BAB 10

595 78 9
                                    


Setelah mendapatķan tanggal baik dari pendeta dan melewati beberapa tahapan ritual, akhirnya pagi ini sampailah pada acara puncak pernikahan. Merupakan rangkaian terakhir sekaligus terpenting sebelum mereka seutuhnya sah menjadi suami dan istri.

Dengan adat Bali yang kental, upacara itu di gelar di kediaman rumah Cinta. Janur kuning khas bali melengkung di gerbang rumahnya, halamannya di sulap menjadi garden party yang penuh bunga-bunga, namun tetap menciri khaskan budaya dan adat Bali. Seluruh undangab mulai mengisi satu persatu kursi undangan yang sudah di siapkan. Mereka diantaranya mulai dari kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga dan rekan-rekan kerja dari kedua belah pihak.

Di beberapa titik, mulai dari depan gerbang rumah hingga aula acara di isi dengan beberapa poto prewed Cinta dan Dewa dengan pakaian adat Bali. Yang terdiri dari pakaian sehari-hari orang bali, pakaian persembahyangan dan pakain pernikahan.

Di upacara sakral ini, Cinta menggunakan tipe riasan yang di sebut Payasan Agung oleh masyarakat bali. Riasan di kepalanya merupakan Sanggul yang dirangkai oleh bunga imitasi berwarna emas yang terbuat dari tembaga disebut cecunduk, berjejer dan bersusun setinggi 30-45 cm. Bagian sanggulnya di tutup oleh bermacam-macam bunga asli, ada bunga mawar, cempaka, dan lainnya. Di bagian kepalanya di ikat dengan Blengker yaitu ikat kepala yang terbuat dari emas. Sedangkan di bagian telingganya di pasangkan anting yang bentuknya sangat besar disebut Sekar taji. Dan sentuhan terakhir adalah make up yang di poles indah di wajah rupawan Cinta.

Di bagian busananya, Cinta menggunakan songket untuk bawahannya, dan atasan songket yang menutupi sampai bagian dadanya. Serta spatu hills dan beberapa perhiasan menyempurnakan penampilannya. Dia terlihat cantik sekali, meski sesekali dia merasa berat dengan kepalanya yang di hias dengan ketinggian yang cukup tinggi dan memberikan efek berat.

Tak hanya Cinta, Dewapun mengenakan pakaian serupa, yang memebedakan hanyalah jenisnya. Cinta pakaian untuk perempuan dan Dewa untuk laki-laki. Busana pengantin prianya sebenarnya sama saja, yaitu menggunakan songket untuk bawahannya. Sedangkan atasannya hanyalah kain songlet yang di silangkan di bahu bagian kiri. Di bagian kepalanya di hiasi oleh udeng, serta dibagian punggung paling bawah, di pasangkan grantim yaitu sebuah senjata khas bali, baik kris ataupun pedang.

Acara itu di mulai pukul 9 panggi yang di awali dengan pembacaan doa oleh pendeta.

Cinta duduk di kursi pelaminan setelah menyelesaikan rangkaian upacaranya. Dan saat ini memasuki susunan acara yaitu hiburan. Ada berbagai kesenian bali yang menghibur para undangan, ada tari-tarian, topeng dan permainan alat musik gong.

Para undangan menikmati hidangan yang di siapkan. Pesta pernikahan kali ini sangatlah mewah dan meriah. Pak Ida sendiri yang merancang dan menyiapkan Pernikahan megah untuk putri semata wayangnya. Sementara para undanga menikmati santapan mereka sembari bercakap-cakap kecil dengan kenalan mereka, Dewa dan Cinta memilih duduk di plaminan. Mereka sejak pagi tidak sekalipun di berikan kesempatan untuk duduk. Di tambah lagi dengan busana mereka yang membuat mereka sulit bergerak.

Cinta berusaha mempertahankan tubuhnya agar tetap tegak di hadapan para undangan. Sebenarnya dia sangat tidak nyaman menggunakan busanannya saat ini yang membuatnya sulit bergerak dan berat di bagian kepalanya, bahkan untuk menoleh pun dia susah. Rasanya kepalanya akan jatuh ke tanah, Cinta benar-benar tidak kuat menahan beban di kepalanya. Sejak tadi dia memegangi bagian belakang kepalanya untuk menopangnya, dan sesekali menunduk.

Dewa melihat kegelisahan itu, tampak sangat jelas Cinta mulai tidak nyaman dengan pakaiannya. Dan laki-laki yang kini adalah suami Cinta itu sangat tau bagaimana penderitaan dan lelahnya menahan kumpulan tembaga di kepalanya.

"Kamu baik-baik saja?" Dewa menatap Cinta khawatir

Cinta mengangguk pelan. "Ya, hanya terasa berat saja." Jawab Cinta seraya memegang kepalanya. Lebih tepatnya sanggulnya.

Ketika Dewa Cinta Bertemu  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang