Dara menatap seorang itu masih dengan air mata yang turun deras. Tetapi pandangannya seketika berubah menjadi kaget dan heran karena dia mengenali orang itu dengan baik. Ya, orang yang membuat hidupnya seketika berubah menjadi menyedihkan sekarang berada di samping memeluknya dengan hangat.
"Kenapa kau menangis sendirian di tempat yang sepi seperti ini?" Tanya orang itu.
Dara hanya terdiam dan memalingkan wajahnya. Dia beralih menunduk dan berusaha meredakan tangisannya. Di hadapan orang ini, Dara tidak mau menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaannya. Dia tidak mau orang ini melihatnya dengan pandangan yang menyedihkan.
Dara segera mengusap air matanya dan melepaskan pelukan orang itu kemudian berdiri dan berjalan menjauh.
"Kau mau kemana?" Tanya orang itu lagi.
Dara hanya diam tidak menjawab dan terus bergerak menjauh. Sontak orang itu menyusulnya dan menahan tangannya.
"Biarkan aku sendiri Jiyong." Kata Dara dengan dingin.
"Ini sudah malam dan disini sangat sepi, akan berbahaya untuk wanita yang sendirian." Kata Jiyong dengan cemas.
Dara tidak menghiraukan Jiyong dan kembali berjalan. Jiyong yang kesal segera menyeretnya menuju mobil. Dan anehnya Dara tidak lagi berontak ataupun menolak dengan paksaan Jiyong kali ini.
"Kau kenapa Dara? Apa yang terjadi?" Tanya Jiyong ketika mereka sudah di dalam mobil Jiyong.
"Hanya antarkan aku pulang Jiyong." Sahut Dara dengan dingin dan menatap kosong jalanan di depannya.
Jiyong yang tahu bahwa Dara tidak ingin menceritakan hal ini padanya hanya menurut dan melajukan mobilnya menuju rumah Dara. Perjalanan mereka terasa sangat sepi dan tidak ada suara. Keduanya memilih untuk menutup mulut. Tidak lama mereka telah sampai di rumah Dara.
"Terima kasih Jiyong." Kata Dara sambil melepas sabuk pengamannya.
"Kau yakin kau akan baik – baik saja?" Tanya Jiyong pelan.
"Kau tidak perlu khawatir, semua ini tidak ada hubungannya denganmu." Kata Dara bohong dan berlalu pergi.
Jiyong hanya menatap punggung Dara yang memasuki gerbang rumahnya. Dia merasa aneh, melihat Dara yang menangis tadi membuatnya sesak dan seakan merasakan kesakitan yang gadis itu rasakan. Ada apa ini? Apakah suasananya terlalu menyedihkan seperti ini hingga dia bahkan seakan terlarut dalam kesedihan Dara? Jiyong hanya menggelengkan kepalanya dan segera melajukan mobilnya kembali ke rumah. Jinah pasti sudah menunggu sushi favoritnya, karena tadi Jiyong sedang dalam perjalanan untuk membelikannya sushi sebelum bertemu dengan Dara.
Hari terus berlalu dan Dara kembali menyibukkan diri di pekerjaanya. Dia tahu sebentar lagi dia akan menikah, tetapi dia tidak mengambil cuti karena semuanya akan terasa aneh, belum lagi jika rekan kerjanya curiga akan cuti yang dia ambil. Lapi pula semua persiapan sudah beres dan perlengkapannya sendiri sebagai pengantin juga sudah selesai. Jadi hanya tunggu waktunya saja.
Waktu itu telah tiba. Hari ini adalah hari pernikahan Dara dengan Jiyong. Seperti yang sudah direncanakan, pernikahan ini diadakan secara tertutup dan hanya tamu undangan berupa keluarga dekat dan relasi dekat yang diundang. Keluarga banyak sekali yang berdatangan. Tetapi persis seperti yang Dara duga, tatapan mereka semua tampak sangat aneh dan tidak menampilkan tatapan bahagia layaknya melihat acara pernikahan anggota keluarganya sendiri.
Dia tahu apa penyebabnya dan dia juga sadar bahwa hal itu akan terjadi hari ini, untuknya. Seketika perkataan Jennie waktu itu kembali terngiang pada telinganya. Meskipun dia sudah meyakinkan diri bahwa dia tidak bersalah, tetapi dia tetap tidak dapat memungkiri bahwa dia merasa bersalah dengan Jinah. Kemudian perkataan rekan kerjanya sebelumnya tentang Jinah yang mengatakan bahwa wanita itu sangat luar biasa cantik dan baik dengan segala kesempurnaan yang dia miliki juga masuk dalam otaknya. Seberapa cantik dan sempurnanya dia hari ini, bagi mereka tidak akan bisa menandingi Jinah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND WIFE - COMPLETED
Fanfiction"Sebenarnya appa mempunyai maksud apa? tega sekali appa membuatku menjadi istri kedua darinya?" ada beberapa chapter untuk After Story, dan diprivate