Haejin dan Jennie tertawa dengan puas akan situasi yang terjadi. Mereka sangat senang melihat wajah Jiyong yang tertekan dan Jiyong seperti sudah menyerah dengan terus mengikuti alur yang sesuai dengan rencana mereka. Mereka tidak berhenti terbahak dan seakan semuanya sudah berjalan dengan sangat baik.
"Setelah ini gadis lemah itu akan memilih pergi dan kita akan semakin mudah untuk memancingnya." Kata Jennie.
"Kau benar, aku akan menduga istrinya akan lari dan kita bisa dengan mudah menangkapnya." Imbuh Haejin.
Keduanya kemudian bersulang dan meminum minumannya dengan angkuh. Mereka merayakan keberhasilan rencana awal mereka untuk menghancurkan Jiyong.
"Aku sudah memiliki semua informasi akan kerabatnya sehingga jika dia lari pun, kita masih bisa melacaknya." Kata Jennie.
"Kerja bagus sweety." Jawab Haejin mengelus kepala Jennie dengan gemas.
"Tunggu saja, that little bunny akan membawa Jiyong pada kita." Kata Jennie dengan menyeringai.
Keduanya kemudian kembali berpesta dan terus minum sepuasnya.
Dara kembali bekerja, bersama dengan Jiyong. Jiyong sangat protektif dan begitu dengan Jinah. Bahkan Jinah lebih sangat protektif lagi. Seakan Dara kini memiliki dua orang suami yang siap siaga dengan segala keperluannya. Bagaimana perasaan Dara diperlakukan seperti itu? Tentu saja dia sangat merasa lega karena keduanya sangat mendukungnya dan menyayanginya. Tetapi justru dengan semua itu, dia terus dihantui rasa bersalah. Terlebih kepada Jinah.
Wanita itu sangat perhatian dengan Dara. Dia memberikan segala nasihat dan wejangan kepada Dara karena kini dia sedang hamil muda. Kendati Jinah sendiri tidak bisa hamil, tetapi dia sangat tahu dan hapal betul bagaimana menghadapi seorang ibu hamil muda. Dara sangat beruntung mengenal Jinah. Dan dia merasa jahat karena membuat Jinah mengenal orang yang seperti dirinya. Yang selalu menyusahkannya.
Seperti dugaan Dara, hal yang dia terima di perusahaan sangatlah beda dengan sebelumnya. Jika dulu dia akan disambut dengan senyum segar dan kagum dari semua orang karena prestasinya, kini justru sebaliknya. Dia kini disambut dengan tatapan sinis dan kecewa. Mereka semua menatap dengan tidak suka dan seakan tidak ingin berlama – lama dekat dengannya.
Dara bersikap biasa dan berusaha untuk tidak peduli. Dia melupakan semua rasa sensitif bawaan ibu hamil demi terus bersikap wajar di hadapan mereka. Bahkan di divisi pemasaran pun semuanya berubah. Rekan satu divisinya juga berlaku aneh padanya. Mereka memilih memalingkan muka ketika melihat Dara dan seolah tidak mengenal Dara. Padahal mereka dulu sangat baik padanya. Dan tentu sangat ceria.
Bom yang mengetahui hal itu kemudian menghampiri Dara dan mengelus lengannya pelan. Dia memberikan nasihat dan kekuatan untuk Dara. Bisa dikatakan Bom adalah satu – satunya orang di perusahaan ini selain Jiyong dan tuan Kwon yang berada di pihaknya.
"Ow, nona Dara masih berada di divisi kita ya tuan Jinyoung? Kukira dia sudah naik jabatan. Bukankah dia adalah istri tuan muda Jiyong?" Kata Chaerin dengan keras.
Dia sebenarnya mengatakan itu pada tuan Jinyoung yang berada di sampingnya, tetapi dia sengaja memperkeras suaranya untuk menyindir Dara.
"Ya kau Chaerin, kau sangat berisik di pagi hari." Jawab Bom.
"Ah, kau mendengarnya? Apakah perkataanku barusan cukup keras? Mianhae, aku hanya ingin bertanya pada tuan Jinyoung sebenarnya, tetapi terlalu keras ya? Lagi pula bukankah tidak ada yang salah dengan pertanyaanku?" Kata Chaerin lagi.
"Yak, kau jangan pura – pura polos, semua juga tahu apa maksudmu berkata seperti itu." Kata Bom lagi.
"Yah kalian sudahlah. Kembali bekerja." Kata tuan Jinyoung mencoba melerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND WIFE - COMPLETED
Fanfiction"Sebenarnya appa mempunyai maksud apa? tega sekali appa membuatku menjadi istri kedua darinya?" ada beberapa chapter untuk After Story, dan diprivate