wajah bibinya.

"Nona, jangan seperti ini. Tuan sangat khawatir dengan nona." Kata bibi Ma di balik pintu.

"Aku baik – baik saja bi, hanya belum ingin makan saja. Aku akan keluar untuk makan nanti." Kata Dara masih berdiam diri di depan pintunya yang tertutup.

"Nona, saya mohon untuk makanlah sedikit. Saya sudah buatkan bulgogi kesukaan nona." Kata bibi Ma masih membujuknya.

Diam sejenak, Dara bimbang antara membukakan pintu untuk bibinya itu atau berkeras kepala masih mengurung diri di kamar. Akhirnya rasa bersalahnya memenangkan egonya, dia membukakan pintu dan menatap wajah bibi Ma yang sangat khawatir.

"Baiklah bibi, aku akan memakannya di kamar, terima kasih." Kata Dara mengambil nampan makanannya dari tangan bibinya.

Sebelum sempat Dara menutup pintu kamarnya kembali, bibi Ma menahannya dan tersenyum padanya.

"Nona, semuanya akan berjalan dengan baik. Keputusan nona pasti akan membawa kebahagiaan untuk nona." Kata bibi Ma.

"Nde bibi, emm apa appa makan dengan baik tadi pagi?" Tanya Dara kini dengan memaksakan senyum.

"Tuan berangkat pagi – pagi tadi, dan tuan sangat mengkhawatirkan nona." Kata bibi Ma.

"Apakah appa melewatkan sarapannya lagi?" Tanya Dara kini dengan khawatir.

"Anda tidak perlu khawatir nona, tuan tadi sarapan dengan baik meskipun teburu – buru. Dan tuan tahu bahwa anda belum ingin diganggu, makanya tuan tidak berani menemui anda." Jawab bibi Ma.

"Okay, terima kasih banyak bibi sudah merawat aku dan appa." Kata Dara.

"Saya akan selalu begitu nona, saya berhutang banyak pada nyonya Eunju. Jadi ini yang bisa saya lakukan untuk membayarnya." Kata bibi Ma.

"Baiklah bibi, aku akan makan nanti. Bibi bisa beristirahat." Kata Dara dengan menutup pintu kamarnya.

Setelah dia meletakkan makanan tersebut pada meja samping ranjangnya, Dara akan beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tetapi langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering dan menampilkan nama Bom disana.

"Anyeong Bom, ada apa?" Jawab Dara seadanya.

"Dara, apa kau sakit? Kenapa kau tidak masuk?" Tanya Bom di ujung telepon.

"Nde, sebenarnya aku sedang tidak enak badan hari ini. Jadi aku tidak masuk kerja." Jawab Dara berbohong.

"Emmm, tuan Jinyoung mencarimu hari ini, beliau ingin mengucapkan terima kasih padamu karena presentasi kemarin." Kata Bom lagi.

"Tenang saja Bom, besok aku akan menemuinya besok." Jawab Dara lagi.

"Baiklah kalau begitu, istirahat cukup Dara. Semoga lekas sembuh, aku tidak suka makan sendirian tanpamu." Kata Bom dengan nada merajuk.

SECOND WIFE - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang