Setelah sampai di depan gerbang rumahnya, Dara segera keluar dari mobil dan masuk. Dia sangat gugup untuk menghadapi Jiyong tadi. Apalagi ketika dia harus menampilkan tubuhnya yang dibalut dengan gaun pengantin dihadapannya. Perasaannya campur aduk dan dia sendiri tidak tahu maksud dari perasaan itu. Bahkan ketika Jiyong memberikan komentar positif akan gaun yang dipakainya, dia merasa senang dan seperti sebuah kepuasan yang dia rasakan. Dia mengelak, dia merasa hanya terbawa suasana.
"Kau sudah sampai sayang?" Tanya tuan Park ketika Dara masuk ke rumahnya.
"Nde appa." Jawab Dara.
"Apakah fitting baju sudah selesai?" Tanya ayahnya.
"Sudah, dan ini gaunnya. Aku akan menyimpannya di lemari." Kata Dara sambil menunjukkan kotak yang berisi gaun pengantinnya.
"Apakah appa tidak boleh melihatnya?" Tanya tuan Park.
"Jangan dulu appa, biarkan ini menjadi surprise untuk appa." Jawab Dara dengan senyum.
"Oke baiklah." Jawab ayahnya dengan nada kecewa.
"Appa harus percaya bahwa gaun dengan model apapun pasti cocok untukku." Kata Dara dengan bangga.
"Dasar kau ini. Yah appa memang sangat percaya itu. Anak appa memang paling cantik, jadi dia akan sangat cocok memakai gaun model apapun." Kata ayahnya dengan memeluk Dara.
"Ah appa, kau membuatku besar kepala." Kata Dara.
"Tapi appa memang mengatakan yang sebenarnya. Lalu tadi apakah kau fitting baju dengan Jiyong?" Tanya ayahnya.
"Tentu saja, dia kan pengantin pria." Jawab Dara cuek dan memasuki kamarnya.
Dalam kamarnya dia kembali membuka kotak tersebut dan membuka gaunnya di kasurnya. Sejujurnya dari semua pilihan yang ditawarkan Minzy, gaun ini memang yang paling dia suka. Dia tidak begitu menyukai gaun yang terlalu mewah yang sangat banyak hiasan ataupun pernak – pernik. Dia lebih suka gaun yang simpel tetapi masih terlihat anggun seperti gaun yang sekarang ada di hadapannya ini.
"Gaun ini cantik sekali, hmm andai saja aku menikah dengan Donghae. Pasti kecantikan gaun ini akan lebih terlihat nyata." Gumam Dara pelan.
"Aish Dara, kau sudah berkomitmen untuk melupakan Donghae. Jadi berhenti menyangkutkan semua hal pada Donghae." Kata Dara lagi.
Kemudian dia memasukkan kembali gaun tersebut pada kotaknya dan menyimpannya di lemari pakaian. Entahlah, meskipun dia tidak sepenuhnya menerima keadaan akan menikah kurang dari 4 hari lagi, tetapi dalam prosesnya dia juga tidak menolak. Sepertinya ada yang salah dengan pikirannya.
Di lain sisi, setelah mengantarkan Dara pulang sampai di rumahnya, Jiyong segera pulang. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Jinah. Entah mengapa dia sangat ingin bertemu dengan istri tercintanya itu. Dia pikir dia ingin menghilangkan suasana yang diciptakan kehadiran Dara tadi, dengan kehadiran istrinya. Tentu saja tadi hanya naluri sebagai pria.
"Jinah, kau sudah tidur?" Tanya Jiyong ketika memasuki rumahnya yang sepi.
Setelah memasuki kamarnya, dia kini tahu bahwa Jinah sedang tertidur pulas. Pantas saja wanita itu tidak menyambutnya ketika dia pulang. Tidak seperti biasanya. Jiyong tidak ingin menganggunya dan memilih untuk mandi. Setelah mandi dan berganti baju, dia mendekati Jinah yang tertidur di ranjangnya. Menurutnya dia cantik, tentu saja sangat cantik. Tetapi entah mengapa terasa berbeda ketika dia melihat Jinah yang tertidur ini dengan apa yang dia lihat pada saat Dara tertidur tadi.
Dia sendiri tidak tahu apa perbedaannya, tetapi yang jelas menurutnya Jinah tetap yang tercantik. Bahkan Dara tidak bisa mengalahkannya. Tentu saja hal itu sudah mutlak. Tetapi dia juga tidak bisa memungkiri bahwa kedua orang ini meskipun tengah tertidur, tetaplah berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND WIFE - COMPLETED
Fanfiction"Sebenarnya appa mempunyai maksud apa? tega sekali appa membuatku menjadi istri kedua darinya?" ada beberapa chapter untuk After Story, dan diprivate