Matahari kembali keperpaduan, langit senja menyambut malam. Mobil Avanza silver Cinta memasuki halaman rumahnya. Setelah memastikan mobilnya terparkir di halaman, dia kemudian turun dan terkejut melihat Bu Dayu, Dewa, Pak Ida dan Bli Made sedang asik bercengrama di teras rumah sambil menikmati teh hangat.
Senyuman mereka menyambut kedatangannya, sepertinya mereka memang sedang menunggunya. Untuk apa dia datang lagi?
Dengan langkah malas dan senyum kaku, gadis itu melangkah mendekat. Bersalaman dengan ketiga orang tua yang ada di sana."Duduk dulu,gek." Ucap Bli Made
Cinta mengangguk menyetujui dan kemudian duduk tepat di sebelah Ayahnya dan berhadapan langsung dengan Dewa.
"Gimana kerjaannya, Gek?" Bu Dayu melanjutkan
"Lancar Tante." Cinta menjawab sembari tersenyum kaku
"Tante salut sama kamu yang pinter, pekerja keras lagi. Idaman semua laki-laki." Lanjutnya lagi
Apa maksud ucapannya? Sebenarnya apa yang ingin mereka bicarakan?
Cinta hanya tersenyum canggung menanggapinya. Pak Ida menyadari kebingungan di mata putrinya dan juga ke tidak sukaan. Namun, laki-laki setengah baya itu tidak terlalu memperdulikan itu.
"Sejak kecil, Cinta memang sangat mandiri dan juga Tekun menjalani apa saja yg dia suka. Ďia juga sopan dan anak yg berbakti." Pak Ida menimpali ucapan Bu Dayu dengan sangat ramahnya.
Cinta semakin tidak mengerti, ada apa dengan mereka semua?
"Oh iya?" Dengan nada yang di buat terkejut. "Bangsa sekali jika memiliki anak seperti dia." Bu Dayu menatap Cinta yang lagi-lagi di balas senyum kaku.
"Bukan hanya itu saja, dia sangat pandai memasak. Tidak hanya makanan bali tapi, juga makanan luar. Amerika, italia, ingris dan lainnya." Kali ini giliran Bli Made yang bicara dengan sumringah dan antusias.
Sementara Dewa hanya tersenyum kecil mendengarkan obrolan para tetua itu. Entah dia setuju atau malah menggrutu di dalam hatinya.
"Tunggu sebentar, ini ada apanya? Tiang tidak mengerti." Akhirnya orang yang sejak tadi di puji-puji angkat bicara. Cinta tidak tahan mendengar pujian yang tidak berdasar itu. Menurutnya itu sangat berlebihan dan tidak penting.
Terlihat jelas gadis itu sedang dongkol, dari nada bicaranya dan raut wajahnya yang dingin dan datar. Ini pertama kalinya, Bu Dayu berkunjung ke rumahnya, bercengkrama, merupakan hal mustahil jika tidak ada hal penting yang ingin dia bicarakan.
"Loh, kami sedang membahas rencana pernikahan kamu sama dewa." Jawab Bu Dayu dengan senyum manisnya, terlihat dia sangat bahagia.
"APA? MENIKAH?" Teriak Cinta reflek, dia terkejut bukan main. Kapan dia bilang akan mgnikah dengan Dewa?
Gadis itu menatap lekat Dewa yang sedang duduk dengan tenangnya. Tatapan Cinta seolah isyarat menuntut jawaban atas apa yang sedang terjadi saat ini.
Semua mata menatap Cinta, mengintimidasi. Dewa menyadari suasana yang tidak lagi nyaman. Hingga mengharuskan laki-laki tampan itu angkat bicara.
"Eemm....Aku mau ngomong berdua dengan Cinta sebentar."
Dewa bangkit sembari menarik tangan Cinta tanpa meminta persetujuannya.Laki-laki Maskulin itu dengan santainya menarik tangan wanita yang saat ini tengah kesal karena perlakuannya. Dia membawa Cinta ke luar rumah, berjalan-jalan menyusuri suasana petang di desa tentram itu.
''Lepasin!" Pekik Cinta dengan wajah kesal
Dewa menyengir kuda, kemudian melepaskan tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Dewa Cinta Bertemu [END]
General Fiction"Mencintaimu adalah rasa sakit.. Tapi, tidak mencintaimu jauh lebih sakit" Hubungan antara Dewa dan Cinta berawal dari sebuah perjodohan. Dimana perjodohan itu membawa Cinta seorang gadis desa asal bali harus tinggal di tempat yang asing, yang tida...