"Kenapa? Bukannya selama ini kamu sudah tidak memperdulikan aku? Bukannya selama tiga tahun ini, bagi kamu aku tidak pernah ada? Lalu kenapa sekarang kamu peduli?" Sembur Dewa dengan nada dingin, membuat Cinta bungkam tak bisa berkata-kata."Nggak bisa jawabkan? Lebih baik kamu keluar dari sini." Perintah Dewa
Cinta menatap Dewa tanpa arti, baru kali ini dia melihat Dewa sedingin dan semarah itu, sampai tega mengusir Cinta dari kamarnya setelah sekian lama wanita itu tidak pernah masuk ke kamarnya.
"Meskipun aku tidak bersamamu bukan berarti aku tidak peduli. Meskipun aku tidak bertanya, bukan berarti aku tidak tau. Meskipun kamu tidak melihatku, bukan berarti aku tidak memperhatikanmu." Jawab Cinta panjang lebar dan penuh penekanan. Air matanya menggenang di pelupuk mata indahnya, siap untuk jatuh di pipi mungilnya.
"Baik. Kalau memang itu mau kamu, aku tidak akan mencampuri urusan kamu lagi, apapun itu!" Cinta melenggang pergi dengan amarah membara di benaknya. Air matanya akhirnya jatuh memenuhi matanya.
Dia kecewa tapi, semua ini memang salahnya. Apa yang di katakan oleh Dewa memang benar. Cinta berlari pergi, meraih kunci mobilnya dan melenggang pergi meninggalkan halaman rumah besar itu. Buk Dayu beberapa kali berteriak memanggilnya, mencoba untuk menghentikannya dan bertanya ada apa sebenarnya. Tapi, Cinta tidak menghiraukannya, dia sama sekali tidak mendengar teriakan khawatir dari mertuanya. Gadis bali itu melajukan mobilnya dengan kencang, mengemudi dengan penuh emosi dan cucuran air mata. Dia bahkan tidak tau arah yang di tujunya, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah pergi sejauh mungkin. Dia butuh menenangkan diri untuk saat ini.
Perasaannya campur aduk tidak menentu. Perkataan Dewa membuatnya sadar betapa bodoh dirinya selama ini, betapa egois dirinya selama ini. Dia merasa menjadi orang terburuk yang pernah ada di dunia ini, selama ini dia telah melalaikan kewajibannya. Cinta menyesali semua itu, dia menangisi semua kebodohannya. Bahkan saat ini dia merasa bahwa dirinya tidak pantas menjadi seorang istri dan menantu di rumah itu. Dia tidak pantas lagi untul Dewa, bahkan dia tidak pantas di cintai oleh siapapun.
Mobil Avanza merah itu berhenti di tepi danau, tempat dimana selama tiga tahun ini Cinta mencurahkan hatinya. Danau itu menjadi saksi bisu perjalanan cintanya, yang mendengarkam setiap tangisan dan cacian dari mulutnya. Danau yang luas itu menjadi tempat favoritnya untuk menangkan pikirannya setiap kali dia merasakan kegundahan
Cinta duduk di sebuah bangku taman berwarna putih yang terletak di pinggir danau dan tepat menghadap hamparan air tenang di hadapannya. Di sana dia meluapkan semua kesedihannya, berteriak dan menangis. Cinta tidak menahan sedikitpun air matanya, dia menangis sejadi-jadinya di hadapan Danau yang seolah menatapnya dengan tatapan kesedihannya.
Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan kemudian menangis, namun tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya dengan lembut. Cinta menggeliat melihat seseorang di sampingnya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati suaminya duduk di sampingnya dan menatapnya lembut.
"Rah..?" Cinta menghapus air matanya dan menatap Dewa penuh tanya.
"Aku minta maaf. Aku sudah banyak menyakitimu, seharusnya aku tidak menyakitimu lagi dengan kata-kata itu." Ucapnya penuh penyesalan.
"Tidak Rah, apa yang kamu katakan itu benar. Selama ini aku bukan istri yang baik, aku terlalu egois, aku hanya memikirkan perasaanku sendiri." Lirih Cinta masih berlinang air mata.
Gadis bali itu memukul-mukul dirinya sendiri dengan kedua tangannya sembari terisak tangis.
"Tidak! Cinta Stop! Jangan melukai dirimu sendiri!" Dewa berusaha menghentikan Cinta yang terus saja memukuli dirinya sendiri, tapi Cinta tidak mau dengar, dia sama sekali tidak perduli.
![](https://img.wattpad.com/cover/120155824-288-k710062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Dewa Cinta Bertemu [END]
Fiksi Umum"Mencintaimu adalah rasa sakit.. Tapi, tidak mencintaimu jauh lebih sakit" Hubungan antara Dewa dan Cinta berawal dari sebuah perjodohan. Dimana perjodohan itu membawa Cinta seorang gadis desa asal bali harus tinggal di tempat yang asing, yang tida...