Chapter 14

5.7K 328 49
                                    

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya nyonya Kwon.

Jinah hanya diam dan menunduk, dia tidak mampu menatap mata ibu mertunya dan membalas pertanyaannya. Nyonya Kwon yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu kemudian segera masuk ke dalam apartemen. Dia menuju ke ruang tv dan berteriak pada Jiyong.

"Jiyong, kenapa kau membawa wanita itu kemari?" Teriak nyonya Kwon.

Dara yang merasa ada teriakan di pagi hari segera terbangun dan menyadari bahwa itu adalah suara mertuanya. Dia lupa untuk memberitahu orang itu bahwa Jinah tinggal jadi satu dengan mereka. Tidak lama Jiyong juga turun untuk melihat apa yang terjadi.

"Omma, Jinah memang tinggal di sini." Kata Dara segera setelah keluar kamar.

"Kenapa? Kenapa kau membiarkannya tinggal di sini Dara?" Tanya nyonya Kwon lebih lembut.

"Aku yang memintanya, aku meminta dia tinggal di sini omma, Jiyong dan aku sering sibuk di perusahaan dan pulang malam. Jadi dari pada Jinah tinggal sendiri di rumahnya lebih baik tinggal bersama dengan kami sekalipun kami juga tidak lama di apartemen." Kata Dara.

"Aku memberikan apartemen ini untukmu Dara." Kata nyonya Kwon.

Mendengar itu Jinah merasa tidak diinginkan. Dia tidak lagi mau mendengar percakapan orang tuanya itu dengan Dara. Dia sangat tahu bahwa nyonya Kwon akan sangat menurut pada Dara karena dia adalah menantu favoritnya. Dia sudah kalah sejak awal. Dia merasa sangat sedih dan hancur. Kenapa ibu mertuanya berubah? Kenapa ibunya tidak lagi sayang padanya? Apakah dari dulu memang nyonya Kwon tidak menyayanginya?

Jinah segera pergi ke dapur dan berinisiatif untuk membuatkan sarapan pada semuanya. Meskipun hatinya sangat sakit tetapi dia tidak akan memperlihatkan semuanya. Dia masih bisa menahannya karena memang berkat Dara dia masih bisa hidup dengan Jiyong. Seharusnya dia tidak memusuhi Dara, meskipun dalam hatinya dia sangat ingin menggantikan posisinya.

"Kau tidak apa?" Tanya Jiyong pada Jinah.

"Tidak apa, kau tidak perlu khawatir." Kata Jinah menahan air matanya.

"Kita bisa pergi jika kau mau." Kata Jiyong memeluk Jinah.

Jinah menumpahkan air matanya dalam diam di dekapan Jiyong. Dia tidak bisa menyembunyikannya lagi. Sebuah rasa yang sangat sakit ketika ibu mertua yang sangat kau sayangi ternyata tidak menyayangimu lagi. Bahkan dia dengan sangat jelas lebih menyayangi orang lain. Kendati orang lain tersebut memang sangat layak untuk disayangi.

"Tidak perlu Jiyong, aku nyaman di sini. Lagi pula benar kata Dara, di rumah aku akan kesepian. Setidaknya jika di sini masih ada kalian." Kata Jinah sambil mengusap air matanya.

"Jinah kau jangan terpengaruh dengan perkataan omma, kau tahu aku selalu memilihmu." Kata Jiyong masih mengusap rambut istrinya itu dengan sayang.

"Sudahlah, tidak perlu dibahas. Kau mandilah, aku akan memasak sarapan." Kata Jinah kemudian mengambil bahan masakan dari kulkas.

Sementara itu Dara masih mencoba membujuk nyonya Kwon agar mengizinkan Jinah tinggal dengan mereka. Dia tidak tahu dengan apa yang dia lakukan, tetapi dia tidak ingin Jinah pergi dari apartemen mereka. Dia bahkan merasa sangat bersalah dengan perlakuan nyonya Kwon pada perempuan itu. Dia merasa sedih karena dia tahu Jinah pasti merasa sangat hancur. Bagaimana bisa seorang mertua akan memilih kasih diantara kedua anak menantunya. Jika dia berada di posisi Jinah pasti dia juga akan hancur.

Posisinya sangat membuatnya merasa bersalah. Dia adalah perusak rumah tangga Jinah, dengan menikahi Jiyong dan bahkan merebut perhatian dari ibu mertuanya. Tetapi jauh dalam lubuk hatinya dia tidak berniat untuk itu. Dia sendiri tidak memiliki pilihan yang lain.

SECOND WIFE - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang