BAB 3

660 86 9
                                    

Hai -hai :)
Kita ketemu lagi hehe
Moga-moga part ini memuaskan ...jangan lupa vote dan koment. Anyway aku seneng banget baca komen"an kalian, jadi semangat akunya :)

Langsung aja chek it out !

Happy reading !♡


* * * *

Pagi itu seperti perintah Ayahnya, Cinta mendatangi sebuah restauran yang tidak jauh dari resort. Memang lokasi itu merupakan daerah wisata, yang memungkinkan untuk mengunjungi dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan.

Dengan mengendarai mobil avanza berwarna silver kesayangannya, dia melaju dengan lincahnya menyusuri jalanan menuju ke arah restauran yang menjadi tujuannya. Dalam hati sebenarnya sedikitpun dia tidak berniat untuk datang kesana apalagi bertemu dengan tamu sombong itu. Tapi, apa boleh buat? Ini adalah perintah Ayahnya yang tidak pernah dia bantah. Sejak dulu hingga dia tumbuh dewasa, tidak pernah sekalipun dia membantah permintaan ataupun perintah beliau.

Lagi pula, dia tidak habis pikir kenapa Ayahnya malah membela tamu sombong itu dibanding dirinya? Apa istimewanya orang itu. Seharusnya Ayah mengetahui permasalahnya dengan jelas lebih dulu sebelum memintanya untuk meminta maaf pada tamu sombong dan kurang ajar.

Sepanjang perjalanan gadis penari itu menggerutu dan mendumbel. Dia memikirkan apa yang akan dia katakan pada tamu itu? Pokoknya dia tidak mau meminta maaf sebelum orang itu meminta maaf terlebih dahulu. Cinta terus mengoceh sepanjang perjalanan hingga dia tidak sadar, kalau dia sudah sampai.

Dengan rasa malas dia turun dari mobilnya dengan tas selempang panjang di tangan kirinya. Hari ini dia memakai celana hitam panjang berbahan cotton dan baju stelan yang senada, yang membuat dia tampak sederhana namun tetap stylis. Di tambah dengan high hill setinggi 5 cm berwarna silver yang tidak begitu mencolok di kakinya. Rambut panjang bergelombangnya berwarna brown, di gerai indah begitu saja. Dan polesan make up natural membuat dia terlihat anggun dan tampak seperti wanita karir.

Cinta berjalan dengan langkah yang anggun masuk dari pintu utama, kemudian menyusuri bagian depan retauran. Rupanyan Ayahnya sudah memesan tempat vvip terbuka yang terletak di bagian belakang restauran. Tempat itu terlihat sangat indah dengan pemandangan taman belakang yang hijau dan segar. Di sana ada beberapa sofa coklat berukuran besar dan sebuah meja kaca anti pecah yang di hiasi oleh sebuah vas bunga. Tempat itu cukup besar dengan nuansa bali yang mendominasi, mulai dari suasananya hingga tatanannya.

Dari kejauhan bisa dilihat disana Ayah Cinta sedanh duduk berbincang dengan dua orang di hadapnnya. Yang satunya adalah seorang wanita yang sebaya dengan Ayahnya, dan yang satunya lagi adalah laki-laki bertubuh tinggi sedang duduk santai dengan gaya kurang ajarnya. Dari kejauhan saja Cinta bisa menebak siapa laki-laki itu dan wanita itu. Tapi, yang menjadi pertanyaan, apa hubungan Bu Dayu dengan orang sombong itu?

"Cinta sudah datang. Ayo duduk dulu." Sambut Pak Ida, Ayah Cinta dengan antusias. Bu Dayu pun menyambut dengan senyuman, sementara laki-laki sombong itu hanya memalingkan wajah seolah Cinta tidak ada. Cinta membalas perlakuan itu dengan tatapan tidak suka.

"Oya Cinta, kamu pasti sudah mengenal Buk Dayu. Dan perkenalkan ini putra semata wayangnya Dewa..." lanjut Ayah Cinta memperkenalkan

"Anak? Jadi dia Dewa? Dewa yang katanya dulu teman semasa kecilku?" - Bisik batin Cinta.

"Iya Cinta, dia ini Dewa. Teman akrab kamu semasa kecil dulu, kamu ingatkan?" Ucap Bu Dayu yang di balas senyum kaku oleh Cinta. "Kamu ingat Cinta kan,wa?" Bu Dayu melirik Dewa tapi, laki-laki itu malah melengos tidak perduli

Dalam hatinya Cinta sudah sangat jengkel dengan sikap arogant dan sombongnya Dewa. Tapi, dia menahannya karena sangat tidak sopan kalaun dirinya marah-marah di hadapan orang tua. Jadi, Cinta hanya bisa menelan ludah untuk sementara ini.

"Jadi, maksud Ajik memanggil kamu ke sini untuk meminta maaf langsung pada Dewa atas kejadian kemarin. Biar bagaimanapun, Dewa adalah tamu VVIP di resort kita." Pak Ida menjelaskan maksud dan tujuan di adakanya pertemuan ini.

Dewa terlihat tersenyum tipis tapi, menyiratkan kepuasaan bahwasannya gadis itu akan meminta maaf padanya. Sementara, Cinta mendengar penjelasan Ajik tentu merasa keberatan dengan hal itu. Cinta memandang Ajiknya dengan tatapan penuh tanya.


"Aku tidak akan minta maaf sebelum dia meminta maaf terlebih dahulu. " tolak Cinta dengan tegas

Pak Ida memandang Cinta dengan tatapan tidak percaya. Dan merasa malu di hadapan Buk Dayu karena ucapan Cinta barusan.

"Cinta, apa yang kamu katakan barusan" respon Pak Ida dengan suara berbisik.

Dewa menatap Cinta dengan tatap elang yang mematikan, tapi Cinta tidak mau kalah dan balas menatap Dewa dengan tatapan yang tak kalah sombong. Membuat Dewa terlihat kesal. Sementara orang tua dari kedua belah pihak hanya saling tersenyum kaku karena malu dengan perlakuan anak mereka.


"Cinta benar Pak Ida, Dewa juga salah disini dan dia harus meminta maaf." Buk Dayu menengahi. Dia juga sadar bagaimana kelakuan anaknya yang kadang kurang ajar dan arogant.

"MOM!" Dewa membuka mulutnya dengan nada suara tidak terima dan tentunya kesal bukan kepalang. Selama ini belum ada orang yang berani meminta untuk meminta maaf. Dalam kamusnya tidak ada kata "meminta maaf".

"Dewa, minta maaf sekarang!" Perintah Buk Dayu dengan tegas namun tetap dalam konteks nada suara yang normal, sehingga tidak memicu perhatian pengunjung lainnya.

"No! Never! Untuk apa aku meminta maaf? Memangnya dia siapa?" Ungkapnya dengan angkuh, sama sekali tidak mencerminkan sedikitpun kesopanan.

Mendengar jawaban Dewa, Cinta tidak bisa menahan emosi dan kekesalannya lagi. Dia benar-benar sudah muak dengan kelakuan laki-laki tidak tau tata kerama itu. Dan sialnya lagi, laki-laki itu adalah teman masa kecilnya.

"Miris sekali nasib anda Bapak Dewa- Ngurah -Bagaskara yang terhormat, bahkan di usia tua anda tidak tau bagaimana bersikap yang sopan!" Jawab Cinta penuh penekanan.

Mata Dewa memerah, tangannya mengepal, tubuhnya menegang. Enak sekali gadis itu mengatakannya tua !

"Memangnya kamu siapa? Berani-beraninya menilai ku! Aku tidak akan pernah memaafkan mu." Dewa berkata sembari berdiri karena tidak tahan menahan emosinya.


Cinta ikut berdiri tidak mau kalah "aku juga tidak akan meminta maaf! Jangan harap hal itu terjadi!"

Mereka berdua beradu mata sama-sama tidak mau mengalah. Keadaann semakin memanas di antara mereka, membuat kedua orang tua mereka khawatir. Bukan cuma khawatir dengan mereka, tapi juga karena malu dengan tatapan orang-orang di sekitar mereka yang menjadikan mereka pusat perhatian.

"Dasar wanita aneh!"

"Dasar laki-laki sombong!"





#tobecontinue



Ketika Dewa Cinta Bertemu  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang